🌼 31 🌼

1.5K 233 56
                                    

Target 45+ komen

Seperti biasa, begitu target terpenuhi, baru bab selanjutnya akan saya publish.

Oh iya, nggak lupa saya beri tau, bagi yang nggak mau ketinggalan bab khusus, kalian bisa follow akun saya ini bagi pembaca yang baru nongol di lapak saya ini. Soalnya, karena isinya sedikit mengundang pro dan kontra, maka cuma dipublish selama sehari semalam.

Nggak usah panjang lebar lagi. Selamat membaca dan jangan lupa berikan vote dan komennya yang banyak, biar saya semakin rajin updatenya.
                                                                       
🌼🌼🌼
                                                                       
Setiap orang mempunyai cara tersendiri untuk menghibur diri guna menghilangkan segala rasa sedih juga rasa tak mengenakan yang dirasakan. Ada yang bersenang-senang di tempat hiburan malam, ada yang menghabiskan waktu bersama orang terkasih, dan ada pula yang lebih memilih menyendiri di suatu tempat yang tidak banyak orangnya.

Cara terakhir itulah yang kini sedang Abrisam tempuh. Bedanya, kali ini, di waktu sang surya baru saja kembali ke peraduan, Abrisam sengaja memaksa asistennya untuk menemaninya.

Bisa Abrisam lihat jika asistennya itu merasa sedikit tidak rela karena harus meninggalkan keluarganya di akhir pekan seperti ini. Namun Abrisam mengabaikan. Di kala suasana hatinya sedang diselimuti kemarahan dan juga terluka, tidak ada orang lain yang lebih tepat untuk mendengar segala keluh kesahnya selain asisten yang merupakan satu-satunya orang yang dipercayainya itu.

"Maaf, pak, saya bukannya bermaksud kurang ajar. Hanya saja ini akhir pekan, kasihan istri saya ditinggal sendirian di rumah sementara anak-anak kami sedang pergi bersama pasangan mereka masing-masing." ujar Arif setelah beberapa menit berdiam diri sambil memandangi pantai dimana mereka berada saat ini.

Seingat Arif, pantai dimana sekarang berada merupakan tempat yang dulu sering dikunjungi oleh atasannya bersama mendiang istri pertamanya. Karena itu, Arif menunggu selama beberapa menit demi membiarkan sang atasan bernostalgia mengenang masa lalunya.

Akan tetapi, Arif juga merasa tidak betah jika hanya menghabiskan waktu tanpa mengatakan apa-apa. Dengan alasan mengungkit kembali mengenai istrinya yang ia tinggal sendiri, Arif sengaja ingin membuat atasannya itu mengatakan apa saja yang sudah mengganggu pikirannya.

"Sekali-kali nggak apa-apalah, Rif, kau mangkir dari tugasmu sebagai suami yang baik dan menemani lelaki tua yang kesepian ini." Abrisam menimpali dengan pandangan yang ia arahkan ke arah pantai yang jaraknya tidak terlalu jauh dari tempat Arif memarkirkan mobilnya.

"Kalau begitu, karena anda sudah memaksa saya meninggalkan istri saya sendirian di rumah, sebagai gantinya bisakah anda mengatakan mengapa tiba-tiba anda meminta untuk diantarkan ke sini?"

"Aku rindu pada mendiang ibunya Aiman, Rif."

Sebaris jawaban bernada sedih tersebut membuat kening Arif langsung berkerut kala mendengarnya.

Sejujurnya Arif merasa heran. Karena selama ini, meskipun sering kali mengungkit mengenai mendiang istri pertamanya, atasannya itu tidak pernah sekali pun membawa orang lain saat ingin pergi ke tempat yang memiliki kenangan bersama wanita yang masing sangat atasannya cintai itu.

"Dibandingkan dengan kehidupanku yang sekarang serba berkecukupan, kehidupanku dulu masih terasa jauh lebih membahagiakan. Ibunya Aiman nggak pernah sekalipun membuatku cemas atau pun memikirkan hal-hal rumit mengenai masa lalunya."

"Apakah ini ada hubungannya dengan ibu Nessa?" tanya Arif tanpa harus menunggu lama.

Abrisam mengangguk pelan meski sadar jika Arif mungkin saja tidak bisa melihatnya.

Milikku - [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang