Dua

702 200 16
                                    

Dapur terlihat berantakan. Diana sedang bersemangat memasak hari ini. Siera yang baru selesai merampungkan gambar untuk proyek pemerintah, dia melongok ke dapur berniat membuat kopi.

"Berantakan banget, ada angin apa kamu memasak. Biasanya juga malas, dan beli makanan frozen food terus."

"Masak salah, nggak masak lebih salah," cibir Diana tanpa menoleh.

"Ya, nggak masalah kalau habis masaknya diberesin, tapi kamu bisanya berantakin doang."

"Entar aku beresin. Aku masak buat bagi-bagi tetangga."

"What? Bagi-bagi tetangga, sejak kapan kamu punya ide seperti itu?"

"Tadi aku lihat vidio di tik-tok, katanya belum menjadi muslim yang baik kalau belum memuliakan tetangganya. Bahkan Rasul menyuruh umatnya untuk berbagi makanan pada tetangga," jelas Diana dengan penuh semangat.

"Awas saja mereka keracunan, setelah memakan makanan yang kamu kasih. Biasanya masakan kamu kalau nggak kemanisan, keasinan, ayam pun belum tentu mau makan hasil masakan kamu," ledek Siera.

"Ih, Kak Siera nyebelin! Bukannya bantuin aku masak." Diana cemberut dengan ledekan Siera .

"Hari ini, aku lagi nggak pingin berbuat baik. Apalagi tetangga yang bakal kasih kamu makanan adalah tetangga baru. Berbagi kamu juga nggak ikhlas, karena ada yang lagi diincar."

"Sana ah, ganggu suasana saja!" usir Diana. Kedatangan Siera bikin bad mood saja.

Siera pun kembali ke ruang kerjanya. Melanjutkan kembali aktivitasnya. Setahun ini, ia bekerjasama dengan teman-teman kuliahnya, mereka mendirikan biro arsitektur.

Siera tidak harus setiap hari datang ke kantor, pekerjaannya lebih banyak dilakukan di rumah. Sesekali ia bisa mencurahkan hobby menulisnya. Penghasilan di biro arsitek yang dirintisnya belum begitu besar, tapi bagi Siera yang penting hatinya bahagia. Ia juga sudah bisa membeli rumah yang ditinggalinya sekarang, hasil dari tabungan saat bekerja sebagai arsitektur di Singapura. Ternyata kehancurannya tiga tahun lalu, malah membawa perubahan yang lebih baik.

Sejam kemudian.

"Masakan aku enak kata Mas Hanan, Kakak cobain deh." Diana menyodorkan ayam krispi hasil masakannya.

Sekali lihat saja, Siera tidak tertarik pada hasil olahan Diana. Ayam krispi tapi sedikit gosong, niat banget ternyata si Diana berbagi makanan. Pasti yang bilang enak, karena demi menghargai perasaan Diana.

Siera mengambil satu potong ayam krispi, dia harus mencobanya, apakah hasil masak Diana sudah ada kemajuan.

Ya Tuhan ... Rasanya sangat asin, dan ketika digigit malah terasa alot. Siera segera menyambar botol air mineral.

"Harusnya kamu coba dulu sebelum dikasih ke orang. Berbagi itu baik, tapi kalau nggak bisa masak, jangan jadikan orang lain kelinci percobaan."

"Masakan aku nggak enak, ya." Diana mendadak sedih.

"Kamu cobain sendiri, deh." Siera mendarong piring yang berisi ayam krispi.

"Astagfirullah ... Kok, bisa asin kayak gini, ya."

Siera mendesah. Kadang Diana itu over pede, merasa apa yang dia lakukan itu sudah sempurna, tapi ujungnya malah mubazir.

"Tapi Mas Hanan bilangnya enak."

Siera mengangkat bahunya. Ah, ternyata benar jika tetangga sebelah itu Hanan, lebih tepatnya Hanan Dwikarna. Siera nggak mungkin salah, meski belum berpapasan secara langsung.

"Aku kasihan sama Mas Hanan, Kak," curhat Diana.

Siera tampak tidak peduli. Aneh saja Diana bisa langsung akrab dengan tetangga sebelah. Apalagi sampai bisa saling curhat.

"Mas Hanan itu baru saja ditinggalin istrinya, dia selingkuh. Terus Mas Hanan juga harus berpisah dengan anaknya. Kok, ada ya, cowok sebaik dan seganteng Mas Hanan disakiti."

'Syukurlah, akhirnya si pengkhianat itu mendapatkan balasannya,' guman Siera dalam hati.

"Jangan mudah luluh pada kesedihan orang lain. Karena bisa jadi itu adalah kebohongan. Dia sedang menjual kesedihannya agar kamu iba. Laki-laki yang baik itu, dia akan menyimpan masalahnya sendiri, karena nggak mau dirinya dikasihani."

"Tetapi tadi matanya terlihat berkaca-kaca saat cerita sama aku. Aku bisa ngebayangin rasa sakit yang dialami oleh Mas Hanan."

"Namanya juga orang yang lagi jual kesedihan. Kamu itu polos dan gampang dikadali."

"Kenapa sih, Kakak nggak percaya orang lain?" Diana merasa gemas.

"Dari pada kamu gampang ditipu orang lain. Dunia ini keras Di, jika kamu gampang percaya sama orang, kamu sendiri yang akan mendapatkan kerugiannya. Please, jangan mudah iba sama si tetangga sebelah, apalagi dia duda, aku nggak ingin kamu sampai jatuh cinta sama dia."

"Aku sudah memperingatkan kamu berulang kali, jangan terlalu dekat sama lawan jenis, apalagi sampai menaruh kepercayaan yang berlebihan."

Memperingatkan Diana yang kepala batu bikin Siera sebal. Dia anaknya mudah sekali jatuh cinta. Jika kemarin putus, tiga hari kemudian akan kembali punya gandengan. Semudah itulah dia move on.

"Aku bisa jaga diri, Kak, tapi nggak semua orang yang curhat itu jual kesedihan. Bisa jadi dia udah nggak kuat nahan bebannya sendirian, sehingga dia butuh teman buat bercerita. Dan Mas Hanan ...."

"Stop ngomingin dia lagi, aku capek. Kamu itu bebal kalau dikasih nasehat. Gampang percayaan. Kamu baru bertemu dengan dia baru dua hari, sudah langsung menyimpulkan baik. Sedang aku yang hampir tiga tahun sama kamu, bantu kamu saat susah, menguatkanmu di saat sedih, selalu di pandang jelek. Kalau kamu mau bela dia, sana keluar, jangan berada di rumah ini lagi. Sekalian aja kamu jadi babunya!" Siera sudah benar-benar kesal. Habis kesabarannya menghadapi Diana.

"Maaf," cicit Diana.

"Kalau kamu masih mau menemuinya, atau diam-diam pergi ke rumahnya, keluar saja dari rumah ini. Aku nggak suka lihat anak gadis berduaan dengan laki-laki asing, apalagi status dia duda."

Diana menunduk, dia tidak berani membantah. Hari ini, Siera benar-benar marah. Itu artinya ancaman dia tidak main-main. Nggak mau dia diusir dari rumah ini, karena kuliahnya belum selesai, dan Kak Siera meskipun jutek, tapi dia royal dan care.

Lihat saja, kalau besok Diana masih berani memasakan makanan untuk tetangga baru, Siera bakal naruh obat pencahar atau racun sianida. Eh, kalau sianida ia bisa masuk tv menjadi berita yang berjilid-jilid, lalu masuk penjara. Balas dendam terbaik, harus dilalukan dengan cara elegan, namun bikin musuh kewalahan. []








Dendam SieraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang