🌼 2 🌼

5.1K 461 49
                                    

100+ vote
33+ komen

Di bab ini, pertanyaan kalian di bab sebelum sudah ada jawabannya.

Dan, Yasmin itu punya Kaiven, kasian Kaiven kalau Yasminnya diambil orang.

Salam dari penulis amatir yang suasana hatinya sedang tidak bagus hari ini.
                                                                      
🌼🌼🌼
                                                                      
Aiman meluruskan punggungnya yang terasa kaku. Menghadap beberapa dokumen berisi laporan dari karyawannya mengenai keadaan Club miliknya di beberapa kota, walau sudah sering ia lakukan, rasanya masih saja membuatnya tetap tidak bisa terbiasa.

Orang mengatakan bahwa segala sesuatu jika sudah sering kita lakukan, maka hal yang kita lakukan tersebut tidak lagi membawa kesulitan ataupun kesusahan saat kita melakukannya. Akan tetapi, Aiman tidak berpikir begitu. Karena itulah, jika dokumen-dokumen tersebut sudah membuatnya sakit kepala serta mata berkunang-kunang karena harus membaca huruf ataupun angka di dalamnya, Aiman akan melemparkan dokumen itu kepada Indira, manager yang bertanggung jawab di Clubnya serta salah satu orang yang dipercayainya.

Berdiri karena tidak ingin lagi membuat matanya sakit melihat dokumen-dokumen yang harus selesai dipelajarinya hari ini, Aiman berdiri dari kursi kebesarannya dan melangkah keluar dari ruang kerjanya.

Sejenak Aiman ingin menyegarkan diri.

Tadi malam, setelah kedua sahabatnya pulang, Aiman yang malas untuk pulang ke apartemennya memilih untuk tetap di sana dan menggunakan ruang rahasia yang berfungsi sebagai kamar untuk mengistirahatkan sejenak tubuhnya yang lelah.

Sambil berjalan-jalan hingga akhirnya ia keluar dari pintu belakang Club miliknya, Aiman teringat kembali bagaimana kesulitan yang dialami Kaiven saat harus mencari berbagai alasan demi membuat Andi percaya dengan kata-katanya.

Membayangkan Kaiven yang tak berhenti bicara serta secara lembut mencoba membuat Andi tidak lagi menaruh curiga saat mendengar nama adiknya dibawa-bawa, sungguh tak terkira bahwa pria seperti Kaiven, yang setiap harinya bertemu dengan banyak pelanggan yang berbeda yang datang ke bengkelnya, bisa juga berada dalam situasi sulit yang membuatnya tidak berdaya.

Aiman sendiri pada saat itu tidak melakukan apa-apa. Ia dengan suka rela membiarkan Kaiven menyelesaikan masalahnya sendiri dan bertindak sebagai penonton saja.

Untunglah Andi tidak terlalu menaruh curiga. Mungkin karena pusing mendengar Kaiven yang terus menyerocos, Andi akhirnya memilih mengangguk dan mengalihkan pembicaraan dengan mengatakan bahwa ayah dan ibunya mengundang mereka semua untuk makan malam, malam ini.

Tidak ada yang boleh terlambat datang. Itulah pesan yang dari ibunya yang harus Andi sampaikan. Jika para sahabatnya sampai telat sedikit saja, maka mereka harus bersiap-bersiap menemani ibunya memasak di hari berikutnya.

Aiman menaikkan sedikit sudut bibirnya. Jika tidak ada orang yang benar-benar memperhatikan, maka mereka akan menganggap Aiman sedang menyeringai sekarang. Meski faktanya itu bukanlah seringai melainkan senyum, Aiman sendiri malah lebih suka mereka semua beranggapan seperti itu.

Sungguh, Aiman merasa senang berada diantara keluarga Andi. Sikap keluarga sahabatnya itu yang ramah dan membuka pintu lebar-lebar untuk menerima kehadiran para sahabat dari anak mereka, tidak peduli seperti apapun pekerjaan yang mereka geluti, bisa sedikit mengisi rasa sepi yang Aiman rasakan.

Tanpa sadar Aiman membandingkan ayahnya Andi dengan sesosok pria yang paruh baya yang pernah dilihatnya beberapa di sebuah pesta.

Mungkin karena penampilannya yang sudah jauh berubah, pria paruh baya yang telah menciptakan lubang penderitaan di dalam relung hatinya itu sama sekali tidak mengenalinya. Aiman membiarkan. Ia tidak menyapa ataupun berniat memperkenalkan diri kepada sosok yang hingga saat ini masih sangat dibencinya itu.

Milikku - [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang