🌼 38 🌼

1.5K 218 67
                                    

62+ komentar

Nggak banyak yang ingin saya sampaikan, cuma mau bilang selamat membaca dan jangan lupa untuk memberikan vote dan komentarnya.
                                                                          
🌼🌼🌼
                                                                          
Hari ini akhirnya Aiman baru benar-benar merasa lega. Setelah lewat tengah malam kemarin Aiman baru saja melewati salah satu hal tidak menyenangkan dalam hidupnya, Aiman pun bisa bernapas lega saat waktunya sarapan pagi tadi, ia tidak melihat kedua wanita yang berniat menempuh jalan pintas hanya demi memenuhi keinginan mereka.

Aiman sekarang juga tidak peduli jika ada yang mengatakan bahwa dirinya merasa senang atas kemelut rumah tangga yang dihadapi oleh pria yang sebentar lagi akan menjadi ayah mertuanya.

Salah pria itu sendiri, kenapa bisa begitu buta dalam menilai seseorang. Tidak hanya telah menyia-nyiakan putri kandungnya sendiri, pria itu bahkan telah salah meletakkan kasih sayang dan juga kepercayaan kepada seseorang yang tidak pernah sedikit pun menghargainya.

Entahlah, Aiman tidak ingin lagi mengatakan apapun mengenai pria itu. Ia tidak ingin membuat Camelia merasa sedih kala tahu jika dalam pikirannya, Aiman masih saja ingin memaki serta memukul ayahnya yang tidak bertanggung jawab.

Sekarang ini, pada saat Aiman harus datang ke Devil Club setelah menyelesaikan sarapan dan juga berpesan kepada Camelia agar tidak kemana-mana karena Aiman telah meminta izin kepada ayahnya Andi agar calon istrinya itu bisa mempersiapkan diri untuk pernikahan mereka, Aiman tak lagi merasa cemas ataupun khawatir.

Selain ada Indira yang menemani Camelia, Aiman juga sadar jika Camelia membutuhkan waktu untuk berbicara dari hati ke hati dengan ayahnya.

Karena itu, pada saat memeriksa beberapa dokumen yang diberikan Hafizh padanya, Aiman bisa dengan mudah berkonsentrasi. Bahkan saking konsentrasinya, Aiman juga mengabaikan keberadaan Kaiven dan Andi yang seakan tahu mengenai segala kegiatannya.

"Abaikan saja kami, Man, nggak pa-pa kok. Udah biasa juga dianggap nggak ada." ucap Kaiven dengan nada menyindir. Tahu jika sahabaynya yang sebentar lagi menikah itu ada tipe orang yang bisa mengabaikan keadaan sekitarnya jika sudah tenggelam dalam pekerjaan, sengaja Kaiven membawa topik yang pastinya akan menarik perhatian Aiman padanya. "Ngomong-ngomong, Man, kenalan aku yang tinggal di gedung yang sama denganmu bilang kalau dia ngeliat ada dua orang perempuan yang pagi-pagi sekali keluar dari penthousemu. Kalau boleh kami tau, mereka ada keperluan mendesak yang harus diselesaikan atau kaulah yang mengusir mereka?"

Aiman meletakkan bolpoin yang tadi dipegangnya dengan cukup keras di atas meja usai mendengar apa yang Kaiven tanyakan padanya.

Sahabatnya yang suka sekali usil mencampuri masalah pribadi mereka itu tidak akan berhenti mengusiknya jika Aiman terus mengabaikannya. Ibarat ibu-ibu penggosip, jika belum mendapat jawaban yang memuaskan, maka mereka akan terus mendesak demi mendapatkan jawaban yang diinginkan.

Terkadang Aiman merasa lelah menghadap sikap Kaiven yang suka sekali usil mengorek masalah pribadinya itu. Akan tetapi, karena tahu jika di balik sikap usilnya tersebut Kaiven sedang menyembunyikan luka hatinya, Aiman pun mencoba bersabar.

Memikirkan bahwa persahabatan mereka sudah terjalin untuk waktu yang lama, Aiman akhirnya menghela napas panjang seraya menatap kedua pria yang duduk di sofa di seberang meja kerjanya.

Kedua alis Kaiven yang terangkat seolah menandakan kemenangan membuat Aiman ingin sekali menggetok kepala sahabatnya itu. Kemudian kedikan bahu Andi yang disertai seulas senyuman membuat Aiman kembali menghela napas pasrah seraya menyandarkan punggungnya di kursi kebesaran yang ia duduki.

Milikku - [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang