2. Tahu Lebih Dulu

702 56 0
                                    

Pukul tujuh lebih lima belas menit, Aya telah selesai melaksanakan salat isya'. Jangan salah, walau terkenal urakan, Aya tidak pernah melupakan kewajiban sebagai seorang muslim yakni beribadah kepada Sang Pencipta.

Sekarang gadis itu sudah siap berangkat balapan. Celana legging, kaos putih polos dibalut jaket jins hitam yang sudah menjadi outfit andalan. Namun, suara ketukan pintu membuat Aya panik setengah mati. Itu pasti bunda. Gawat, dia sudah rapi begini malah ada bunda.

"Aya!" benar kan, itu suara bunda Yuvika.

"Mampus gue," mata gadis itu bergerak gelisah, mencari cara untuk menutupi badannya yang sudah rapi dari sang bunda tercinta. Kalau sampai ketahuan dirinya hendak pergi bisa-bisa uang jajannya dipotong atau paling parah tidak diberikan sepeser pun uang.

Dengan cepat Aya pun melepas jaket dan menaruhnya di sofa. Mengambil salah satu buku yang ada dimeja belajar, kemudian Aya naik ke ranjang dan menutupi tubuh bagian bawah menggunakan selimut. Duduk bersandar sambil membaca buku ialah kegiatan paling tepat untuk mengelak.

"Aya!"

Pintu terbuka menampilkan sosok wanita paruh baya yang sering ia panggil bunda. Wanita itu mendekat ke arah putrinya yang sedang fokus membaca buku. Diusapnya rambut Aya dengan lembut. "Aya, kok bunda panggil nggak nyahut?"

"Eh?" Aya terkejut, pura-pura terkejut lebih tepatnya. "Bunda manggil Aya? Maaf bunda, Aya lagi fokuuusss banget baca buku jadi nggak denger deh." Ucapnya berbohong.

Bohong itu dosa lho.

Bunda mengangguk. "Nggak papa," lalu wanita itu duduk di bibir ranjang milik putrinya.

"Udah salat?" tanyanya yang dibalas anggukan oleh Aya. "Udah."

"Udah ngerjain tugas?" tanya ia dengan pertanyaan lain. Kali ini dijawab gelengan oleh Aya. "Nggak ada tugas."

"Laper nggak?"

"Laper."

"Mau makan?"

"Mau."

"Diluar?"

"Mau, mau, mau!" sahut Aya antusias. Sejurus kemudian ia memudarkan senyuman. Kalau makan diluar, bagaimana dengan balapannya?

"Gimana? Mau makan diluar sekarang? Mumpung ayah enggak lembur." Tawar bunda sekali lagi.

Sebenarnya Aya pengin sekali makan diluar bersama keluarganya. Sebab jarang-jarang juga bisa berkumpul mengingat sang kepala keluarga super duper sibuk mengurus pekerjaannya.

Hingga Aya mencoba untuk merayu sang bunda. "Eum, bun. Boleh nggak kalau makan di luarnya besok aja. Hari ini Aya harus belajar, Aya baru ingat kalau besok ada ulangan," bujuk Aya.

"Tumben banget ada ulangan mau belajar, biasanya juga ga peduli dan milih nongkrong-nongkrong ga jelas diluar," Yuvika menyipitkan mata, menatap penuh selidik pada raga dihadapannya ini.

Aya seketika panik, bundanya mulai curiga. Apalagi tatapan maut yang dilayangkan khusus untuknya membuat pergerakannya gugup. Ingin menyanggah tapi ia bingung apa kalimat yang harus diucapkan.

Pada waktu bunda Yuvika menatap Aya dengan penuh curiga, mendadak saja ponsel yang tergeletak di nakas berdering menandakan adanya panggilan masuk. Perhatian bunda Yuvika teralihkan pada benda tersebut. Nama Bianjay tertera di sana, rupanya makhluk satu itu yang menelepon. Pasti Bian tengah menunggunya di arena balap.

ZAYYA - Happiness Starts with YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang