BAB 18

12 3 0
                                    

Sayup-sayup gue mendengar orang ngomong. Perlahan gue buka mata, gue rasa tubuh gue gak bisa di gerakit kecuali jari tangan gue yang gue rasa bisa bergerak.

“Bunda liat tangan kak Mika bergerak.”
Gue denger suara Adam ada disini. Apa gue ada di Indonesia sehingga denger suara adik gue. Gue lihat merka ada tiga orang yang ngehampiri gue.

“Alhamdulilah mika kamu sudah sadar nak?”

“Oh cucuku syukurlah kamu sudah sadar.”kata Nenek

“Saya panggilkan dokter.” Kata Mommy Rania

Mereka adalah Nenek, Bunda dan Mommy Rania. Mommy Rania keluar memanggi nenek

“Bunda” suara gue serak banget saat pangil Bunda

“Iya sayang ada apa, apa ada yang sakit?” tanya Bunda

“Aku haus bun.”
Bunda langsung ambil air yang ada di meja, Nenek yang ada disamping gue mengelus lembut rambut gue tersenyum ngeliat gue udah sadar.

“Ini sayang, pelan-pelan minumnya.” Bunda ngebantu gue minum.

“Akhirnya kamu sudah sadar Mika.”

Gue denger suara disamping gue, gue liat ternyata Kak Brian ada disini. Gue liat keadaan Kak Brian sudah membaik.

“AAHH” sial sakit banget punggung gue.

“Kenapa sayang mana yang sakit?”tanya Nenek

“Punggung aku nek” jawab gue mencoba nahan sakit

Sepertinya bekas tembakan itu masih terasa. Pintu terbuka dokter masuk dan melihat kondisi gue. Tubuh gue di bantu suster untuk duduk lalu baju gue dibuka. Sontak untuk menahan tangan yang mau buka kancing baju gue.

“Tidak apa-apa kami hanya akan melihat punggung kamu melihat jahitannya.” Suster itu nenangin gue. Pas udah terbuka ternyata tubuh gue di perban, lalu di buka hanya bagian bekas tembakan saja yang dibuka dan di periksa.

Setelah diperiksa dokter itu lalau menyuruh suster  mengganti perban di tubuh gue. Semua orang yang ada di ruangan ini di suruh keluar dulu kecuali Kak Brian yang masih duduk. Suster itu menari gorden pembatas brankar gue agar gak bisa ngeliat gue yang ganti perban sama suster.

Setelah selesai suster ini memberitahu ke dokter tadi kalau gue udah selesai ganti perban. Mereka masuk lagi kesini.

“Syukurlah keadaan kamu mulai membaik. Mungkin nanti kamu akan kesulitan saat enggerakan tangan kamu. Karena luka tempak di punggung kamu akan mengambat pergerakannya.

“Terima kasih dok”kata gue berterima kasih

“Sama-sama, saya akan memeriksa keadaan kamu nanti malam untuk melihat perkembangannya. kalau begitu saya permisi dulu” kata dokter itu lalu memberi hormat ke Nenek lalu keluar.

“Bunda senang sekali kamu sudah sadar. Bunda hawatir tidak ada jawaban saat bunda menghubungi kamu.”

“Maafkan mika udah buat bunda khawatir.”

Mereka terus bertanya tentang keadaan gue. Gue baru nget udaah berapa lama gue gak bangun.

“Sudah berapa lama aku gak bangun?” Tanya gue

“Kamu sudah tiga hari tidak sadarkan diri mika” jawab Mommy Rania
Ternyata udah tiga hari yang lalu peristiwa itu berlalu, gue gak tau kelanjutannya bagaimana. Apa si tua bangka itu masih hidup apa belum ya? Apa Daddy baik-baik saja setelah gue nyelamatin dia? Ngomong-ngomong Daddy dimana sekarang? Saat gue buka mata gak ada tuh penampakannya disini.

“dimana Ayah  dan Daddy?” tanya gue, oh dan dua lagi gue bulum liat Kak Lewis dan Kak Malvyn.

“Ayah sedang rapat dengan Tuan Alex” jawab Bunda

Tiba-tiba pintu terbuka disana ada Ayah yang terengah-rengan membuka pintu. Ayah langsung meluk gue

“aww ayah pelan-pelan punggung aku” gue nahan sakit saat tangan Ayah nyentuh luka tembak di punggung gue.

“Maafkan ayah mika, apa masih sakit?”tanya Ayah

“Udah mulai gak sakit kok yah.”

“Brian bagaimana keadaan mu?” setelah ngeliat gue Ayah ke Kak Brian nanya keadaannya. Oh kalian harus tahu bahwa Kak Brian bisa pulang hari ini karena luka di pelutnya sudah membaik jadi bisa di izinkan pulang ya meskipun harus cek up seminggu sekali.

“Saya sudah membaik om, hari ini juga saya bisa pulang” kata Kak Brian

Ayah nyamperin Bunda yang lagi kasih makan Adam dan si kecil adik Bram lagi tidur.  Seneng banget gue liat Ayah, Bunda sama adik-adik gue di sini. Udah satu minggu gue gak liat mereka liat juga hanya leat video call.  Nenek ada disisi gue daritadi Nenek gak jauh dari gue. Sekarang Nenek menggenggam tangan gue.

Gue liat Mommy Rania ngebantu Kak Brian ganti baju. Satu orang yang gue tunggu sekarang yaitu Daddy. Gue menghela napas gue meringis saat gue angkat tangan yang satunya lagi, sakit dipunggung masih terasa. Badan gue masih lemes dan gak bisa duduk lebih lama.

“Nenek tolong bantu Mika berbaring.” Gue minta bantuan ke Nenek untuk bisa tiduran. Dan satu lagi kepala gue rada-rada pusing.

“Nenek aku mau tidur dulu, badan aku masih lemas dan kepalaku sedikit pusing”  kata gue

“Iya sudah, lebih baik mika istirahat” kata Nenek mengusap kepala gue lembut. Dengan elusannya itu gue merasa tenang dan mudah mengantuk. Gak lama dari itu gue terlelap tidur.

.

.

.

.

.

TBC

terima kasih sudah membaca
Jangan lupa vote sama komentar ya

I'm The Boss GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang