1. She's a Bad Girl

1K 61 2
                                    

Setiap anak pasti mau dimanja oleh orang tuanya. Tiap anak pasti juga ingin disayang selalu, tidak mau dikekang dan tidak ingin dibeda-bedakan dengan anak lain yang lebih unggul. Kemampuan mereka berbeda, tidak dapat disamakan. Mereka pasti sudah melakukan yang terbaik, maka hargailah bagaimanapun hasilnya. Jika hasil kurang memuaskan, berikanlah dukungan bukan malah dibandingkan dengan anak tetangga. Kurang kerjaan saja.

Pukul 2.27 WIB.

"Bunda udah berkali-kali ngomelin kamu, tapi kamu nggak pernah dengerin!" disebuah rumah megah itu ada seorang perempuan yang tertangkap basah pulang larut malam. Sang ibu langsung menyemburkan omelan kepada anak gadisnya tersebut.

"Kalau malam itu waktunya belajar, bukan kelayapan, Aya!" geram Yuvika– sang bunda.

Sedangkan yang dinasehati hanya memasang muka santai seolah tidak terjadi apa-apa. Aya, gadis itu muak selalu seperti ini, setiap hari bundanya selalu mengomel karena dirinya yang kerap keluar malam tanpa sepengetahuan orang tuanya.

Dan jika sudah dinasehati seperti ini pasti berujung dibandingkan dengan anak tetangga. Aya sudah menerka. Ia menghitung dengan jarinya.

Satu...

dua...

tiga.

"Kamu tahu Rosya anak ibu Lita? Dia bisa dapet juara dua lomba pidato tingkat nasional! Harusnya kamu jadiin contoh si Rosya itu." Dugaannya benar.

Lalu sang kepala keluarga yang sedari tadi hanya melihat istrinya mengomel sekarang turut menyumbangkan nasihat pada si anak. "Aya, sekarang kamu itu sudah besar. Belajar bersikap dewasa, jangan kekanakan lagi. Belajar lebih giat biar lebih pandai, masa depan kamu bagaimana kalau kamu terus-menerus kelayapan malem-malem, ikut balap motor nggak jelas itu, ha?!"

Aya masih termenung, sedangkan kedua orang tuanya dengan bersamaan memijat pelipis masing-masing. Aya yang melihat itupun memutar bola mata malas. Apakah tindakan yang ia perbuat selama ini salah? Perasaannya tidak.

Dia kelayapan malem-malem karena pagi sampai sore waktunya sudah tersita untuk sekolah, jadi bermain pada saat bulan sudah muncul bergiliran jaga dengan matahari. Dan tentang balapan motor itu hanya untuk melampiaskan kesepiannya, apabila menang dapat uang lagi, kan untung juga. Begitu pikirnya.

"Ayah udah pusing sama kamu, Aya. Satpam yang Ayah pekerjakan semuanya nggak becus jaga kamu buat nggak keluar rumah. Seseru apa sih dunia luar?!" Raksa– ayahnya menambahkan lagi. Terlihat rahangnya mengeras diakhir ucapannya.

Aya berdiri kemudian menatap datar satu per satu kedua orang tuanya. "Aku cuman cari kesenangan, Yah, Bun. Aya cuma pengin nikmati waktu muda sama temen-temen. Nggak lebih kok."

"Aya bakal belajar kalau di sekolah. Pagi sampai sore Aya belajar dan malemnya harus belajar lagi, gitu? Kalau kayak gitu otaknya Aya nggak bakal mampu. Jangan samain Aya sama anak yang IQ-nya tinggi, Aya beda sama mereka," ungkapnya. Kalau diperhatikan lebih detail, ada genangan air di sudut mata perempuan itu. Dia tidak mau jika terus dibandingkan seperti ini.

Sesudahnya Aya berlalu dari sana. Membuat kedua orang tuanya kembali menghela napas. Ucapan Aya ada benarnya, tapi ini konteksnya untuk masa depan anak mereka. Sebenarnya mereka tidak akan memarahi anaknya jika Aya juga tidak berbuat ulah dengan kabur malam hari hanya untuk balapan atau sekadar nongkrong biasa. Aya itu perempuan, perasaan khawatir tentunya terselip di hati mereka.

ZAYYA - Happiness Starts with YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang