🌼 13 🌼

2.3K 295 47
                                    

Ada nggak ya, yang masih setia nungguin kelanjutan cerita Camelia dan Aiman ini?

Maaf ya, baru sempat update lagi. Soalnya selain ada sedikit kendala di dunia nyata, saya juga lagi suka ngeliat Noeul (aktor baru berdarah Thailand dan korea). Apa lagi pas dia ngedance, pesonanya benar-benar keliatan.

Trus kemarin-kemarin jadi ikutan galau pas tau katanya dia diserang haters di twiter.

Tapi ya udah deh, jangan ngebahas masalah itu. Sekarang ayo kita fokus sama cerita saya ini. Ingat, jangan lupa berikan vote dan komen yang banyak, biar saya nggak galau-galau lagi dan makin semangat nulisnya.
                                                                      
🌼🌼🌼
                                                                      
Aiman tidak tahu bagaimana menggambarkan perasaannya saat ini. Situasi yang dihadapi Aiman sekarang ini terjadi tepat sehari setelah pembicaraannya dengan Camelia.

Awalnya Aiman ragu. Takut jika keputusan yang nanti diambilnya malah akan membuat amarah kembali menumpuk dalam dada. Tetapi, setelah kembali mengingat isi pembicaraannya dengan Camelia, ia pun akhirnya memantapkan hati.

Maka, setelah menyelesaikan urusan sekolah Camelia dan memastikan bahwa gadis kecilnya itu kini bisa kembali menikmati hari-harinya sebagai murid SMA seperti kebanyakan gadis seusianya serta meminta Faiz untuk melayani 'tamunya' dengan baik, Aiman pun memerintahkan Hafizh untuk mengatur pertemuan dengan satu sosok yang sebenarnya tidak ingin lagi ia libatkan di dalam hidupnya. Baginya, saat ia diusir dari rumah lebih dari sepuluh tahun yang lalu, maka hubungan diantara mereka berakhir pada hari itu juga.

Namun, Aiman tentunya tak bisa mengabaikan nasehat dari bidadari kecilnya.

Dengan usia semuda itu serta pemikiran dewasa yang tidak seharusnya ada padanya, Aiman pastinya tidak ingin membuat gadis kecilnya itu kecewa.

Dan di sinilah Aiman berada sekarang. Di dalam ruang private di sebuah restoran bintang lima. Duduk saling berhadapan dengan seorang pria paruh baya yang terlihat jauh lebih kurus ketimbang beberapa bulan lalu, dimana Aiman pernah bertemu dengannya di acara salah satu sahabatnya.

Tidak ada yang bisa Aiman katakan.

Perasaan Aiman sekarang seakan tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata.

Namun yang pasti, diantara perasaan tak bermakna tersebut, Aiman bisa memastikan bahwa tidak ada sedikit pun rasa rindu yang biasa dirasakan oleh seorang anak yang telah lama tidak bertemu dengan orang tuanya.

Jadi, dari pada terus membuang waktu dengan hanya duduk dan saling bertatapan seperti ini, sejenak Aiman mengarahkan pandangan kepada seorang pria paruh baya berkaca mata yang berdiri tak jauh dari seorang pria yang saat ini sedang duduk di hadapannya. Setelahnya Aiman menghela napas dan kembali mengarahkan pandangan lurus ke depan seraya dengan dingin berkata, "Sebaiknya segera katakan kenapa anda masih saja terus mengusik hidup saya? Saya tidak punya waktu untuk terus duduk dan saling berhadapan dengan anda seperti ini."

Abrisam meringis pedih.

Sikap dingin serta cara bicara putra sulungnya yang seolah sedang berbicara dengan orang asing membuatnya harus sejenak mengalihkan pandangan ke arah jendela kaca besar yang berada di balik punggung anaknya itu.

Entahlah sebesar apa rasa sedih yang Abrisam rasakan saat ini. Tapi, sebagai seorang ayah yang jelas-jelas mendapat penolakan dari anaknya, Abrisam akhirnya sadar apa yang didapatkannya sekarang adalah buah dari sikapnya dulu yang telah berlaku sangat tidak adil kepada anaknya.

Sedih sudah pasti Abrisam rasakan. Akan tetapi Abrisam tidak bisa mengeluh ataupun memelas.

Kemudian yang dilakukannya setelah menghela napas panjang beberapa kali demi menenangkan diri, Abrisam kembali menatap wajah tegas yang menampilkan sikap tak bersahabat anaknya. "Maafkan papa, Man, karena sudah menjadi ayah yang buruk bagimu." ucapnya seraya mencengkram kedua tangannya di atas pangkuan.

Milikku - [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang