Σ(゜゜) Satu

510 50 2
                                    


✧༺••༻✧

"Gue nggak tau kalau Doyoung berdiri di depan lift!"

Terlihat dua orang sedang beradu mulut di depan lift. Ada tiga orang, satunya Doyoung, pemuda yang di perdebatkan itu hanya diam membisu melihat kedua temannya berseteru.

"Tapi kenapa bisa Doyoung kejepit pintu lift kalau lo nggak tau dia ada di depan lift?!" Terlihat salah satunya sangat marah kepada pemuda di seberang.

"Haduh, pokoknya gue bilang nggak tau ya nggak tau! Gak usah besar-besarin masalah deh, Hoon!" Pemuda ini benar-benar kekeh dengan pendapatnya, ia benar-benar tidak tahu jika di depan pintu lift ada Doyoung yang tengah berdiri dan menunggu lift terbuka, ia yang ada di dalam lift pun tidak menyangka kalau tangan Doyoung akan terjepit pintu lift sesaat setelah ia menekan tombol lantai 5.

Doyoung yang saat ini tengah memegangi jari-jarinya yang berdarah dan hampir putus hanya diam, sepertinya ia tak merasakan sakit di jari-jarinya itu. Wajahnya nampak sangat tenang, bukan hanya tenang, sepertinya ia kebingungan dengan kedua orang di depannya ini.

"Kak Jihoon, udahlah nggak usah di perpanjang, lagian ini luka kecil, palingan nanti sembuh sendiri." Doyoung nampak meremehkan hal tersebut.

"Tuh, Doyoung aja biasa aja tuh, kenapa lo yang koar-koar sana-sini sih? Nggak jelas banget!" Junkyu kemudian masuk kembali ke dalam lift dan menekan lantai 5, ia meninggalkan Jihoon dan Doyoung disana, Jihoon masih tidak terima jika semua ini hanya berakhir sampai disini, ia mau Junkyu bertanggung jawab atas perbuatannya, bukan malah tiba-tiba pergi begitu saja.

Tapi Junkyu tetaplah Junkyu, ia sih masa bodoh dengan hal seperti itu, ia tidak salah berarti ia tidak salah, ia tidak sengaja ya tidak sengaja. Prinsipnya dari dulu tidak berubah, apa yang bukan kesalahannya maka itu bukan kesalahannya.

"Itulah kenapa gue benci sama Jihoon, mulutnya nggak bisa diam!" Junkyu bergumam sendiri di dalam lift yang hanya terdapat dirinya saja.

Ting!

Lift berbunyi, menandakan bahwa Junkyu sudah sampai di lantai 5, dengan segera ia keluar dari lift dan melangkahkan kakinya menuju kamar apartemennya.

Berjalan sembari menatap layar ponselnya, begitu fokus hingga ia tak sadar sudah melewati kamarnya. Ia pun berbalik arah dan kini berjalan kearah yang benar menuju kamarnya.

"Halo? Kenapa?"

Junkyu nampak terdiam di depan pintu kamar apartemennya, ia baru saja mengangkat sebuah telepon yang masuk kedalam ponselnya.

"Udah gue bilang, gue nggak mau balik ke neraka itu lagi! SELAMANYA!"

Junkyu menutup sambungan telepon itu secara sepihak, ia benci mendengar kalimat dan suara itu, kalimat yang sama yang setiap minggunya terucap dari suara yang ada di seberang telepon itu.

"Kenapa semua orang nggak ada yang ngerti kata-kata gue? Emang bahasa gue beda apa dari bahasa manusia lain?" Gumam Junkyu. Kemudian ia membuka kamar apartemennya dan langsung masuk kedalam, tak lupa juga ia mengunci pintunya dari dalam.

"Orang tua bodoh! Mereka tidak paham bahasa atau bagaimana?" Junkyu kemudian merebahkan dirinya di kasur, hari ini sudah melelahkan baginya, di tambah lagi dengan kejadian tadi di depan lift.

Besok apalagi?

»»——⍟——««

Apartment ~ [Treasure]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang