🌼 22 🌼

1.5K 231 53
                                    

25+ komen untuk bab selanjutnya.

Begitu target terpenuhi, baru saya publish lagi bab berikutnya. Kalau belum, saya bakalan nunggu sambil mikirin series kedua dari cerita 'Askana Sakhi'.

Selamat membaca dan jangan lupa ninggalin jejaknya ya...
                                                                         
🌼🌼🌼
                                                                         
Hari-hari yang Camelia lalui saat ini kembali terasa tenang. Tidak ada lagi kejadian dimana ia harus berhadapan dengan situasi yang tak diinginkan ataupun kejadian tersuguhnya sebuah drama yang sampai saat ini masih membekas dalam ingatannya.

Semuanya kembali normal. Sama seperti di awal ia menginjakkan kaki di sekolah dimana Camelia bisa menjalani masa-masa tenangnya, sama seperti remaja lainnya.

Tetapi entah mengapa, tidak tahu dari mana asalnya, ada setitik rasa tak mengenakkan yang mengusik dalam hati Camelia. Ketenangan yang ia rasakan saat ini seperti hanyalah sebuah awal untuk datangnya sesuatu yang Camelia sendiri pun tidak tahu itu apa.

Gelisah yang coba disembunyikan tentu saja terasa menyiksa. Bahkan saat Camelia sedang bercakap-cakap bersama Yasmin di kursi taman yang berada dalam lingkup sekolah, sama seperti yang sudah dijalaninya selama seminggu terakhir, dimana penolongnya memintanya untuk tidak lagi menunggu jemputan di luar gerbang, Camelia tetap tak dapat mengenyahkan rasa tak mengenakkan yang ia rasakan.

Jadi, yang bisa Camelia lakukan hanyalah mencoba tersenyum sembari mendengar cerita Yasmin yang menceritakan mengenai akhir pekan yang dilaluinya bersama pria yang sesungguhnya temannya itu cintai.

Cinta...

Satu kata itu masih terasa asing bagi Camelia sendiri. Ia yang tidak mengerti mengenai arti yang sesungguhnya dari satu kata tersebut hanya bisa mengerutkan kening tiap kali Yasmin berkata bahwa dia sudah sejak lama menyukai teman dari kakaknya itu.

"Oh iya, Lia, gimana saran yang aku berikan tempo hari itu? Berhasil atau nggak?"

Kerutan di kening Camelia semakin jelas terlihat saat ia mencoba mengingat kembali saran seperti apa yang pernah Yasmin berikan padanya. Tak lama setelahnya, begitu satu ingatan mengenai hari dimana Yasmin mengunjunginya dan memberikan saran yang benar-benar dilupakannya, Camelia pun meringis sembari menjawab "Aku lupa soal itu, Yas."

"Kamu ini... " Yasmin berkacak pinggang. Meski nada suaranya terdengar kesal namun senyum di wajahnya menunjukkan sebaliknya. "Kalau begitu, cepatlah kamu coba, biar kita tau apakah mas Aiman benar menciummu atau nggak." ujarnya kemudian dengan nada antusias.

"Nggak mau ah." cepat Camelia langsung menolak. Ia bahkan menggelengkan kepalanya sungguh-sungguh saat kembali berkata, "Takutnya kak Aiman malah nanti mikir kalau aku sengaja ngelakuin itu cuma untuk narik perhatiannya dia. Bisa malu aku nanti kalau seandainya hal itu cuma sekedar pikiran aku saja."

Yasmin mendengus kesal. Namun tak ayal ia akhirnya hanya bisa menggeleng karena sikap polos Camelia yang masih saja sama seperti saat mereka masih anak-anak.

Dibandingkan Camelia yang sepertinya masih membutuhkan waktu untuk memahami hubungan antara lawan jenis, Yasmin justru sebaliknya. Terbiasa bergaul dengan para pria dewasa, yang terkadang tanpa sadar mereka membicarakan hal-hal dewasa saat berada di dekatnya membuat Yasmin sedikit demi sedikit memahami mengenai apa yang pria dewasa itu pikirkan.

Termasuk dengan apa yang ada di pikiran seorang Kaiven Hibrizi terhadap dirinya. Meski selama ini Yasmin selalu bersikap tak mengerti dengan apa yang pria itu rasakan padanya, Yasmin sepenuhnya mengerti tiap kali melihat tatapan pria itu yang selalu mencuri kesempatan untuk menatap bibirnya.

Milikku - [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang