🌼 6 🌼

3.8K 413 56
                                    

Untuk pembaca setia Aiman dan Camelia, bab ini untuk kalian yang masih dan selalu mendukung cerita ini.

Oh iya, nggak lama lagi kalian akan segera tahu siapa nama tokoh utama untuk cerita 'Lolita the Series' ini. Selain Kaiven dan Andi, masih ada satu lagi tokoh yang belum saya sebutkan namanya.

Nah, sambil menanti tokoh itu muncul, yuk nikmati dulu cerita Aiman bersama gadis kecilnya.

Ingat, jangan lupa vote dan komennya yang banyak demi menyenangkan penulis amatir yang satu ini.
                                                                         
🌼🌼🌼
                                                                         
Pagi-pagi sekali Aiman sudah bangun. Membutuhkan usaha yang kuat baginya saat harus secara tidak rela mengangkat perlahan tubuh Camelia dan meletakkan kembali tubuh mungil itu di atas tempat tidur.

Perlahan dan menjaga tidak adanya sedikit pun suara, Aiman turun dari tempat tidur. Niatnya sudah pasti ingin membersihkan diri dan segera pergi menemui orang yang tidak bisa menjalankan tugasnya sebagai seorang ayah dengan baik.

Tapi sebelum itu, Aiman yang telah membersihkan diri, memakai kemeja yang kali ini berwarna hitam serta dilapisi dengan jakit kulit berwarna hitam pula dan mengenakan celana jeans sebagai bawahan, meminta Hafizh menghubungi dokter. Dokter yang dihubungi haruslah perempuan. Aiman tidak akan rela ada tangan pria lain yang menyentuh tubuh mungil malaikat kecilnya.

Setelah dokter perempuan yang datang memeriksa memastikan tidak ada yang salah pada diri Camelia, Aiman meminta kepada dokter itu untuk menyuntikan obat tidur kepada gadis kecilnya itu.

Aiman tidak bermaksud jahat. Ia hanya ingin Camelia masih terlelap saat ia membawanya pulang nanti.

Meski sang dokter sendiri tampak kurang setuju dengan permintaannya, tatapan Aiman yang tajam mampu membungkan ketidak-setujuannya. Bahkan di saat Aiman meminta tolong untuk menunggui Camelia sebentar sampai ia kembali, dokter itu langsung mengangguk dan tak mengatakan apa-apa.

Turun ke lantai satu dengan diikuti Hafizh yang melangkah satu langkah di belakangnya, kepada Dodi yang terburu-buru menghampirinya, Aiman memerintahkan kalimat yang tidak ingin dibantah.

Lantai dua terlarang bagi siapapun. Para pegawai ataupun pekerja di sana, dilarang menginjakkan kaki di lantai dua. Tidak ada siapapun yang boleh naik dan tidak ada siapapun yang boleh turun. Perintah tersebut terdengar mutlak. Sehingga Dodi mengangguk patuh dan dengan sigap mengiyakan.

Lalu, di sinilah Aiman berada, duduk menyandar di kursi bagian penumpang dengan Hafizh yang bertindak sebagai supir.

Aiman masih marah kepada orang kepercayaannya itu. Makanya sejak tadi pagi Aiman tidak banyak bicara padanya dan hanya memintanya untuk menghubungi dokter.

Keteledoran Hafizh yang tidak segera menyampaikan apapun informasi menyangkut Camelia membuatnya kesal. Namun Aiman sadar, bahwa ia tidak bisa selamanya mendiamkan Hafizh. Satu kesalahan tidak akan bisa menghapus segala kebaikan selama bertahun-tahun pria itu bekerja padanya.

"Kita sudah sampai, pak."

Kalimat yang diucapkan dengan nada sungkan tersebut membuat Aiman menghela napas. Sebelum keluar dari mobil, Aiman memecahkan kecanggungan dengan berkata, "Kau ikut masuk ke dalam, Fiz. Bantu aku menilai, siapa saja orang-orang di dalam rumah itu yang sudah membuat hidup Camelia menderita."

Ekspresi Hafizh yang semula suram dalam sekejap berubah sumringah. Ia kira sang atasan akan membutuhkan waktu yang lama untuk memaafkan kesalahannya.

Melihat nada suara sang atasan yang tidak lagi datar serta pancaran matanya tidak lagi setajam tadi malam, Hafizh tidak akan menyia-nyiakan maaf yang telah diberikan. Tanpa perlu menyahut ia segera turut keluar dari mobil. Setelah memastikan mobil yang sengaja diparkir di luar pagar itu telah terkunci, Hafizh berdiri di belakang atasannya saat pria yang hari ini memakai pakaian dengan didominasi warna hitam itu memencet bel.

Milikku - [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang