Klo kalian menghargai aku please baca dulu❗❗❗
Hay sebelumnya Author minta maaf karena udah buat kalian nunggu lama. Doain Author bisa rutin upsate tiap hari ditengah kesibukan bikin judul proposal skripsi hehe. Dannnnn Author juga mau ngingetin, tolong tolongggg banget tinggalin jejak yaa, komennya yg banyak karena itu menandakan keantusiasan kalian membaca cerita ini, kalau kalian ga antusias percuma kan Author nulisnya. Dan vote diusahakan juga yaa anggap aja itu sebagai bentuk apresiasi buat Author. Bagi Author Vote dan Komen kalian adalah bagian dari bentuk upaya kalian menghargai karya Author🙏
.
.
.
.
.
☆
HARI ini Rara kembali diajak Tara sahabatnya untuk menemaninya belanja bulanan. Tentu saja sebelumnya Rara tidak langsung menyetujui ajakannya kecuali diiming-imingi sesuatu. Dan di sinilah mereka, di sebuah salah satu supermarket yang terletak di kota yogyakarta. Tara memilih beberapa kebutuhan pokok seperti bahan makanan yang akan dikonsumsi selama 1 bulan ke depan. Ia memasukkan buah, sayuran dan beberapa cemilan yang kata bi Asih merupaka celiman favorite Diegy ke keranjang.
Sementara Rara dengan setia menunggu sahabatnya di depan kasir dengan se kantong pelastik besar belanjaannya yang separuhnya dibayar menggunakan kartu atm Tara. Sebenarnya Tara menawari akan membayarkan seluruh belanjaannya, namun dengan cepat Rara menolak, karena ia cukup sadar diri, ia merasa tidak enak hati pada Tara, selain itu ia juga tak mau menjadi seorang sahabat yang terlihat seperti memanfaatkan kekayaan suami sahabatnya sendiri.
Beberapa saat setelah merasa cukup dengan belanjaannya Tara pun melangkah menyusul Rara ke kasir.
"Udah lama nunggunya?" Tara bertanya.
Rara menggeleng "Baru aja kok"
Tara mengeluarkan kartu atm yang diberikan Diegy tadi pagi, atm yang berbeda dari yang Rara gunakan tadi, lalu menyerahkannya pada petugas kasir. Hal itu tak luput dari perhatian Rara. Rara melotot menyadari jenis kartu atm apa yang tengah di pegang sahabatnya tadi.
Black Card!!!
Saat mereka sudah di parkiran supermarket Rara tak berhenti mengoceh. Ia tak henti-hentinya memberi tahu dan meyakinkan Tara bahwa jenis kartu yang diberikan Diegy tadi sangat-sangatlah banyak saldonya. Bahkan meskipun uang itu dibuat untuk membeli rumah yang kini Rara tinggali Rara jamin seribu jamin uang itu hanya terpakai kurang dari dua persen.
"Ra kamu tunggu di sini dulu yaa. Aku mau ke kamar mandi bentar. Kebelet pipis" ucap Tara.
"Jangan lama-lama yaak"
"Iyaa, aku pergi dulu yaa" Tara berlari- lari kecil menuju toilet wanita yang terletak di sebelah pojok kiri parkir. Sementara Rara kembali melanjutkan langkahnya menuju motornya.
BRAKKK!
"AKH" Rara meringis merasakan nyeri di pundak sebelah kanan akibat benturan yang cukup keras. Ia tak sengaja menabrak seseorang barusan.
"Klo jalan liat-liat dong" Umpat orang itu.
"Iya mas maaf"
Rara pun membantu laki-laki itu memungut barang belanjaannya sampai pada ia memungut barang terakhir kedua matanya melotot.
Sutra??
Tangannya bergetar ketika mengembalikan benda tersebut ke pemiliknya.
"I iinii punya masnya?"
"Ga usah sok polos" Laki-laki itu merebut benda tersebut dengan kasar kemudian berlalu.
Hmmm kalau dia sudah menikah buat apa alat itu? Bukankah banyak pasangan suami istri yang cepat-cepat ingin memiliki keturunan setelah menikah? Tapiiii kalau dia belum menikahhhh artinyaaaa Aaaaa
KAMU SEDANG MEMBACA
Broken Wings
Roman d'amourRara Nazuwa Zahra, seorang gadis yang tingkat pecicilannya tiada batas. Memiliki impian tak masuk akal yaitu berkeinginan menikah dengan tokoh-tokoh fiksi dari novel yang telah dibacanya. Rara, dibalik keceriaannya ia pun juga pernah patah hati. Ke...