14. Para Monster Bernyanyi, "Cukup Sudah, Axel Greene!"

1.6K 395 6
                                    

NOTE: Bab 13 Fantastic Love dengan judul “Leo Falmour” sudah terbit di KaryaKarsa. Di sana saya tulis menggunakan sudut pandang orang ketiga. Jadi, kalian bisa tahu rahasia Leo. Thank you.

Stefan pura-pura pikun ketika hendak memberikan nomor ponsel Leo. Hanya ketika aku mengerahkan segenap kemampuan sebagai putri “yang butuh BANGET kontak pacar”, maka Stefan bersedia mengalah. Aku sempat curiga dia tidak sungguh-sungguh ingin membeberkan informasi mengenai Leo.

Ah masa bodoh. Sekarang aku memiliki nomor Leo dan bisa menghubunginya kapan pun.

Begitu masuk kamar, aku menunda acara mandi. Setelah mengetikkan sejumlah angka dan menyimpannya dengan nama “PACARKU”, aku berusaha menghubungi Leo. Sayang panggilanku terhalang oleh informasi dari operator telepon yang menyatakan bahwa Leo saat ini tengah melakukan panggilan suara. Akhirnya kuputuskan mengetik pesan singkat.

[Leo, simpan nomor ini. Pacarmu yang paling manis.]

Oke, sebut aku dengan tidak tahu malu. Hahahaha. Aku tidak peduli. Bagiku bisa menjalin hubungan romantis dengan Leo itu jauh lebih penting daripada apa pun!

Indahnya hidup ini.

Sempurna.

***

Semalaman aku kesulitan tidur hanya karena sebuah pesan singkat dari Leo.

[Sampai jumpa besok, Manis.]

Jantung jumpalitan. Rasanya aku ingin meloncat-loncat dan menari diiringi lantunan balada cinta dari Ariana Grande. Thank you, next next. Thank you,next next. Oh lagu apa pun jadi terasa indah ketika punya pacar.

Di kelas aku mulai menyenandungkan beberapa potong lagu milik Taylor Swift. Namun, kebahagiaanku terhalang oleh kehadiran Axel yang tanpa babibu langsung menghalangi pintu masuk. “Bayar,” katanya sembari memasang tampang sok keren, “baru boleh lewat.”

Kalah?

Tidak usah. Aku punya cara lain.

Aku berusaha menunduk dan memanfaatkan celah di bawah lengannya. Seperti marmut berusaha lolos dari jebakan, tapi terjerat masalah lain. Axel melingkarkan lengan ke pinggangku dan menahan tubuhku di tempat. Otomatis anak lain yang ingin masuk kelas pun gagal dan memilih menunggu sampai Axel sendiri yang membiarkan mereka lewat.

“Lepaskan aku!” Sekuat tenaga aku berusaha menendang dan meronta. Namun, usahaku tidak membuahkan hasil. Axel membiarkan orang lain lewat sementara dia menyeretku menepi bersamanya koridor. “Dasar penindas! Tiran!”

“Ayolah, temani aku seharian ini.”

“Aku nggak mau bolos! Lepas!”

Kedua tanganku mengepal, berusaha memukul pinggang Axel. Dia terkekeh dan makin girang dengan aksiku.

Gawat! Nilaiku kurang bagus dan membolos hanya akan menambah daftar panjang keburukanku. Bisa-bisa Stefan mengalami kebotakan dini andai mendengar satu lagi kasus dariku.

Dalam hati aku berdoa agar Leo muncul. Namun, yang muncul justru Bu Amanda dan dia tengah membawa penggaris kayu. “Axel, kembali ke kelas dan kamu nggak bisa gendong anak orang seperti tengah membawa karung.”

Hanya karena itu saja aku bisa menyelamatkan diri. Lari.

Pada jam pelajaran pertama Leo masih belum muncul. Aku pikir dia terlambat, tapi sampai pelajaran berakhir dia masih belum menampakkan batang hidungnya. Sepulang sekolah pun aku berusaha menghubungi ponselnya, tetapi selalu dialihkan ke kotak suara. Akhirnya aku menyerah dan memilih pasrah. Menerima andai dia sadar dan memutuskan hubungan kami. Apa pun bisa terjadi. Aku harus siap.

FANTASTIC LOVE! (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang