🌼 Prolog 🌼

14.2K 581 45
                                    

Oke... cerita ini nanti punya beberapa seri. Juga, bakalan saya tulis di sela-sela menulis cerita Kana.

Untuk yang nanyai cerita Reymon, dari awal saya sudah bilang kalau sebenarnya cerita itu sudah selesai saya tulis, bahkan saya sudah menulis ekstra partnya. Cuma ya itu, respon ceritanya agak sedikit buat saya sedih.

Tapi tenang aja, saya bakalan publish sampai tamat kok. Jadi nggak usah khawatir kalau cerita itu nggak dilanjutkan lagi.

Selamat menikmati cerita Aiman Gifari dan semoga saja kalian pada suka.

🌼🌼🌼

Sejak lahir, Aiman Gifari telah dianggap sebagai anak pembawa sial oleh ayahnya.

Menjadi penyebab ibunya meninggal sewaktu melahirkannya membuat Aiman tumbuh tanpa kasih sayang seorang ayah. Masa kecilnya dipenuhi dengan tangis pilu mengharap pelukan serta elusan dari sang ayah yang tak kunjung didapatkan.

Masa kecil Aiman semakin menyedihkan kala di suatu pagi ayahnya membawa masuk seorang wanita ke dalam rumah mereka yang diperkenalkan sebagai istri barunya.

Kehadiran Aiman semakin tak berarti begitu sang ayah menggendong seorang bayi merah hasil dari pernikahan keduanya.

Aiman tumbuh menjadi anak yang pemberontak. Menyaksikan dengan mata kepalanya sendiri betapa ayahnya sangat berbahagia dengan keluarga barunya semakin memperbesar luka di hatinya.

Berkelahi dengan teman di sekolah serta mendapat peringatan dari guru sudah menjadi makanan sehari-hari untuknya. Semua kenakalan masa remajanya itu dilakukannya hanya untuk menarik perhatian sang ayah yang justru tidak peduli dengan apapun yang dilakukannya. Hidup dan matinya tidaklah dianggap penting baginya.

Hingga suatu ketika Aiman diusir dari rumah karena kemurkaan sang ayah yang menganggap Aiman bersalah dalam suatu peristiwa yang melibatkan ibu tirinya.

Aiman hidup terluntang lantung di jalanan. Untuk mengisi perutnya dengan sesuap nasi saja sulit untuknya.

Merutuk, memaki, atau mengutuk sang ayah yang buta serta tak berbelas kasih terhadap sudah tak terhitung lagi banyaknya ia lakukan.

Sampai kemudian, di tengah rasa lapar yang mendera, Aiman yang terduduk di samping sebuah toko roti dengan menyandarkan punggungnya di tiang listrik dikagetkan dengan adanya sebuah tangan mungil yang mengulurkan sebuah kue padanya.

Pada saat itu sekeliling Aiman tiba-tiba saja sunyi senyap. Suara motor dan mobil yang tadinya terdengar berlalu lalang di depannya tidak lagi terdengar. Waktu juga seakan berhenti. Di sana, di bawah tiang listrik yang menjadi saksi, untuk pertama kalinya Aiman meyakini bahwa malaikat benar-benar ada. Perwujudan malaikat itu menjelma dalam tubuh seorang gadis kecil yang saat ini sedang tersenyum manis padanya.

Rambut gadis kecil itu yang diikat dua serta tampak bergelombang alami tersebut membingkai wajah mungilnya yang jelita.

Satu giginya yang copot di tengah malam membuat Aiman merasa gadis itu semakin manis kala tersenyum. Kepala gadis itu yang dimiringkan disertai dengan kerutan menggemaskan di keningnya membuat Aiman harus menahan diri agar tidak mencubit kedua pipinya.

"Tadi bunda beli rotinya dua. Satu sudah Lia makan dan satunya lagi buat kakak."

Aiman tidak tahu harus bereaksi seperti apa. Matanya terus menatap bolak balik dari wajah mungil dan juga uluran tangan gadis kecil itu yang masih setia mengulurkan roti yang dibungkus menggunakan selembar tisu.

Mungkin gadis kecil itu merasa tangannya pegal karena roti yang berada di tangannya belum juga diambil, tanpa rasa takut ataupun jijik, gadis kecil mengambil tangan Aiman yang kotor serta meletakkan roti tersebut di sana.

Sebelum Aiman sempat mengucapkan sepatah kata pun, gadis kecil itu sudah berlari pergi.

Namun, setelah berdiri di samping wanita berhijab yang tersenyum menyambut kehadirannya, gadis kecil itu berbalik dan menatap Aiman dengan senyum merekah di bibirnya.

"ROTINYA JANGAN LUPA DIMAKAN YA, KAK."

Teriakan gadis kecil itu serta tubuh kecilnya yang melompat-lompat saat meneriakkan sebaris kalimat itu padanya tanpa sadar menerbitkan senyum di bibir Aiman.

Sejak diusir dari rumah serta tidak ada satupun orang yang peduli padanya, Aiman sudah lupa caranya tersenyum. Berkat gadis kecil yang baik hati dan cantik jelita itulah, Aiman bisa kembali tersenyum seraya mendekap roti yang dibungkus selembar tisu itu di dada.

Begitu gadis kecil itu menerima uluran tangan wanita berhijab dan tubuh mungilnya dihela masuk ke dalam mobil yang pintu penumpang di bagian belakang sudah dibukakan untuk mereka, satu tekad kuat tumbuh dalam diri Aiman.

Hidupnya tidak boleh berakhir seperti ini. Biarpun ayahnya sudah tidak lagi mempedulikannya, Aiman harus membuktikan kalau dirinya sanggup bertahan tanpa belas kasihan dari sosok yang kini sangat dibencinya itu.

Siapa yang menduga jika tekad kuat Aiman untuk bertahan membawanya bertemu kembali dengan malaikat kecilnya itu. Malaikat kecil yang harus dipenjarakannya dalam rengkuhan kedua tangannya yang besar demi memastikan tidak ada siapapun lagi yang bisa menyakitinya.


🌼🌼🌼


🌼🌼🌼
Salam, eria90 🐇
Pontianak,-01-11-2022

Milikku - [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang