Bab 2

214 62 15
                                    

Bara menyusurkan dua tangan ke rambutnya yang memang sudah acak-acakan. Ia tertawa lepas kemudian menangis di depan makam Stefanie.

Setelah acara pernikahan Barsel dan Clara selesai, Bara bergegas pergi ke makam Stefanie untuk menceritakan hal apa saja yang ia lakukan pada Barsel.

Bukan malam ini saja Bara datang ke makam Stefanie. Ia hampir datang setiap beberapa minggu sekali untuk melepaskan rasa rindu yang tak akan mungkin terbalaskan.

"Honey, kamu jangan sedih. Aku akan membuat Barsel merasakan sakit berkali-kali lipat dari apa yang kamu rasakan."

Bara mengusap-usap batu nisan Stefanie dan sesekali menciumnya.

"Kamu tahu, Honey. Malam ini mereka menikah dan malam ini juga, aku mengirimkan wanita yang tengah hamil anak Barsel."

Bara kembali tertawa membayangkan kekacauan malam pertama Barsel dan Clara. Namun, tawa itu tak berlangsung lama, tawa itu kembali menghilang digantikan dengan raut wajah bengis ketika mengingat kejadian beberapa bulan lalu.

Seminggu setelah Barsel mengutarakan niatnya untuk menikah dengan Clara beberapa bulan mendatang.

Bara langsung mengajak Barsel untuk minum bersama sebagai perayaan. Hal itu bukan sesuatu yang tulus untuk merayakan kebahagiaan Barsel yang akhirnya akan bersatu dengan Clara. Perayaan itu hanya kamuflase untuk menutupi rencana balas dendamnya.

Aksi Bara mulai saat Barsel sudah mabuk. Ia membayar seorang wanita pekerja seks komersial untuk menggoda Barsel. Bahkan Bara menjanjikan uang dengan nominal cukup besar jika wanita itu berhasil hamil anak dari Barsel.

Keberuntungan mungkin sedang berpihak padanya. Dua bulan setelah perayaan itu, Bara mendapatkan kabar dari wanita yang ia bayar bahwa dirinya positif hamil.

Bara meminta wanita itu untuk bersembunyi hingga waktunya tiba dan malam ini, waktu yang sangat tepat untuk menghancurkan semuanya. Ia memerintahkan wanita itu datang di akhir acara pernikahan Barsel dan Clara. Sedangkan dirinya sengaja buru-buru pulang supaya terkesan tidak tahu menahu apa yang tengah terjadi.

Lalu ia akan berpura-pura simpati dan perlahan, ia akan merebut Clara dari Barsel dengan cara memberikan perhatian pada Clara karena wanita yang tengah terluka hatinya pasti akan rapuh dan mudah untuk ditaklukkan menurutnya.

"Baiklah, Honey. Aku pulang dulu dan aku pasti kembali lagi untuk menemuimu nanti."

Bara mengecup batu nisan Stefanie sekilas kemudian pergi untuk beristirahat. Ia tak sabar menunggu hari esok, ia ingin tahu kehebohan apa yang terjadi saat wanita itu muncul dihadapan Barsel dan Clara.

❄️❄️❄️

Clara menangis sesenggukan, ia merasa telah dikhianati oleh Barsel.

Awalnya Clara tak percaya dengan ucapan seorang wanita yang tiba-tiba datang dan mengaku tengah hamil anak Barsel tapi semua rasa tak percaya itu berubah menjadi rasa sakit teramat sangat setelah wanita itu memperlihatkan bukti foto serta video.

Rasanya Clara tak ingin memercayai semuanya. Namun, kenyataannya memang seperti itu adanya.

Clara ingin pergi meninggalkan Barsel tetapi ia tak tahu harus pergi kemana dan ia juga tak mungkin untuk pulang ke rumah, orangtuanya pasti akan panik serta sedih mendengar masalah yang tengah menimpanya saat ini di usia pernikahan yang belum genap dua belas jam.

"Clara, Sayang. Aku mohon maafkan aku. Aku sungguh tidak tahu, kenapa hal ini bisa terjadi."

Barsel berusaha untuk membujuk Clara supaya tidak marah lagi padanya tapi ia sendiri saat ini tengah dilema karena wanita asing itu mengaku tengah mengandung anaknya.

"Kamu jahat."

Terlihat jelas raut kekecewaan di wajah Clara karena hari ini adalah hari pernikahannya, seharusnya malam ini mereka berdua tengah berbahagia namun kenyataannya sungguh berbanding terbalik.

Rasa suka cita dan tawa kini telah lenyap menjadi tangisan kekecewaan dan penderitaan.

"Aku sungguh tidak ingin menyakiti kamu. Aku menyesal atas kecerobohan yang pernah aku lakukan."

Barsel ingin meraih tubuh Clara dan memeluknya erat tapi Clara langsung mundur beberapa langkah seolah-olah mengatakan ketegasannya bahwa saat ini dia tidak ingin di dekati lagi.

"Aku ingin kita berpisah."

Mata Barsel membulat sempurna, kata-kata Clara barusan seperti belati yang menghujam tepat di jantungnya. Rasanya sungguh menyakitkan.

"Aku tidak akan pernah melepaskan kamu!"

Barsel menarik lengan Clara paksa supaya mendekat kemudian ia memeluk erat tubuh Clara yang masih bergetar karena menangis.

"Clara, Sayang. Kamu boleh caci maki aku, tampar ataupun pukul aku tapi aku mohon padamu, jangan pernah pergi dariku."

"Aku tidak mau denganmu!"

Clara meronta-ronta ingin melepaskan diri tapi pelukan Barsel justru semakin kuat dan ia bisa merasakan Barsel ikut menangis bersamanya sehingga ia merasa sedikit iba dan mulai menyerah.

"Aku sungguh mencintaimu, Clara. Aku tidak bisa tanpamu."

"Lalu bagaimana dengan anak kita?"

Perasaan Clara yang tadinya mulai berangsur-angsur tenang, kini kembali meradang saat mendengar pertanyaan wanita itu. Wanita yang mengaku bernama Sena dan tengah hamil anak suaminya, Barsel.

Barsel melepaskan pelukannya pada Clara kemudian menghadap Sena yang berada tak jauh dari mereka.

"Mungkin aku memang pernah tidur denganmu tapi belum tentu itu anakku."

Clara menatap Barsel dengan seksama. Ia baru sadar, apa yang dikatakan Barsel baru saja ada benarnya. Mungkin mereka memang pernah tidur bersama tapi anak itu belum tentu anak Barsel.

"Aku bisa membuktikannya," balas Sena penuh percaya diri.

Sena berani berkata demikian karena memang Barsel adalah pria terakhir yang telah tidur bersamanya.
















Bara's Revenge Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang