Tinggalin jejak jangan lupa pokoknya. Biar aku semangat nulisnyaaaaa
.
.
.
.
.
☆
REDO meneguk minuman soda terakhirnya. Jam yang melingkar di tangan kanannya sudah menunjukkan angka 00.00. Jadi dia sudah ditipu oleh gadis itu?Dasar Redo payahhh
Namun meski sudah merasa kecolongan oleh gadis yang ditemuinya tadi di mall, bukannya marah Redo malah tersenyum. Laki-laki itu memiringkan kepalanya sambil menikmati minuman sodanya. Pikirannya sekarang dipenuhi oleh Rara. Senyum gadis itu. Cara berbicaranya yang seperti tanpa nafas, ke kepoannya, dan penolakannya saat Redo menarik pergelangan tangannya. Seharusnya Redo paham dari hal kecil itu bahwa gadis yang ditemuinya itu bukan gadis sembarangan yang bisa dengan mudah ia ajak memenuhi hasratnya.
Redo memetik korek api dan mengarahkannya pada sebatang rokok yang telah diapit kedua bibirnya. Ia menghisap benda dengan kandungan nikotin tersebut sembari memandang hiruk pikuk kota jogja dari balkon salah satu kamar hotel Tentrem. Dalam hati ia berharap dipertemukan kembali dengan gadis itu.
Redo beranjak dari duduknya, ia melangkah menuju tepi balkon, kedua tangannya ia tumpukan pada pagar pembatas.
Hey gadis kecil kau punya hutang dua baju lengerie padaku. Aku pastikan kau akan melunasinya. Batin Redo sambil tersenyum nakal.
Sementara di tempat lain Sean menghentikan laju mobilnya ketika kedua netranya tak sengaja melihat gadis yang dikenalnya seperti tengah menunggu angkot di got sendirian. Sean melihat jam tangannya jam sudah menunjukkan jam 00.00 malam dan gadis itu masih berkeliaran di luar? Sean memerhatikan sekitar, ia tak menemukan tanda-tanda angkot ataupun taksi akan datang. Jalanan semakin sepi. Sean memandangi gadis tersebut lewat spion mobil sebelum memutuskan memundurkan mobilnya dan menepi tepat di depan Rara.
Sean menurunkan kaca mobilnya.
"Sedang menunggu taksi nona?" Tanyanya pada Rara namun wajahnya tetap menghadap ke depan.
Rara mengernyit tak menyangka akan bertemu Sean di jalan sepi seperti ini. Dan lihat cara berbicara laki-laki itu, sombong sekali pikir Rara.
"Iya" jawab Rara singkat.
"Ini sudah malam. Bukankah tidak baik jika perempuan masih di luar rumah di jam-jam seperti sekarang? Karena kebetulan sekali saya sedang tidak ada kepentingan saya kira saya tidak akan keberatan mengantar anda sampai rumah"
Rara menganga.
Dia yang menawarkan diri, tapi mengapa seolah aku yang memaksa?!
Rara hendak menolak namun Sean langsung turun dari mobil kemudian menarik ujung lengan bajunya dan mengarahkan gadis itu ke kursi penumpang.
Rara masih bergeming. Pipinya memerah. Apa-apaan itu tadi? Rara masih diam sampai Sean melajukan mobilnya.
"Jika anda terus diam bagaimana saya tahu alamat rumah anda" seru Sean memecah keheningan. Bahkan wajahnya masih datar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Broken Wings
RomanceRara Nazuwa Zahra, seorang gadis yang tingkat pecicilannya tiada batas. Memiliki impian tak masuk akal yaitu berkeinginan menikah dengan tokoh-tokoh fiksi dari novel yang telah dibacanya. Rara, dibalik keceriaannya ia pun juga pernah patah hati. Ke...