"Kan gue udah disini waktu ngechat lo tadi. Tapi tiba-tiba lo malah minta gift, ya gue nggak tahu dong. Besok aja ya, janji." jelas Arsen.
Sumpah demi apapun, Arsenio tidak mau ribut dengan bocah itu. Meski sebenarnya selalu begitu di setiap pertemuan, tapi untuk saat ini, Moodnya sedang tidak ingin.
o0o
"Van?"
Setelah sekitar 10 menit lamanya berada di ruang tamu, Vania masih enggan untuk membuka suaranya. Meskipun Arsenio terus menjelas dan membenarkan bahwa gadis itu salah dalam mengartikan sikapnya selama ini, namun Vania tetap tidak mau peduli.
Toh, dia memang telah merasa tidak di adilkan. Arsenio lebih mengutamakan Aca dibanding dirinya yang notabene sebagai pacar.
"Udah?" tanya Vania dengan sinisnya.
Laki-laki itu hanya diam memandangi dengan sorot mata redup.
"Pulang deh, aku mau tidur." titahnya.
"Sebentar, Yang."
"Mau ngapain lagi?"
Melihat sorot mata tajam perempuan itu, Arsenio tidak mampu untuk berkata lagi.
o0o
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Gue takut, Gib." —Arsen.
"Ya mau gimana?" —Gibran.
o0o
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Kamu nggak akan paham, karna kamu nggak pernah ngerasain ada di posisi aku.
—Vania.
_____________
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.