BAB 7

11 3 0
                                    

Pagi hari ini gue bosen hanya duduk diam di kamar. Gue ingat ruangan yang banyak senjata itu, gue jadi pengen kesana tapi gue takut ketahunam Ayah. Gue benar benar pengen kesana, keinginan ini gue harus benar benar harus termenuhi selama tiga hari ini gue nggak latihan memanah atau menembak. Dan kalau di fikir kembali hari ini gue ada kesempatan untuk ke ruangan itu karena mereka lagi gak ada  di mesion. Tante Rania pergi ke butik. Nenek sedang pergi ke tempat amal. Lewis pergi yang pasti ke kampus dan malvyn ke senior high school
Gue keluar dan pergi ke lantai 3 dimana ruangan itu ada. Pas gue buka pintu banyak banget peralatan olah raga, setiap jenisnya di tata rapi. Satu yang membuat gue tertarik yaitu smash sudah lama gue gak tinju.

“Sedang apa kau disini”

Gue terkejut langsung melihat suara sapa itu ternyataada ayah. Gue pikir ayah itu udah berangkat kekantornya ternyata ayyah masih disini di hadapan gue.

“Aku sedang melihat isi ruangan ini ayah.”

“Ayah?” Ayah menaikan setengah halisnya ke atas menatap gue tajam. “Siapa yang mengijinkan kau menyebutku ayah.”

Ayah berjalan mendekati gue dengan tatapan tajam. Gue dia balas tatapan Ayah. Gue hanya diam saat Ayah hampir dekat jaraknya sama gue walau beda dua langkah. Gue  ngerasa sakit di hatin saat Ayah gak izinkin gue menyebut dirinya Ayah.

“Ingat disini kau hanya menemani ibu. Jangan melakukan yang ingin kamu lakukan dan satu lagi jangan memanggilku ayah.  meskipun kau anakku tapi aku tidak mengangap bahwa kau anak ku. Mengerti?” seru Ayah
Sakit hati gue saat Ayah benar-benar nggak menerimanya gue ada di dunia ini. Tapi gue harus tegar jangan pernah melihat kesedihan gue ke Ayah. gue membalas tatapan Ayah lebih tajam lalu mengangguk bahwa gue paham apa yang dikatakan Ayah.

“Baik saya mengerti” kata gue dingin. Mood gue hari ini hancur.

“Bagus” kata Ayah “ Lebih baikkau keluar dari ruangan ini”

Gue langsung pergi dari hadapan Ayah. gue turun dari lantai 3 dan pergi kekamar dan menangis menyalurkan rasa sakit di hati gue. Entah kenapa gue hari ini cengeng banget, biasanya gue gakakan sampai nangis begini.

Dari pada menangis di kamar lebih baik gue keluar sebentar dari mesion. Mencari suasana untuk menenangkan hati. gue melihat ada motor sport di bagasi tanpa fikir panjang gue naik dan untungnya ada kuncinya. Gue hidupin motor, dan ada helm nya juga di atas motor ini. Gue pake langsung gas jalan keluar masion.

(Mika keluar dari masion membawa motor itu. Di lantai atas Alex melihat Mika keluar membawa motor milik Brian hanya menatap diam).

  Sampai lah gue di sebuah pantai. Gue turun dari motor lalu duduk di rerumputan sambil melihat ombak dan beberapa orang di depan sana. Saat merasa tenang gue melihat sekeliling.

“Nenek?”

gue ngelihat nenek di sana ada suatu acara. Apa acara itu tempat amal yang tadi pagi Nenek bilang? Ternyata bener Nenek ada di sana.

Gue ngerasa tenggorokan gue apa karena nangis ya? Lebih baik gue meli minum. haus banget nih tenggorokan lalu pergi ke resto dan memesan minuman. Mata gue tak sengaja melihat mobil yang kemarin mengikuti gue sama nenek saat di pusat belanjan. Gue perhatikan dengan seksama ternyata memang mereka. Sekarang gue bisa liat jelas wajah mereka. Gue  keluarin handphone lalu memotret mereka berdua yang di dalam mobil itu.  Ingin cari tahu siapa mereka tapi sayangnya gue ngak bawa leptop, leptop juga gue harus pinjam ke Kak Lewis.

Tapi dilihat-lihat mereka sedang memperhatikan Nenek. Apa mereka sedang mengwasi Nenek? Gue  merasa ada yang mencurigakan dari mereka. Jadi kemaren merka mengincar Nenek? Siapa yang menyuruh mereka?

I'm The Boss GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang