- (1) -

232 15 3
                                    

Mentari yang mulai menampakkan diri, menyambut pagi hari yang membuat para insan mulai melakukan aktivitas.
Begitu juga dengan Naren yang kini mencoba mengumpulkan kesadarannya, setelah itu Naren mulai beranjak memasuki kamar mandi, bersiap untuk sekolah.

Tak berselang lama, Naren sudah siap dengan seragam sekolahnya. Senyumnya mengembang kala ia mematut dirinya didepan cermin. Dengan hati riang, ia melangkah keluar kamar, menuju ruang makan.

Netranya menangkap kehadiran seorang laki-laki yang duduk diatas kursi roda, tengah melahap makanan, ditemani beberapa maid yang bekerja dirumahnya.

"Naren udah mau berangkat?" Tanya Aiden-sang kakak.

Naren tersenyum singkat, kemudian mendekat kearah kakaknya. Meneguk segelas susu putih bagiannya, kemudian melangkah menjauh, dan menyambar kunci motornya.

"Naren berangkat!"

Aiden yang mendengar itu hanya mampu tersenyum, adiknya yang manja, adiknya yang selalu menjahilinya, kini telah berubah menjadi sosok yang tertutup, sedikit menjauh darinya dan seakan membangun tembok besar diantara keduanya.

*****

Deru motor menyita perhatian sebagian siswa siswi SMA Cendekia. Siapa lagi pelakunya jika bukan Naren dan ketiga temannya.

"Bram! Pinjem duit!" Ucap Razan Malik Herdana, panggilannya Razan-namun entah kenapa teman-temannya memanggil laki-laki itu dengan nama Ojan.

"Pagi-pagi dah minjem aja ni anak, mau ngapain lo?"

"Kantin!"

Bram mengeluarkan uang dari sakunya, mengundang senyuman riang dari ojan.

"Kok biru? Biasanya juga yang warna merah."

"Ealah bangsat! Masih mending gue kasih, timbang kagak?"

"Iye-iye bawa sini"

"Lah lo mau ke kantin ama siapa?" Itu suara David.

"Ama Naren!"

Belum sempat Naren berbicara untuk menolak, Razan sudah menariknya begitu saja.

"Ojannn!!! Jangan lupa, gue nitip Coca-Cola kek biasa" Teriak Bram.

Razan memberikan jempolnya, segera mempercepat langkahnya, meninggalkan Bram juga David yang ada dibelakang, tak menghiraukan Naren yang meronta ingin dilepaskan.

*****

"Kana Swastamita!"

Dugh!

"Aduh!"

"Lo ngapain tidur?"

Kana mengelus pelipisnya, mencoba menghilangkan nyeri saat merasa ada sebuah buku yang melayang dan mendarat tepat didahinya.

"Ya ngantuk! Emang kalo ngantuk ngapain lagi kalo nggak tidur?"

"Nggak ada waktu buat tidur, Noh kerjain gih!"

"Lah kok gue?"

"Salah siapa kerja kelompok malah tidur?"

Kana menghela pasrah, kemudiam mengambil soal yang disodorkan oleh Martha.
Mengamati soal kemudian mulai memasukkan rumus untuk memecahkan jawaban.

"Kana, lo dipanggil bu Watik di kantor"

Tanpa basa-basi Kana berdiri dari duduknya, sebelum melangkah ia manatap Martha dan Hanin yang menjadi teman sekelompoknya.

"Kana sialan!" Umpat Hanin setelah melihat Kana menjulurkan lidahnya berniat mengejek lalu tertawa puas.

Kana melewati koridor sekolahnya, sepi karena ini masih jam kegiatan belajar mengajar, kedua maniknya menatap adanya kelas yang tengah melakukan pelajaran olahraga.

NARENKANA | Na Jaemin Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang