- (15) -

66 6 5
                                    

Perasaan apa yang sering kamu rasakan selama hidup di dunia ini?

Hidup yang tak selamanya kekal dengan nyawa yang dipinjamkan oleh Tuhan.

Bukankah manusia sering kali bersifat lupa akan sang Pencipta?

Tak jarang pula, banyak dari mereka merasa Tuhan itu tidak adil.

Hei! Tarik ucapanmu!

Tidakkah seharusnya kau bersyukur disaat Tuhan masih mau merengkuhmu saat kau lelah?

Disaat kau merasa terjatuh tanpa mampu kembali berdiri, Tuhan dengan kuasa-Nya memberi kasih yang bahkan tidak pernah kau sadari.

Tidakkah harusnya kau berterima kasih atas segala sesuatu yang telah diberikan oleh-Nya?

Manusia sejatinya itu egois, banyak dari mereka yang tidak mau disalahkan atas kesalahan yang ia buat sendiri.

Banyak dari mereka memainkan kata hanya untuk menutup buruknya rupa.

Lihatlah mereka yang dengan lihai bersilat lidah, beradu frasa dan argumentasi.

Lalu- Sudahkah dirimu mengaca?

Termasuk kedalam orang-orang seperti mereka tidak?

Yang jika berakhir kalah, hanya diam, tanpa mampu menyerang.

Lalu kau libatkan, kau korbankan, dan kau salahkan 'mereka' yang tak ikut memegang kendali atas dirimu sendiri.

Berkacalah mulai sekarang, perbanyak intropeksi diri, sebab yang hitam belum tentu kotor, dan yang putih belum tentu suci.

_Senja.Tanah.Batavia_

         •         •




Kana berjalan gontai selepas sholat dhuhur di mushola sekolah, berniat kembali ke kelasnya.

Namun ia bersorak senang didalam hati, saat ia melihat Naren berada tak jauh darinya, tengah menatap jejeran tulisan yang terpampang di Mading Kreatif Siswa.

"NANA!!!"

Naren tersentak, panggilan itu- hanya beberapa orang yang tau. Dengan cepat ia menoleh dan menemukan Kana yang sedikit berlari untuk menghampirinya.

"Nggak perlu lari-lari, kalo jatuh nanti sakit." Peringat Naren dengan nada tegasnya.

Kana hanya tersenyum lebar, tanpa beban.

"Nana?"

"Darimana lo tahu panggilan itu?"

Kana terdiam saat Naren menatapnya dengan tatapan menusuk, dan ucapan datar itu sukses membuat Kana merinding.

"Gue.. gue tahu dari Chandra tadi."

Naren menghembuskan nafasnya kasar, kemudian hendak beranjak pergi namun tangan lembut itu menahan pergerakannya.

NARENKANA | Na Jaemin Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang