55

484 25 0
                                    


Mata cantik yang terlihat malas melihat sekeliling yang di penuhi orang dengan senyum bahagianya.

Nafas panjang terus keluar dari mulutnya. Apa hanya dia yang tidak merasakan bahagia saat lulus menjadi sarjana.

Empat tahun telah berlalu dengan singkatnya bagi sebagian orang. Lain dengan Kalista yang merasa empat tahun serasa empat abad.

Di sepanjang acara Kalista hanya memasang wajah senangnya sedikit karena entah mengapa rasa malasnya lebih besar di banding rasa senangnya.

Bagaimana tidak jika hampir semua temannya di berikan ucapan manis oleh pasangannya masing masing yang rela datang walaupun jauh.

"Lama banget si nih kapan pulang" ujarnya mengeluh melihat orang tuanya yang sedang berbincang dengan beberapa dosen dan orang tua lainnya.

"Udah tau ini bunga berat" Kalista kembali mengeluh karena pegal yang ia rasa di tangan semakin sakit.

"Ck" Kalista berdecak ketika melihat teman kampusnya yang terlihat bahagia di ucapkan selamat oleh kekasihnya.

"Itu orang gaada niatan dateng gitu buat ngucapin selamat atau apake itu" kesal Kalista.

Semenjak Kalista menjadi mahasiswi dia sedikit lebih dewasa dan sedikit lebih pendiam. Sifat sedikit malas untuk melakukan hal yang menurutnya tidak penting mulai muncul setelah beberapa bulan di tinggal Kavian.

Wajahnya sedikit lega saat orangtuanya menghampiri dia yang sedari tadi duduk malas.

"Yuk kita harus cepet cepet pulang" ajak Rina lalu mengambil alih sebagian bunga pemberian kerabatnya di tangan Kalista dan memberikan pada suaminya.

"Katanya mau makan dulu" rengek Kalista. Dia mengharapkan itu sedari tadi dan apa? Mamanya bilang harus cepat pulang? Biar apa begitu.

"Gaada waktu entar aja makan di rumah" Rina menarik tangan Kalista.

"Kecewa banget aku mah" ujar Kalista cemberut pasrah dengan tarikan mamanya.

"Pokonya pulang dari sini kamu siap siap terus dandan yang cantik, oke" ujar Rina terlihat senang.

"Ngapain si mah" jawabnya malas.

"Ya masa acara lamaran gayaan kamu kaya gini"

"MAH!!" Kalista menarik tangannya sedikit kasar dari cekalan Rina.

"Kok mamah jahat sih" ujarnya dengan mata sedikit berkaca kaca.

"Lah ko malah nangis, harusnya kamu seneng dong"

"Yang mau lamar aku emang siapa?" Kalista mencoba menahan air matanya.

"Ada deh pokonya dia ganteng" Rina kembali menarik Kalista menuju mobil yang terparkir.

"Mamah kenapa sih, enteng banget mamah ngomong kaya gitu" hatinya sedikit marah entah kenapa membuat nafasnya sedikit memburu.

"Udah ikutin aja kata mamah" Bramasta ikut membujuk Kalista agar mengikuti ucapan istrinya.

"Pah!! Papah tau kan ada orang yang aku tunggu"

"Ih udah masuk aja, tar juga kamu seneng" Rina mendorong pelan Kalista hingga masuk ke dalam mobil.

"Iih mamah aku gamauu!!" Kalista mengaung di dalam mobil bak cacing kepanasan.

"Mamah kok gitu sii sama aku maah" Kalista mulai menangis segukan.

Kalista menyambar ponselnya dan segera menghubungi seseorang.

Kalista sedikit bingung saat sambungan cepat terhubung. Biasanya Kavian cukup lama mengangkat panggilan dari dia.

Si gadis polos [COMPLETED] ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang