BAB 3

19 3 0
                                    


Keesokan harinya

Gue uduk di kantin sama sasa. Gue galau mikirin ayah kanung gue mau kesini. Sumpah bikin hati gak tenang tau gak. Gue menghelas napas kasar.

“Lo kenapa sih mik? Galau banget kaya orang di putusin aja?” tanya Sasa mengunyah keripik ketang yang ada ditangannya. Gue rebut kripik ditangannya lalu memakannya. Sasa gak terima keripiknya di ambil, sasa rebut kembali.

“Gue pusing nih mikirin ayah.” Kata gue lesu

“Emang om Fardi kenapa?” tanya Sasa

“Bukan Ayah Fardi sa. Tapi ayah kandung gue”

“WHAT! Lo udah tau ayah kandung lo”tanya Sasa penasaran. Gue ngangguk
“terus yang bikin lo galau kaya orang di putusin kenapa?” tanya Sasa

“ayah pengen gue ke Amerika selama liburan sekolah. Sasa, gue bingung! Apa yang harus gue lakukin kalau gue ke Amerika? Apalagi disana ada anak-anaknya ayah. Gue takut”

“lo yang sabar ya mik, kalau menurut gue, ayah lo suruh ke Amerika pasti ada alasannya kan? Apalagi selama ini ayah lo gak nyari keberadaan lo terus sekarang dia nyari lo pasti ada alasannya.”kata Sasa nenangin gue. Bener apa kata Sasa gak mungkinkan ayah nyuruh gue ke Amerika tanpa alasan? Pasti ada alasanya  gue harus tau.

Dari pada galau disini mening gue balik ke kelas ngumpul sama yang lain. Sebenarnya sudah gak tidak ada lagi pelajaran karena sudah selesai ujian. Tapi, ada beberapa siswa yang memperbaiki nilai ke pada guru mata pelajaran.  Tapi gue nggak karena gue lihat semua mata pelajaran semua nilainya bagus-bagus ada juga nilainya yang 100. Jadi, gak ada yang harus di khawatirkan keculi Sasa. Gue pergi kesekolah itu takutnya ada infomasi penting yang terlewatkan terus ngebantuin yang lain. Mereka maksa banget ke gue untuk bantu memperbaiki nilai.

Setelah selesai dan gak ada lagi yang dilakuin. Gue pulang lebih awal biasa ya seperti kata tadi hari ini hanya itu di atas. Pulang sekolah gue langsung ketempat penembakan dan memanah. Menuntaskan ke galauan gue. Pertama gue ke tempat latihan pistol, gue pilih salah satu pistol di sana. Hari ini suasana disini mendukung banget buat gue yang mau ngehilangin galau. Tidak ada seorang pun disini. Biasanya banyak orang yang dari anak sekolahan, pengusaha dan tentara yang latihan disini.

Setelah merasa lega gue kembali kerumah. Gue sampe rumah pukul 8  malam. Pas buka gerbang banyak banget mobil mewah didalam halaman, gue yang mau lewat aja susah. masuk ke rumah gue lihat banyak orang yang berjaga di luar rumah.

Gue melihat sekelilingnya heran banyak banget penjaganya, siapa sih yang datang. bawa penjaga kok gini amet, sebelum masuk gue di hadang  penjaga itu.

“Maaf nona, andak tidak boleh masuk”kata penjaga berkumis dikit

“Maaf anda siapa? Larang saya gak boleh masuk” tanya gue natap penjaga itu tajam

Gue coba nerobos masuk tapi di tahan sama penjaga itu.

“Maaf nona”kata penjaga berkumis dikit itu tetep gak ngizinin gue masuk.

“ Sebelumnya maaf nona. Siapa nona kenapa datang kesini?”penjaga yang satu lagi nanya siapa gue. Saat gue mau jawab Ayah Fardi keluar. Ngejawab penjaga itu kalau gue anak yang punya rumah ini.

“Dia Mika,Anak saya.” setelah Ayah Fardi jawab. Penjaga itu memberi jalan masuk ke rumah.

“Maaf atas sikap saya tadi, saya tidak tahu kalau anda putri tuan Fardi” penjaga yang menahan gue masuk meminta maaf dan  mempersilahkan gue masuk.

“Ayah siapa mereka?”Mika bertanya kepada Ayah

“Mereka adalah penjaga ayah kamu Mika”jawab Ayah Fardi

“Ayah aku? Ayah Alex?”tanya gue sedikit kaget, dibalas anggukan sama Ayah Fardi, berarti ayah kandung gue ada disini. Ya ampun, gue bener-bener gak nyangka kalau malam ini gue bakal ketemu sama ayah. Ini adalah pertemuan pertama kalinya gue dan ayah.

“Lebih baik kamu bersihkan diri gih udah bau asam tau gak.” Ayah ketawa berpura-pura tutup hidung.

“Hehe, baik ayah, mika ke kamar dulu kalau gitu” jawab gue lalu naik kelantai dua dimana kamar gue berada. Ayah Fardi menyuruh gue untuk kekamanar menyuruh mandi.

“Eemm ayah?”panggil gue

“Iya”

“Ayah Alex sekarang dimana kok gak liat ada disini?” sebelum naik ke tangga gue tanya ke Ayah  Fardi dimana ayah kandung gue sekarang.

“Ayah kamu sedang di kamar tamu” Ayah Fardi ngejawab ayah kandung gue ada di kamar tamu.

Gue masuk kamar, gue bingung harus ngapain di hadapan Ayah Alex.

“Tenang Mika, lo gak boleh panik lo harus tenang, sekarang lebih baik mandi” gue kuatkan diri. Setelah beres gue keluar dari kamar turun menuju dapur untuk mengambil minum. Haus banget gue. Saat meminum Bunda datang ke dapur manggil gue.

“Mika” panggil Bunda

“Ia bun”jawab gue

“Kalau udah selesai minumnya ke ruang tamu ya, kamu udah ditunggu.” Kata bunda lalu berbalik berjalan ke ruang tamu. Gue cuci gelas bekas minum tadi. Gue ambil napas banyak-banyak nenangin jantung gue yang dari tadi gak karuan.

Disana ada laki-laki duduk di depan Ayah sama Bunda. Dia natap gue tajam. Ya ampun apa bener dia ayah kandung gue? Sumpah dia ganteng banget.

“Sini sayang” panggil bunda nyuruh gue duduk disampingnya. Gue duduk disamping bunda, gue gak berani liat depan dimana ada ayah kandung gue. Gue cuma nunduk aja.

“Tuan perkenalkan ini adalah Mika, Mika Anatasya B putri kandung anda.” Kata bunda ngenalin gue ke ayah.

“B? Barnett?” tanya ayah

“Iya tuan, maaf saya memakai nama marga keluarga Barnett.” Kata Bunda. “jadi nama B belakang gue itu Barneet, nama marga ayah?” fikir gue

“Jadi dia anak kandung saya?” tanya ayah

“Benar tuan.” Jawab Bunda

“Baiklah, langsung saja saya beri tahu kedatangan saya kesini. Ibu saya menginginkan Mika ke Amerika, dia ingin bertemu denganmu. Dan kebetulan kamu akan liburan sekolah karena itu saya datang kesini atas permintaan ibu untuk membawa mika ke amerika. Saya tidak akan memaksa kalau kamu tidak menginginkannya pergi ke Amerika” kata ayah Alex.

Jadi ayah kesini bukan mau liat gue, dia kesini hanya perintah ibunya nenek gue? Gue masih diam gak menjawab ayah. Tangan gue digenggam bunda erat dan sebelahnya lagi peluk pundak nenangin gue.

“Saya akan memberikan waktu untuk kamu menjawabnya mika, tatap orang yang sedang mengajak kamu berbicara mika, sangat tidak sopan”kata ayah.

Perlahan gue lihat ke depan. Bertebrukan dengan mata berwana coklat tua itu. Gue terpaku wajah tampannya sangat jelas dari dekat berbeda tadi saat gue lihat dari ruang keluarga. Dan difikir-fikir lagi wajah itu mirip sekali sama gue. Sepertinya benar kata pepatah “Bagai pinang di belah dua.”

.

.

.

.

.
TBC

terima kasih sudah membaca
Jangan lupa vote sama komentar ya

I'm The Boss GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang