Hayoloh ngaku pada ngaku, siapa aja yang ngehujat Nessa di bab sebelumnya? Gondok dan enek pastinya kan ya, sama perilakunya Nessa?
Ya, udalah ya, nggak usah gondok2 terus. Dan karena targetnya sudah terpenuhi, malahan lebih, maka sesuai janji saya publish bab ini.
Target untuk bab ini 40+.
Nggak usah banyak cincong lagi. Yuk langsung aja dibaca dan jangan lupa berikan vote dan komennya ya, biar saya semakin semangat lagi nulisnya.
🌼🌼🌼
"Aiman akan segera menikah."Abrisam membuka matanya lebar-lebar. Informasi yang baru saja didengarnya membuat ia merasa harus menatap lekat-lekat ke arah Karnaka yang saat ini duduk di seberang meja di hadapannya.
Untungnya, saat informasi tersebut merasuk ke dalam indra pendengarannya, kopi yang tadi Abrisam teguk telah berhasil melewati kerongkongannya. Kalau tidak, Abrisam sangat yakin jika dirinya saat ini pasti akan tersedak karena mendengar berita yang sangat tak terduga baginya itu.
Sebelum datang ke salah satu restoran ternama ini untuk memenuhi undangan Karnaka yang menghubunginya dan mengatakan ingin mengajaknya makan siang, Abrisam sebenarnya sudah menduga bahwa ada hal penting yang akan disampaikan oleh teman yang sudah dikenalnya sejak mereka masih muda itu. Namun Abrisam tidak pernah berpikir bahwa berita mengenai pernikahan putra sulungnya yang akan ia dengar.
Sungguh, beberapa menit lamanya Abrisam hanya bisa terdiam karena tidak tahu harus bereaksi seperti apa.
Berita tak terduga dan juga tidak pernah Abrisam sangka-sangka tersebut, selain mengejutkan baginya, juga menerbitkan rasa sedih dalam hatinya. Pasalnya, berita membahagiakan itu Abrisam dengar dari orang lain dan bukan dari anaknya sendiri.
Sudah jelas Aiman masih membencinya. Hal itu juga Abrisam sadari dan juga tidak mungkin dianggapnya angin lalu.
Karenanya, walaupun merasa sedih, Abrisam berusaha menekan rasa sedih dalam hati dan dengan suara bergetar ingin kembali memastikan dengan menanyakan, "Kau bilang apa tadi, Kar?"
"Aiman akan segera menikah." Karnaka mengulang kembali perkataannya dengan sabar. Ia bahkan menambahkan, "Karena aku tau dia nggak mungkin menyampaikan berita membahagiakan itu padamu, makanya aku berinisiatif mengajakmu bertemu siang ini dan mengatakan hal itu padamu."
Abrisam tersenyum miris. Ia sebenarnya sudah mencoba menerima nasib mengenai kemarahan serta kebencian Aiman padanya. Akan tetapi, pada saat putranya itu akan melewati fase penting dalam hidupnya dan sama sekali tidak berniat untuk memberitahunya, kesedihan yang Abrisam rasakan semakin bertambah.
Entah sampai kapan Abrisam harus menanti hari dimana Aiman mau membukakan pintu maaf untuknya? Apakah mungkin pintu maaf tersebut selamanya tidak akan pernah terbuka dan Abrisam akan dibiarkan menanggung rasa penyesalan serta bersalah sampai ajal menjemputnya.
"Janganlah kau berpikir yang macam-macam dulu, Bri. Asalkan kau mau bersabar, aku yakin suatu hari nanti Aiman pasti mau membukakan pintu maafnya untukmu."
"Semoga saja hari itu akan segera tiba, Kar." timpal Abrisam dengan senyum miris masih bertahan di bibir. Lalu, keningnya tiba-tiba berkerut dalam saat merasa ada yang mengganjal dan jal tersebut langsung ia utarakan dalam kalimat, "Bagaimana bisa Aiman memutuskan menikah padahal mereka belum lama bertemu? Juga, umur gadis itu masih sangat muda, bukankah hukum melarang hal itu?"
Karnaka tersenyum simpul. Kebingungan Abrisam yang diutarakan melalui dua pertanyaan beruntun tersebut tentu saja bisa ia maklum.
Bukan hanya Abrisam, bahkan istri Karnaka sendiri pun sampai harus mengelus dada saat pertama kali mendengar berita tersebut. Tapi, setelah dijelaskan dan diberitahu mengenai apa yang terjadi, sekarang ini istrinya malah menjadi orang yang paling sibuk untuk menyiapkan pernikahan bagi pria muda yang sudah mereka anggap seperti anak sendiri itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Milikku - [TAMAT]
Romance- Sudah tamat - Dewasa 21 + - Di bawah umur lain kali saja bacanya - Isi cerita masih lengkap (kecuali bab khusus) - Sudah tersedia dalam versi ebook -Akan diunpublish secara acak demi menghindari plagiat Lolita Series [1] Memenjarakanmu adalah cara...