12. FEAR

134 11 0
                                    

Kecewa.
Aku kecewa pada diriku sendiri.
Ketika semua orang sudah berlari jauh di depanku.
Aku hanya terdiam.
Tidak bergerak dari tempatku berdiri.
Aku hanya berteriak di dalam hatiku.
Tidak ada seorang pun yang tahu.

Aku ingin diriku lebih berguna
untuk orang lain.
Tapi tak bisa, aku tak kuasa.
Aku masih terdiam di tempatku berpijak.
Aku hanya bisa merutuki diriku sendiri tanpa ada seorang pun yang tahu.

Entah apa yang kutakuti.
Masa depan yang belum terjadi, atau
Masa lalu yang kulupakan.

.
.
.

BYUR!

Air dingin membasahi hampir separuh tubuh Namkyung. Pria itu langsung terperanjat, bangun. Nafasnya memburu saking terkejut, juga karena sedikit air masuk ke mulut dan hidungnya. Ia hendak mengusap wajahnya, namun ia langsung sadar kedua tangannya terikat, begitupun dengan kedua kakinya. Terikat di ranjang dengan posisi berbaring, di atas ranjang yang sama dengan saat ia terbaring di rumah sakit.

Masih dengan nafas tersendat dan sedikit terbatuk, ia mengedarkan pandangannya ke sekitar. Mencari-cari petunjuk sebetulnya apa yang sedang terjadi dengannya. Ia menangkap sesosok orang yang tengah duduk santai, tak jauh dari tempatnya berbaring. Ruangan itu agak gelap, tapi Namkyung bisa mengenali orang tersebut. Wajah yang sudah tidak asing baginya.

"Selamat pagi, Prof." Orang itu menyapa ramah dengan senyuman khasnya. Ia adalah Kim Taejoon, putra pertama dari keluarga Kim. Otak dari semua konspirasi di bawah tanah yang dinaungi perusahaan Denki. Orang-orang mengenalnya sebagai anak emas keluarga Kim, putra yang paling dibanggakan karena bakat dan kejeniusannya. Tapi tidak ada yang tau pemuda itu cukup berbahaya dan terkenal sangat licik di dunia gelap bisnis.

"Ya ampun.... Sulit sekali membangunkanmu Prof! Aku sudah mencoba berbagai hal. Kukira kau sudah mati...." Raut wajahnya murung sesaat, kemudian kembali tersenyum. "Tapi syukurlah kau bisa melalui masa kritis setelah suster baik hati tak sengaja menyuntikkan organofosfat¹ ke dalam cairan infusmu."

"DASAR KAU BEDEBAH!!!"
Namkyung menyalak, segera memberontak ingin lepas dari kekangan. Ingin sekali rasanya mencekik leher orang yang tengah tersenyum mengejek ke arahnya.

Buk!!
Satu bogem mentah menyapa wajah Namkyung, otomatis membuatnya terdiam. Ia hanya melihat sinis ke arah si pemukul. Salah satu pesuruh Taejoon, bertubuh besar dengan wajah sangar, berdiri tepat di sebelah ranjangnya.

"Ah, astaga! Kau mengumpat kepada orang yang telah menyelamatkanmu dari kematian? Untung saja dokter keluarga Kim sangat piawai meracik obat penawar untuk racun di dalam tubuhmu. Bersyukurlah aku masih berbaik hati menyelamatkanmu.

"Kau tahu kan konsekuensinya bagi seorang pengkhianat? Seharusnya kau sudah tidak bisa melihat hari esok."

"Lalu kenapa kau menyelamatkanku?! Memang kalian sendiri 'kan yang meracuniku??" tanya Namkyung sedikit kesal. Kalau boleh jujur, ia lebih memilih meninggalkan dunia ini daripada harus kembali berurusan dengan organisasi X.

Taejoon beranjak dari kursinya, ia mendekat. "Kau tahu sendiri, mind controller adalah alat yang sangat penting bagi kita semua. Alat itu bisa dijual sangat mahal di pasar gelap, dan akan sangat berguna bila ada di tangan keluarga Kim."

"Sialnya, kau memasang enskripsi² data dengan sangat baik, peretas terhebat yang mampu kami bayar pun tidak cukup untuk bisa mengakses datanya. Karena itu, aku memberikanmu kesempatan kedua untuk pulang dan kembali memberikan karya terbaikmu. Kuakui, kau adalah salah satu peneliti terbaik yang kami miliki, tidak mungkin aku melepaskanmu begitu saja, Profesor Lee."

The Waves of Freedom 2: Young's Freedom [BTS Fanfiction]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang