Chapter 43

18.9K 1K 135
                                    

Semua judul chapter aku hapus.

****

Di hari keenam, Hagan memutuskan untuk membawaku meninggalkan hutan. Yaitu tepat di hari ini.

Beberapa orang ajudan istana datang, mereka memberitahu kepada Yang Mulia Raja mereka kalau Wali Kota Aberdeen, Javaid Kaan Aberdeen telah benar-benar meninggalkan Spanyol kemarin sore.

Hagan memintaku untuk tinggal di istana, bukan sebagai pelayan atau orang asing, tetapi tunangannya yang akan segera dia nikahi.

Aku menolak itu pasti. Hari-hari terakhir kami di hutan telah kami lalui dengan perbincangan yang serius, bercinta, berbincang, bercinta, terus seperti itu hingga rasa-rasanya tak ada lagi tenagaku untuk melakukan hal lain.

Saat kami hanya berdua, Hagan benar-benar menunjukan rasa cintanya padaku. Dia tumpahkan semua rasa sayangnya, kepeduliannya, kelembutan serta perhatiannya padaku dan hatiku tersentuh.

Dapat kurasakan ketulusan hatinya yang bahkan tidak kutemukan pada Javaid. Dia pria yang benar-benar tulus dalam mencintai.

Berkali-kali, setiap hari selama kami di hutan dan telah mengetahui perasaan masing-masing, dia semakin gencar mengungkapkan kata cintanya padaku.

Mendadak dia seperti anak kecil yang sangat suka mengekoriku ke mana pun aku melangkah. Dia suka meletakkan kepalanya di pundakku seraya memeluk pinggangku dari belakang.

Dia suka memainkan suraiku, menyisirnya, dan selalu tidur dengan memelukku sampai pagi mejemput. Aku tertawa saat pagi-pagi dia bangun dan tak menemukanku, Hagan berteriak-teriak memanggilku seperti anak kecil yang kehilangan ibunya.

Padahal aku ada di samping rumah, memandikan kudanya yang gagah itu karena Tuannya sendiri telah melupakannya.

"Yaa! Aku di samping rumah," teriakku kemarin pagi saat Hagan terus memanggil.

Hagan lalu muncul, bertelanjang dada, rambutnya acak-acakkan, berjalan gontai lemas lalu memelukku dari samping. Dia letakkan kepalanya di pundakku sementara aku sibuk menggosoki kudanya.

"Kenapa kau meninggalkanku?"

"Meninggalkan bagaimana? Kau tidak lihat aku sedang apa?"

"Memandikan Aran."

Barulah aku tahu jika nama kudanya adalah Aran. Pantas saja kuda itu memiliki aura yang tampan, ternyata namanya juga tampan.

Lupakan soal Aran, ketahuilah aku sedang mati-matian menahan rasa maluku di hadapan Raja Alastor 2, Ibu Suri dan juga Perdana Menteri.

Pria besar ini, sepulang dari hutan, dia nekat membawaku ke istana padahal aku sudah menolaknya.

Dia membawaku langsung ke hadapan kedua orang tuanya yang sedang berbincang bersama Perdana Menteri di lapangan golf.

B-bukan apa, tapi aku benar-benar malu karena... karena kami berdua tampak begitu kacau.

Bibir Hagan terlihat kebas agak pucat, bagian sudutnya sedikit lecet, dan lehernya yang kokoh itu terdapat dua tanda cinta keunguan yang aku ciptakan semalam. Itu semua karena dia membuatku menjadi gila, aku kehilangan akal sehat dan ikut menjadi sebrutal dirinya.

Lalu aku, keadaanku lebih kacau. Di balik gaun yang aku kenakan ini, dimulai dari dada, perut, bahkan sampai ke paha dipenuhi oleh tanda-tanda merah. Benda di dalam celana dalamku ini bahkan masih membengkak dan tak tahu lagi bentuknya sudah sekacau apa.

Jika di leher Hagan hanya ada dua, di leherku ada empat, besar-besar dan saling berdekatan. Bibirku juga kebas tebal, pucat seperti mukaku sekarang ini.

FORBIDDEN INTIMACY 1930Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang