Jam yang menempel di dinding menunjukkan pukul 6 lewat beberapa menit dan Aya sudah selesai melakukan aktivitas mandinya, hanya tinggal mengganti piyamanya menjadi seragam sekolah hari ini. Namun saat Aya hendak bersiap, tiba-tiba saja bunda Yuvika masuk ke kamarnya tanpa mengetuk pintu dahulu seperti biasa.
Ketika Bunda Yuvika masuk ke dalam kamar putrinya, ia sedikit terkejut. Sebab jarang sekali ia melihat Aya bersiap-siap padahal biasanya jam segini gadis itu masih bergelut dengan selimut dengan damainya. Tapi selimut itu kini sudah tertata rapih, pun kasurnya.
"Tumben banget anak bunda masih jam segini udah persiapan, biasanya aja masih merem." Celetuk sang bunda sembari menatap sekeliling kamar bercat abu itu.
"Serba salah memang."
"Bunda nggak nyalahin. Cuma heran aja, kenapa hari ini kamu nggak ngelakuin kebiasaan buruk itu?" sanggahnya. Kini wanita itu berdiri tepat di belakang punggung Aya. Sedang memperhatikan Aya yang tengah menyisir surai yang melebihi bahunya itu lewat pantulan cermin.
"Atau jangan-jangan..." bunda menggantungkan ucapannya. Membuat Aya memicingkan mata ke arah bundanya.
"Apa?"
"Bunda tahu. Pasti kamu mau merubah kebiasaan buruk kamu itu jadi kebiasaan yang baik. Supaya nanti pas udah nikah sama Zayan nggak malu-maluin banget karena nggak sering bangun pagi. Kalau sampai terjadi pasti... uuh, mau taruh dimana muka kamu! Malu banget pasti, kan, kalau Zayan sampai tau!" cerocos bunda.
Aya yang mendengar itu kembali berdecak. Bukan itu kok alasannya bangun pagi hari ini. "Jangan sok tahu ya, Bundaa."
Lagipula Aya tak sampai memikirkan hal itu. Bagaimana kehidupannya nanti selepas kata sah terucap, bagaimana sekolah dan masa depannya. Aya tidak ambil pusing. Yang terpenting ia sudah menuruti kemauan orang tua, bagi Aya sudah cukup. Masalah pekerjaan, dia akan menjadi ibu rumah tangga saja, mungkin?
"Oke. Fine. Tapi kamu harus tetap bisa menyingkirkan semua sifat minus kamu itu. Jangan terbawa sampai ke rumah tangga nantinya. Malu sama Zayan!"
"Iya... bunda, iya!" jawab Aya sedikit ngegas.
"Oh, iya. Ini, bunda mau ngasih kamu sesuatu."
Saat itu juga Aya langsung menghadap ke belakang. "Apa tuh?" tanyanya berbinar tercampur penasaran.
"Nih," bunda Yuvika menyerahkan totebag yang dibawa pada Aya. Dengan senang hati Aya menerima.
Apakah ini novel yang dijanjikan oleh bundanya kemarin atau barang lain selain novel? Sebab dilanda penasaran, Aya pun membukanya dan BOOM!
Taraaa. Seragam baru! Tapi tunggu, dengan lengan dan rok yang panjang? Lalu ada kain putih yang diyakini adalah jilbab. Aya mengetahui maksud bundanya kali ini. Gadis itu mengalihkan pandangan pada wajah sang bunda dengan raut tak suka.
"Tutup aurat kamu, Aya!" kata bunda Yuvika bernada tegas. "Jangan terus menerus jadi pembangkang!" lanjutnya saat Aya hendak membalas perkataannya. "Dicoba terlebih dahulu. Nanti pasti lama-kelamaan kamu akan terbiasa menggunakannya."
Aya menggeleng sebagai jawaban. Kemudian ia menundukkan kepalanya, "Aya belum siap, bunda. Maaf." Lirihnya.
"Tapi kematian tetap akan datang tepat pada waktunya walau kamu belum siap, Aya." Suara tersebut berasal dari ambang pintu. Di Sana ada Raksa yang tengah berdiri tegap dengan setelan jas kantornya.
Pria itu kemudian melangkah masuk menghampiri istri dan anaknya. Tatapannya terfokus pada Aya yang masih setia menundukkan kepala. "Ayah yakin kamu tau dosanya wanita yang tidak menutup aurat. Bayangkan jika kamu mati dengan keadaan berbuat dosa, termasuk membuka aurat, apa yang akan terjadi?" jeda tiga detik. "Neraka!"
KAMU SEDANG MEMBACA
ZAYYA - Happiness Starts with You
Teen FictionZAYYA [Zayan - Aya] Cewek urakan dijodohin sama cowok yang paham agama?! ××× Kanaya Cassiova Arganta, si cantik yang suka nyari bahaya buat dirinya sendiri. Kelayapan malem-malem, balap liar, itu tak jarang dilakukan olehnya. Di sekolah tempatnya me...