42+ komen
🌼🌼🌼
Di dalam ruangan yang dipenuhi aroma obat serta didominasi dengan warna putih tersebut, Aiman terus menunggu. Menanti dengan jantung yang terus berdegup kencang akan kapan waktunya sepasang kelopak yang dinaungi bulu-bulu itu terbuka dan menampilkan telaja jernih yang selalu bisa membuatnya merasa tenang saat menatapnya.Kemudian, diantara penantian yang terasa sangat menyiksa baginya itu, Aiman mengarah pandangan ke arah kening bagian kiri Camelia yang terbungkus perban. Lalu, pandangan Aiman kembali beralih ke arah tangan kanan Camelia yang juga diperban dan dokter mengatakan terdapat luka yang cukup parah di sana.
Aiman tidak tahu bagaimana menggambarkan perasaannya saat ini.
Yang bisa Aiman katakan hanyalah bahwa dirinya masih ingin menghancurkan atau bahkan melenyapkan orang yang telah membuat malaikat kecilnya harus berada dalam kondisi seperti ini.
Selain itu, Aiman juga tak henti-hentinya menyalahkan diri sendiri. Andai saja ia bisa lebih cepat untuk menjemput Camelia, atau Aiman bisa meminta Hafizh untuk menggantikannya menjemput Camelia, pastinya kejadian seperti ini tidak akan pernah terjadi.
Namun nasi telah menjadi bubur.
Seberapa banyak pun pengandaian yang Aiman ucapkan, apa yang sudah terjadi tidak akan lagi bisa diulang.
Jadi yang bisa Aiman lakukan hanyalah menanti dalam keheningan serta menolak beranjak dari kursi yang sengaja ia tempatkan merapat di sisi kiri tempat tidur, dimana Camelia masih juga memejamkan mata.
"Kondisinya sudah nggak apa-apa, kan?"
Tubuh Aiman sedikit terlonjak. Satu suara yang tiba-tiba merasuk ke indra pendengarnya membuatnya merasa terkejut dan hampir saja ingin mengumpati orang yang telah berani mengusiknya.
Namun, Aiman kali ini bisa dengan cepat mengendalikan diri. Setelah menghela napas panjang beberapa kali, Aiman menoleh ke sisi kirinya dan melihat Andi, yang entah sejak kapan ternyata telah berdiri di dekatnya.
"Kondisinya sudah nggak apa-apa, kan?" Andi mengulang lagi pertanyaannya. Tatapan Aiman yang tajam sama sekali tak membuatnya takut dan malahan kembali menanyakan, "Kau sendiri, sudah tenang atau masih ingin mengamuk?"
Aiman menghembuskan napas kasar. Sambil mengarahkan kembali pandangannya ke wajah Camelia, ia menjawab dengan nada kesal, "Dokter bilang nggak ada yang mengkhawatirkan mengenai kondisinya. Selain adanya tulang yang retak di tangan kanannya, nggak ada hal serius yang terjadi padanya. Dan mengenai aku sendiri, aku sebenarnya masih ingin mengamuk. Apa lagi sejak kau tiba-tiba bersuara seperti itu."
Andi terkekeh kecil. Kemarahan Aiman dianggapnya hanya sebagai angin lalu. Bahkan seakan tak merasa gentar, Andi bergerak menarik satu kursi yang segera ditempatkannya merapat dengan kursi yang Aiman duduki. "Nggak usah marah-marah melulu, Man, nanti cepat tua. Kasian Camelia nanti, kalau jalan denganmu, dia malah dibilang sedang jalan dengan ayahnya ketimbang pujaan hati."
Aiman enggan menimpali. Sebagai gantinya dengusan kesalnya terdengar memenuhi ruangan yang seketika membuat suasana suram yang mengelilinginya berubah menjadi sedikit lebih baik.
Lalu, saat teringat perkataan Andi yang menyinggung kata ayah, pancaran mata Aiman berubah tajam saat menanyakan, "Bagaimana keadaan orang itu?"
"Orang itu masih hidup dan Faiz sudah memastikan nggak akan ada yang bisa mengusikmu. Juga, dia sudah meminta pihak rumah sakit untuk menghapus semua rekaman kamera CCTV yang ada di koridor depan." jawab Andi sembari menyandarkan punggungnya di sandaran kursi. Kemudian, saat teringat ada hal penting yang ingin ia sampaikan, Andi pun segera membuka mulutnya dan mengatakan, "Karena Camelia masih belum sadar, jadi aku akan menyampaikan rasa terima kasihku melaluimu. Terima kasih, karena berkat pertolongan malaikat kecilmu, adikku yang nakal itu baik-baik saja dan nggak ada hal buruk yang terjadi padanya."
KAMU SEDANG MEMBACA
Milikku - [TAMAT]
Romansa- Sudah tamat - Dewasa 21 + - Di bawah umur lain kali saja bacanya - Isi cerita masih lengkap (kecuali bab khusus) - Sudah tersedia dalam versi ebook -Akan diunpublish secara acak demi menghindari plagiat Lolita Series [1] Memenjarakanmu adalah cara...