18. Awake

78 9 7
                                    

Jimin menatap langit-langit ruangan sambil menyelonjorkan tubuhnya dengan nyaman di sebuah sofa. Ia masih terjaga karena banyak hal yang berseliweran di pikirannya. Walaupun sepi, Jimin seakan mendengar banyak suara di benaknya. Malam itu ia benar-benar tidak bisa tidur walaupun sudah mencoba berbagai cara agar bisa terlelap.

Di ruangan itu hanya terdengar suara dengkuran 3 lelaki kelelahan yang tidur tidak jauh dari tempat Jimin merebahkan tubuhnya. Taehyung tertidur tepat di sebelah sofa menggunakan sleeping bag, sedangkan Hoseok dan Seokjin terlelap di atas kasur busa di sisi lain, dekat sebuah meja.

Atensi Jimin tidak lepas dari langit-langit ruangan walaupun terdengar suara langkah kaki baru memasuki ruangan itu.

"Belum tidur, Jimin-ah?" sapa Namjoon yang baru memasuki ruang tengah, tempat mereka beristirahat bersama.

"Apakah sofanya kurang nyaman? Kau bisa tidur di kamar Taehyung kalau kau mau." ucap Namjoon sambil menyimpan berkas-berkas yang dibawanya ke atas meja lalu duduk di kursi kayu yang warnanya senada dengan meja tersebut.

Jimin menggeleng pelan. Masih memandangi langit-langit ruangan tanpa suara.

"Bagaimana aku bisa tidur setelah melalui banyak hal hari ini." Jimin merubah posisinya, kini akhirnya bisa memusatkan atensinya pada Namjoon. "Ssaem juga belum tidur?"

Namjoon tiba-tiba tersenyum bodoh. "Ah, itu... aku tadi sudah tidur sebentar saat mengerjakan laporan." Ia lalu menggaruk tengkuknya.

"Tumben sekali kau masih bisa terjaga. Biasanya setelah beraktivitas berat kau bisa tak sadarkan diri dua sampai tiga hari," ucap Namjoon lagi.

"Entahlah, Ssaem. Mungkin karena banyak yang kupikirkan sekarang, sampai-sampai lupa caranya untuk tidur. Lagipula dokter menaikkan dosis obatku setelah sering bolak-balik dirawat sebelumnya. Efek sampingnya makin membuatku tak bisa tidur. Huh... Semoga ginjalku bisa bertahan sampai 50 tahun lagi."

"Hahaha." Keluhan Jimin rupanya mengundang tawa Namjoon. "Ya, semoga saja."

Hening. Pembicaraan tiba-tiba terhenti. Namjoon masih memperhatikan Jimin yang kembali melamun beberapa saat.

"Butuh teman mengobrol?" ucap Namjoon sambil menepuk sisi meja yang kosong, memberi isyarat agar Jimin menghampirinya.

Jimin berpikir sejenak sebelum menerima tawaran itu. Namun akhirnya ia bangkit dari sofa dan berjalan menghampiri Namjoon. Langkahnya sedikit berjingkat, berhati-hati melewati Taehyung yang tengah tertidur di dekat sofa. Ia lalu mengambil posisi duduk tepat menghadap Namjoon.

"So... Apa yang kau pikirkan?"

"Huh...." Jimin menghela nafas sebelum membuka suaranya. "Ssaem, apakah eomma orang yang jahat?"

Mendengar itu, pupil mata Namjoon membesar, terkejut dengan pertanyaannya. "Kenapa tiba-tiba berpikiran seperti itu?"

Jimin menumpu kepalanya dengan tangan di atas meja. "Abeoji sempat keceplosan mengatakan eomma adalah orang jahat." Ia menjeda ucapannya lalu menatap tepat ke arah Namjoon dengan serius.

"Aku memang tidak tahu apa yang sebetulnya terjadi pada eomma tapi aku juga tidak bodoh, Ssaem. Jika teknologi biochip saja memerlukan waktu puluhan tahun dan ratusan bahkan ribuan kelinci percobaan, apalagi penelitian eomma yang bisa mengendalikan pikiran manusia."

"Hmm... Kau benar. Penciptaan Mind Controller memang tidak ada bedanya dengan penelitian itu. Di setiap penelitian memang ada resiko yang harus dibayar. Tapi penjahat sebenarnya tetaplah organisasi X. Merekalah yang membiayai dan memaksa kakekmu untuk melakukan penelitian itu. Selanjutnya penelitian itu diambil alih oleh Nyonya Park. Itulah mengapa Black Swan memberikan arahan pada Tuan Park untuk menikahinya, agar penelitian itu bisa kami lindungi."

The Waves of Freedom 2: Young's Freedom [BTS Fanfiction]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang