KH P.18

2.8K 210 20
                                    

{Ditempat Lain}

Seorang pemuda dengan perawakan tampan, memiliki warna kulit kuning langsat dengan wajah blasterannya yang khas sedang berdiri di depan nisan yang sudah penuh dengan bunga mawar merah segar. Dia berdiri dan sudah menatap makam itu 1 jam lamanya. Entah apa yang dia bicarakan dan utarakan sampai-sampai senja sudah mulai tampak, dia masih tetap berdiam disana.

"Kau sangat mencintainya sampai-sampai kau mempertaruhkan nyawamu untuk lelaki itu. Kau tahu? Sekarang dia terlihat bahagia karena memiliki isteri yang begitu dia sayangi. Sementara kau disini? Phi yakin dia sudah melupakanmu. Hah! Bajingan bukan?",

"Namtan, Phi tidak akan membiarkan dia bahagia di dunia ini. Phi akan mengajaknya untuk menemanimu disana", ucap pria itu.

"Tenang saja, Phi akan mewujudkan keinginanmu untuk membawa lelaki yang kamu cintai", ucapnya lagi.

Kalimat tersebut merupakan kalimat terakhir sebagai penutup kunjungannya hari ini. Tidak ada air mata, yang ada hanya kalimat dendam yang belum terbalaskan.

Setelah itu, pria blasteran itu berbalik dan berjalan menjauhi makam untuk kembali menuju mobilnya yang sedari tadi terparkir di pinggir jalan makam.

"Kita ke pabrik. Aku ingin menemui seseorang", ucap pria itu.

.

.

Mobil melaju dan tidak sampai 1 jam, mobil itu terhenti di sebuah gedung pabrik besi. Pria itu turun dan berjalan masuk ke dalam pabrik itu. Hanya beberapa menit berbicara dengan petugas, pria tersebut pun langsung dipersilahkan masuk. Pria itu menunggu di ruang tunggu, menunggu orang yang ingin dia temui untuk dipanggil.

Dan pria yang ingin dia temui pun datang.

Pria pekerja besi itu duduk berhadapan dengan pria blasteran yang menjenguknya.

"Mau apa kau kemari?! Aku sedang bekerja!", ucap pria itu marah.

"Aku datang, karena ingin menanyakan hal yang sama. Apakah kau masih tidak ingin memberitahukan kejadian malam itu padaku, Tuan Tem (Ayah Porchay)?",ucap pria blasteran.

"Aku sudah memberitahumu, Tuan Ken", ucap Tem.

Ken tertawa kecil.

"Hah.. Ternyata kau masih tidak mau memberitahuku", ucap Ken.

"Jejakmu dan dirinya ada pada malam itu. Kalian yang membunuh adikku kan?!", ucap Ken dengan emosi yang masih ditahan.

"Benar",

"Kau benar. Aku yang membunuhnya. Aku membunuhnya bersama dengan anak muda itu. Apakah kau tidak ingat? Aku sudah bersaksi dan sudah di penjara selama itu dan kau sendiri yang memenjarakanku. Kenapa kau masih saja kembali untuk menguak kematian adikmu?! Bukankah semua sudah jelas?!!", jelas Tem.

"BAJINGAN KAU!! AKU TAHU KAU MASIH MENYEMBUNYIKAN BUKTI MENGENAI KEMATIAN ADIKKU!", teriak Ken sambil mencengkeram kuat kerah Tem, ayah Porchay.

"KATAKAN PADAKU! APA MOTIFMU?! APA MASALAHMU?! KENAPA KAU MELAKUKAN ITU PADA ADIKKU?! KENAPA KAU MEMBUNUH ADIKKU?!", teriak Ken.

Tem melepas paksa tangan itu dari kerahnya, hingga Ken terdorong kebelakang.

"Aku tidak diperkenankan memberitahumu! Tugasku sudah selesai, dan masalah ini sudah ditutup! Harusnya kau bersyukur adikmu mati, karena jika dia hidup, kau yang akan mati!", ucap Tem.

Ken terkejut pria tua dihadapannya mengatakan hal seperti itu. Sebenarnya apa yang terjadi?

"Jadi mari kita sudahi Tuan", tambah Tem yang saat ini sudah berlalu meninggalkan Ken yang masih terduduk dengan emosi yang bergejolak.
.
.
.
.
Sudah hampir memasuki tahun ke sembilan, namun Tem (Ayah Porchay) masih tetap tutup mulut dengan Ken mengenai masalah kematian adiknya. Tem merupakan supir pribadi keluarga Ken sejak lama. Dia sudah dari kecil mengenal Ken dan keluarganya. Ken adalah anak yang manja, dan sangat menyayangi adik perempuannya. Adiknya bernama Namtan Kenaru. Mereka adalah anak yatim piatu.

KIND HUSBAND [[JEFFBARCODE]]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang