Bagian 7🐣

108 16 0
                                    

Bantu tandain Typo!!!
.
.
.
.
.


RARA berjalan melewati gang sepi di pinggir kota. Itu adalah jalan pintas ke apartemen Redo seperti yang diingatnya. Terakhir kali dia bertemu pria itu sebulan yang lalu di supermarket saat dia berbelanja dengan sahabatnya. Saat itu, Redo memaksanya untuk memberikan nomor WhatsApp-nya. Awalnya Rara menolak, tapi pria itu kembali mengingatkan persoalan 2 lingerie yang katanya masih menjadi hutang Rara.

Akhirnya Rara memberinya nomor WhatsApp. Dia terlalu malas untuk berdebat, itu saja. Namun, meski memberikan nomor WhatsApp-nya, pria itu sama sekali tidak menghubunginya meski hanya mengirim pesan sederhana. Andai pria itu tahu bahwa Rara sudah beberapa kali menunggu pesan darinya, entah kenapa gadis itupun tidak mengerti. Bahkan jika ada nomor yang tidak dikenal, dia selalu berpikir mungkin itu darinya. Tapi ternyata bukan.
Dan tadi pagi, saat Rara sedang tidak mood karena sedang datang bulan, pria itu menghubunginya lewat telepon, dia terus memaksa Rara untuk menemuinya di lobby Apartemen. Setelah berhasil meyakinkan Rara, pria tersebut mengirimkan pesan WhatsApp yang berupa alamat apartemennya.
Dan disinilah Rara, di gang sunyi yang mengarah ke tempat tinggal Redo. Ia berjalan santai sambil sedikit bersenandung.

Tap tap tap tap

Rara berhenti saat mendengar langkah kaki berlari, belum sempat menoleh ke sumber suara, tiba-tiba seseorang menariknya ke gang sempit dan gelap. Orang itu menghempaskan punggung Rara ke dinding gang, Rara yang kaget hendak berteriak namun sosok itu menutup mulutnya dan memberi isyarat agar Rara diam dengan menempelkan jari telunjuknya ke bibirnya sendiri.

Sosok itu tampak cemas, seperti mewaspadai sesuatu, wajahnya tertoleh ke samping, membiarkan kedua mata Rara menikmati pahatan rahang yang tegas dan pangkal hidung yang menjulur angkuh. Jangan lupakan jambang tipis di sekitar dagunya. Kurangnya cahaya tidak mempengaruhi penglihatan Rara. Gadis itu tahu bahwa sosok yang berdiri di hadapannya ini pastilah sosok yang didambakan banyak wanita karena ketampanannya.

Tap tap tap tap

Suara kaki berlari kembali terdengar, bukan hanya satu pasang tapi banyak. Karena penasaran, Rara menoleh ke arah suara. Dan benar saja, beberapa pria berlari, beberapa berseragam polisi. Seketika lampu hazard dalam diri Rara menyala, seolah memperingatkannya untuk berhati-hati. Rara menoleh ke sosok yang masih mengungkungnya dan rupanya sosok itu juga tengah menatapnya dengan senyum aneh. Rara melebarkan mata indahnya, jantungnya berdetak sangat kencang. Dia langsung menyesal memuji sosok tersebut beberapa waktu lalu.

"Jumpa kembali nona," bisik Redo di telinga Rara, membuat gadis itu menegang.
"Mm mas Redo..."

Redo meraih pergelangan tangannya lalu membawa gadis itu ke mobil sport hitam miliknya.

"Mau kemana?" tanya Rara, dia menolak masuk ke dalam mobil sampai Redo memberitahukan tujuan mereka.

"Nurut aja deh.. masuk!" Perintah Redo.
Rara menggeleng.

"Masuk cepet kita ga punya banyak waktu!" Redo mulai geram.

Kenapa gadis ini sangat lelet?

Rara mengerutkan kening, mencerna kalimat Redo, kita tidak punya banyak waktu? apa yang sedang terjadi?

Tidak tahan melihat Rara yang kebanyakan mikir Redo mendorong gadis itu ke kursi penumpang. Hingga membuatnya yang belum siap tersungkur.

Broken WingsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang