Chapter 13

12.6K 949 174
                                    

Galia mengusirku.

Saat makan malam tadi dia mengusirku di depan ayahnya, dan beliau—ayah Galia—tak dapat membantah guna monolongku.

Beliau sudah mencoba untuk menenangkan Galia, tetapi Galia sangat marah. Dia marah sekali padaku karena ternyata aku tahu tentang rahasianya.

Benar. Itu rahasia. Dia menikah dengan Javaid tidak lagi dalam keadaan murni seperti katanya selama ini.

Saat itu usiaku baru 16 tahun, dan aku memiliki pacar. Hanya sekadar pacar biasa, aku menyukainya dan dia juga menyukaiku. Dia anak dari nelayan namun parasnya tampan dan dia pintar.

Aku mulai memiliki angan-angan kehidupan dengannya. Aku berharap dia dapat menikahiku ketika usiaku telah 18 tahun, dan segera membawaku pergi dari rumah Bangsawan Benaiah dan akan kulepas marga Benaiah dari namaku.

Namun, apa yang terjadi?

Galia pun menyukainya karena kami bertiga sering bersama-sama. Galia telah berusia 17 tahun lebih, dan memang pemikirannya jauh lebih dewasa dariku saat itu.

Satu ketika, di saat ayah dan ibu Galia sedang melakukan perjalanan kunjungan keluarga, tanpa sepengetahuanku Galia mengajak Dani—nama mantan kekasihku—untuk datang ke rumah kami di malam hari.

Aku sama sekali tidak tahu jika mereka selama itu diam-diam saling menyukai. Dan malam itu adalah puncaknya.

Di luar aku sibuk bermondar-mandir mengangkat kayu bakar yang telah dibelah-belah kecil, lalu dari bawah aku melihat bayangan seorang laki-laki yang tergambar di gorden jendela kamar Galia pada lantai dua.

Aku panik tentu saja. Aku takut, aku khawatir seseorang berniat jahat kepada saudariku.

Buru-buru aku meninggalkan kayu-kayu bakar itu dan bergegas memasuki rumah. Aku berlari, menaiki anak tangga kayu menuju lantai dua di mana kamar Galia berada.

Dalam keadaan panik aku langsung membuka pintu kamar Galia. Baru sedikit kubuka, tanganku lantas berhenti untuk membuka lebih lebar lagi.

Mataku melotot di sana, aku menahan napas juga memegang dadaku. Aku merasa sesak, aku marah namun tak memiliki kuasa, hingga akhirnya aku menangis tanpa suara.

Dani sedang berada di atas Galia. Tanpa ditutupi selimut aku dapat melihat dengan gamblang bagaimana milik Dani keluar masuk dari kemaluan Galia dan Galia mendesah kacau.

Mereka berciuman dengan rakus sembari Dani terus menyentak. Galia memeluk kepala Dani di dadanya lalu laki-laki itu mengisapi puting muda milik Galia. Mereka bercinta dan bodohnya kutonton baik-baik hingga air mataku terus jatuh di sana.

Aku kecewa, aku sakit hati, dan aku kehilangan harapanku.

Tujuh bulan setelah kejadian itu, Javaid lalu muncul. Dia datang dengan sejuta pesona yang dia miliki. Dengan paras tampan juga kedewasaannya. Tidak berselang lama, ketika Galia telah berusia 18 tahun lebih, Javaid langsung menikahinya.

Aku tidak mengerti mengapa Javaid percaya jika Galia masih murni. Sebagai pria harusnya dia sadar jika lubang istrinya itu sudah pernah dimasuki oleh batang penis sebelum miliknya.

Sekarang, Galia marah dan aku tahu dia juga malu karena ternyata aku mengetahui kebenaran tentang dirinya yang juga gatal. Gatal sekali hingga rela memberikan lubang sempitnya yang berharga hanya kepada anak nelayan.

Jika aku gatal, masih ada Galia yang lebih gatal, memberikan lubangnya ketika berusia 17 tahun kepada anak nelayan berusia 25 tahun. Segatal-gatalnya aku, kurelakan diriku kepada Javaid di saat usiaku telah menginjak 23 tahun ketika aku benar-benar mengerti tentang hidup.

FORBIDDEN INTIMACY 1930Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang