30. Bertaruh

760 114 0
                                    

NOTE: Iklan. Buwahahaha. Episode 29 dengan judul “Seteru” sudah terbit di KaryaKarsa. Paket 2 dan Paket berisi 10 episode juga sudah saya buat. Hehehe. Terima kasih. Jangan lupa jaga kesehatan, ya? Oke? Saya kirim doa kasih dan cinta untuk kalian semua.

Bila aku tidak melakukan sesuatu, maka perubahan tidak akan terjadi. Meskipun Leo menyarankan agar aku duduk manis, menunggu, dan berpangku tangan tapi itu tidak bisa menenangkan hatiku sedikitpun. Justru perasaan waswas dan serangan paranoid makin menjadi. Aku takut tidak bisa bersama Leo. Aku juga takut bila ada hal buruk menimpa Stefan.

Ironis. Perhatianku terpecah. Hatiku terbagi. Konsentrasiku buyar. Malam terasa panjang karena aku sering terjaga dan sulit lelap. Alhasil kedua mataku dihiasi bulatan hitam dan bagian putih pada bola mata pun menampilkan urat-urat merah.

Aku tidak boleh membiarkan diriku berlama-lama dalam nestapa. Kejatuhan Lindgren bisa saja terjadi. Apa pun bisa terjadi. Stefan bukan tipikal pria yang bisa menerima suara maupun pendapat orang lain. Dia hanya akan melihat sesuatu dari versi kacamata moralitasnya saja. Peduli setan alasan seseorang tidak melakukan ataupun melaksanakan sesuatu.

Bagi Stefan Leo akan menjadi duri dalam daging, sama seperti Philip Greene—ayah kandung Axel—musuh bebuyutannya. Bila tidak sesuai dengan keinginan Stefan, maka itu salah. Salah.

Oleh karena itu, aku pun berjudi dengan nasib. Lekas kupersiapkan, secara diam-diam, kepulanganku ke tanah air. Aku cukup memiliki persediaan uang, baik tunai maupun berupa digital yang tersimpan dalam rekening dan jangan lupakan kartu kredit (aku harap tidak perlu memakai kartu tersebut). Rencananya aku akan menyewa kos di daerah sekitar Kota Mutiara Pudar, kemudian akan kuhubungi Leo, dan ide terburuk tapi paling mematikan: Kami kawin lari saja!

Mau tidak mau, pasti Stefan akan setuju dengan permintaanku dan belajar menerima kehadiran Leo.

Baiklah aku paham bahwa melawan orangtua merupakan tindakan laknat. Namun, aku terdesak! Kondisiku masuk siaga—gawat darurat! Pasti semua orang paham dan setidaknya bisa mengerti bahwa tindakanku termasuk dalam membela diri.

Usiaku memang masih muda, tapi tidak ada jaminan Stefan akan menghalangi pernikahanku dengan pria mana pun seumur hidupnya! Hei aku butuh bertindak heroik! Siapa tahu bisa berakhir damai, bukan?

SIAP! Aku hanya perlu menyeret satu koper berwarna merah muda nyentrik dan sebuah ransel berwarna kuning ngejreng. Percayalah benda-benda dengan warna mencolok akan memudahkanku mencarinya tanpa perlu memutar leher seperti burung hantu.

Tiket sudah ada dan sengaja kupilih jam penerbangan malam. Untung saja Stefan tidak menempatkan penjaga apa pun di sekitar flat. Barangkali dia pikir Leo maupun lelaki kurang akal tidak mungkin berani mendekat tanpa mempertaruhkan nyawa.

Pukul sepuluh malam aku melaju menuju bandara menggunakan taksi. Sejauh ini belum ada tanda-tanda seseorang akan mencegat dan menarikku keluar dari dalam taksi. Aman! Semua dalam kendali.

Setibanya di bandara jantung pun makin berdebar. Aku merapatkan jaket dan topi dengan harapan tidak ada satu manusia pun mencurigaiku. Manusia yang kumaksud itu sudahlah pasti antek-antek papaku. Bahkan ketika duduk dalam pesawat pun debaran dalam dada makin membuncah—membuatku kesulitan berkonsentrasi.

“Kamu perlu sesuatu?” tanya seseorang yang duduk di sampingku. Dia seorang wanita paruh baya dengan rambut hitam kelam, tubuhnya berisi dan ketika tersenyum muncullah sepasang lesung pipi. “Kamu terlihat sedikit kacau, sebenarnya.”

Nada suara yang perempuan itu perdengarkan begitu lembut dan menenteramkan. Perlahan aku mulai bisa sedikit melepaskan tali-tali kecemasan beserta beban pikiran.

FANTASTIC LOVE! (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang