LIMERENCE •12

20 2 0
                                    

ASSALAMU'ALAIKUM
ANNYEONG YEOROBUN

I'm Vita Resti W, you can call me Vita/Vires

FOLLOW, VOTE AND COMMENT
THANK YOU

Semoga kalian suka!

Semoga kalian suka!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

••✫••

Alarm berbunyi nayring hingga membangunkan gadis yang masih bergelung dengan selimutnya. Ia terbangun dan merenggangkan badan kemudian menatap tangannya yang kini sudah membaik, ia pun segera bersiap untuk pergi ke sekolah.

"ALORA!"

Alora berlari tergesa-gesa menuju sumber suara, "MAMA!" ia langsung memeluk sang ibunda. Viella membalas pelukan sang putri, Alora.

"Papa mana, Ma?" Tanya Alora celingukan.

"Papa masih sibuk."

Stevan menghampiri mereka di ruang tamu seraya membawa segelas teh hangat untuk mamanya. Viella pun mengambilnya, "Thanks."

"Ya sudah kalian sekolah dulu, nanti sambung lagi." Ucap Viella dan dibalas anggukan dengan mereka berdua.

Alora dan Stevan berangkat ke sekolah Bersama dengan mobil milik Viella. Di tengah perjalanan mereka melihat siswa berseragam putih abu-abu, dia Hardes pentolan SMA Galaksi sedang menghajar tiga remaja SMP. Stevan menghentikan mobilnya di tepi jalan, dia segera turun menghampiri Hardes.

"Tolol!" desis Stevan menatap bengis Hardes. Hardes menghempaskan tubuh remaja tersebut begitu saja, membuat remaja itu terbatuk-batuk. Kedua remaja yang lain kini sudah pingsan, Alora turun dan segera menelepon ambulance tak lupa ia juga menghubungi polisi.

"Urusan lo apa anjing?!" Hardes menarik kerah seragam Stevan.

Stevan menatap Hardes serta tertawa remeh, hal tersebut semakin memancing amarah Hardes.

"GILA LO!" teriak Hardes tepat di wajah Stevan.

"Lo kalo ada masalah pribadi nggak usah lampiasin ke anak orang, goblok!" Stevan mengusap wajahnya kasar, tangannya terlipat di depan dada.

Hardes hendak memukul pelipis Stevan tetapi berhasil Stevan tangkis, ia beralih menendang betis Stevan dan berhasil Stevan hindari. Hardes semakin tersulut emosi hingga sirine ambulance dan polisi membuat ia menoleh, saat hendak kabur Stevan sudah memeegang tangannya erat.

"BAJINGAN LO STEVAN! LIHAT PEMBALASAN GUE!" teriak Stevan saat dirinnya di ambil alih oleh pihak kepolisian.

Ketiga remaja tersebut kini dilarikan ke rumah sakit, Alora menatap kedua mobil tersebut hingga menghilang dari pandangannya. Ia tersadar kemudian menatap jam tangannya, pukul 07.48 sontak ia melotot "BANG UDAH TELAT!"

LimerenceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang