Mata Naya begitu enggan menatap suaminya yang sedang duduk di hadapannya dengan meja sebagai pembatas. Rasa sakit di hatinya begitu dalam sampai mengeluarkan napas saja sesak.
"Aku nggak tahu kesalahan aku dimana sampai kamu berani selingkuh, Mas. Selama ini aku berusaha bersabar dan mengalah. Bahkan untuk mengeluh terkadang aku enggan," ungkap Naya menitiskan air mata.
"Tapi apa balasan dari semua ini? Penghianatan, perselingkuhan di belakang aku!! Sakit hati aku, Mas! Sakit!" jeritnya memukul dadanya sendiri.
Barera tidak tega melihatnya langsung menghampiri dan menahan tangan itu agar tidak terus memukul. "Maafin aku, Naya maafin aku," kata Barera terbata-bata.
"Aku tahu aku salah, aku melanggar janji ku sendiri tapi aku mohon kasih aku satu kesempatan lagi. Aku berjanji, bukan, bukan hanya janji tapi aku bersumpah ini pertama dan terakhir kalinya. Aku mohon," Barera memeluk kaki Naya dengan erat dan menangis tersedu-sedu.
"Maaf, apapun kesalahan bisa dimaafkan tapi tidak dengan perselingkuhan," Naya berucap dengan pandangan tetap sama, menghadap halaman depan yang luas.
Tiba-tiba ingatannya kembali saat keluarga kecilnya berkumpul di sana dengan canda dan tawa. Lagi-lagi hatinya kembali sakit hingga air matanya mengenai pipi Barera.
"Aku dan Della sudah berakhir, Naya. Dia kembali hanya untuk menuntaskan hubungan masa lalu yang membuat dia tak tenang. Dia meninggalkan aku tanpa sebuah kabar. Bahkan selama tiga tahun ia, aku baru tahu kalau dia sudah menikah tapi dia tidak bisa merasakan ketenangan karena aku. Rasa sakit hati dari aku yang membuat dia kembali."
"Tadi kami berpelukan sebagai perpisahan, dia kembali dengan keluarganya dan aku kembali ke keluarga kecil kita. Aku, kamu dan Devan," lanjutnya.
"Apa kamu mencintai ku?" tanya Naya tiba-tiba. Setiap perkataan yang Barera lontarkan terus beradu dengan hati dan logikanya.
"Sangat, aku sangat mencintai mu." ungkap Barera.
"LALU MENGAPA MAS TETAP BERSELINGKUH!!! BAHKAN AKU MERAGUKAN CINTA MU, SEKARANG!!" teriak Naya tetap di wajah Barera.
"Karena aku baru menyadari cinta itu, Naya. Aku sadar setelah Della kembali. Dia menyadarkan aku, Ibunya mengingatkan aku. Tapi apakah salah aku baru menyadari cintaku?" Barera memelankan suaranya yang tertutup oleh tangisannya.
"Maaf, Mas. Tahu atau tidaknya perasaan kamu kepada ku, tetap saja kamu melanggar janji di pra-nikah. Aku tidak bisa memaafkan dirimu untuk kesalahan ini," Naya menghapus air matanya lalu berjalan mendekati lemari tetapi Naya baru ingat kalau Barera memeluk erat kakinya.
"Jangan, jangan tinggalin aku! Aku mohon! Kasih aku satu kesempatan terakhir, Naya. Aku mohon! DEMI DEVAN ANAK KITA!!!" pekiknya lalu menangis dengan tersedu-sedu lagi.
Naya terdiam, putranya? Berat hatinya melepaskan Devan juga. Ia sudah sangat menyayangi putranya. Bahkan sehari tidak bertemu bisa membuatnya gila.
"Jangan bawa-bawa putraku dalam hubungan ini. Aku akan membawanya bersama ku, aku tidak ingin putraku menjadi seperti mu. Pria tukang selingkuh!" ketus Naya.
"Dia putraku, aku yang memiliki hak penuh atasnya. Sedangkan kamu hanya ibu sambungnya. Jika ingin bersamanya kamu harus tetap menjadi ibunya yaitu menjadi istri seorang Barera,"
Naya terdiam sesaat, pikirannya langsung bercabang. Lagi, lagi logika, hati dan tentang anak beradu kembali di batinnya hingga sebuah kalimat mengantung membuatnya Barera harus berjuang kembali.
"Beri aku waktu untuk berpikir. Tapi selama ini biarlah Devan bersama ku. Aku pergi, jangan mencengah ku atau aku tidak segan-segan menyerahkan surat perceraian kita." ancam Naya membuat Barera reflek melepaskan kaki Naya.
KAMU SEDANG MEMBACA
FANAYA✔
DuchowePEMBERITAHUAN UMUM || 1-30 BERKISAH TENTANG FANAYA DAN BARERA || 31-50 BERKISAH CINTA ICA|| Saya gabung menjadi satu bukan maksud apa-apa. Walaupun kisah Ica masuk dalam extrapartnya. Mungkin ini adalah extrapart terpanjang dari cerita lain. YANG BE...