06

6.4K 267 3
                                    

Bel berbunyi tiga menit yang lalu. Sekarang para murid SMA CENDANA semua telah bubar. Sebagian kembali kerumahnya masing masing, ada juga yang masih menetap di dalam karena mengerjakan tugas masing masing seperti eskul maupun osis.

Kini kalista dan Arina sedang berada di kolidor menuju parkiran tadinya sih si Arina ngajak Kalista menonton basket tapi, karena handpone Kalista yang sedari tadi bunyi tanda ada notifikasi dari Kavian bahwa harus cepat cepat ke parkiran, jadilah tidak jadi menonton basket.

Setelah sampai di parkiran Kalista tidak langsung menghampiri Kavian melainkan menunggu Arina ada yang menjemput.

"Ta gue duluan ya, Dadah," Arina melambaikan tangan ke arah kalista menuju mobil yang menjemputnya karena sudah datang.

"Dadaaaaah, hati hati di jalan," Kalista membalas dengan semangat lalu dia menghampiri Kavian dengan sedikit berlari.

"Halo kakak," ucap Kalista tersenyum memamerkan gigi putih nya.disana hanya ada Kavian seorang. kawan nya entah kemana.

"Kakak-kakak emang gue kakak lo," Kavian menampar pipi Kalista pelan membuat senyum kalista luntur di gantikan dengan muka cemberut yang entah kenapa terlihat lucu di mata Kavian.

"Jan gitu lah muka nya nanti gue tambah cinta," ucapnya sambil menaiki motor, tak lupa dengan helm nya. Kavian mengambil helm yang satunya lagi lalu.

"Sini," suruh nya kepada kalista supaya mendekat padanya agar lebih mudah menyimpan helm di kepala Kalista.

"Emang kakak cinta sama tata," tanya Kalista memiringkan kepalanya melihat Kavian dari samping.

"Hhmmm," hanya gumaman yang meluncur di tenggorokan Kavian.

"Tapi tata udah cinta belom ya sama kakak," Kavian langsung menoleh ke arah Kalista dengan satu alis terangkat dan mulut sedikit terbuka.

"Emang lo gk ada rasa," tanya Kavian. Posisinya hanya menaiki motor tanpa menyalakan mesinnya.

"Tata gak tau rasanya kaya gimana," jujurnya kepada Kavian.

Kavian memejamkan matanya menghirup udara segar di siang bolong sambil mengumpatkan kata sabar dalam hati beberapa kali.

"Sabar yan dia pacar lo..pilihan lo juga," itulah teriakan hati sang Kavian dia menatap sang pacar dan tersenyum manis. Yang di tatap hanya mengedipkan matanya berkali kali. Dia menyalakan mesinnya dan menyuruh kekasihnya untuk naik, di bantu dengan tangannya.

"Peluk gue ta gue mau ngebut,takutnya lo jatoh gue gak mau tanggung jawab," yang di suruh langsung saja melingkarkan tangan nya di perut Kavian dengan kencang karena takut jatuh.

"Tata gak mau jatuh kalau tata jatuh nanti tata mati terus kalo tata mati berarti kakak gak bisa nikah sama tata, tata gak mau," cerocos kalista membuat Kavian tertawa renyah mendengar perkataan pacarnya ini.

"Ya makanya harus peluk biar gak jatuh--kok gue baper ya dia ngomong gitu," lanjutnya dalam hati. Kavian tersenyum di balik helm fullfacenya manis sekali. Tapi sayangnya tertutup helm lalu melajukan motornya keluar dari parkiran sekolah menuju jalan raya.

Di perjalanan Kavian melajukan motornya membelah jalan ibu kota dengan kecepatan pelan tanpa adanya kebut kebutan meskipun jalan tidak macet seperti biasanya. Keduanya sama sama diam dengan pikiran masing masing. Yang satu fokus menyetir, yang satu fokus melihat apa saja yang ada di pinggir jalan.

"Kak mampir dulu ke indo yah," ucap Kalista tidak lengkap.

"Indo? Indonesia," Kata Kavian sengaja padahal dia sudah paham apa yang di katakan pacar nya itu.

"Iiiih bukaan, yang banyak maknan itu loh," greget kalista karna jawabannya tidak sesuai dengan apa yang ada di  pikirannya.

"Oooh bazar," jawab Kavian dengan suara di buat seserius mungkin.

"Lah kok bazar si kak indomaret," ucap nya ngegas.

"Dih bener dong gue, kan yang banyak makanan tuh bazar, kalo indomaret mah banyaknya cemilan," ingatkan Kavian yang suka membodoh bodohi pacarnya sendiri.

"Emang iya?," Kalista menyimpan dagunya di bahu Kavian dan melihat pantulan wajah Kavian di kaca spion yang juga sedang melihatnya sambil tersenyum karena terlihat dari matanya yang sedikit menyipit.

"Iya lah," sehabis itu tawa Kavian pecah seketika membuat Kalista menoleh. Tak hanya kalista beberapa pengemudi sepeda motor pun ikut menolehkan kepalanya melihat Kavian.

"Ko ketawa sih, aaah kakak pasti boongin tata yaaa, iya kan," tuduh kalista sambil memukul perut rata Kavian.

"Enggak lah ngapain," nada nya kembali serius.

"Ish au ah tata pusing," rajuk Kalista sambil menyenderkan kepalanya di punggung Kavian.

Motor Kavian berbelok menuju lokasi yang di maksud Kalista. Ayolah yang tadi hanya candaan Kavian saja itung itung hiburan biar gak garing garing amat.

Setelah sampai di depan supermarke, Kavian memarkirkan motornya di parkiran yang kosong lalu menyuruh Kalista untuk turun dan di susul dengan dirinya. Mereka masuk ke dalam dengan Kalista yang memegang tali tas milik Kavian yang menggantung.

"Nah maksud tata tuh ini kak..tuh liat banyak kan makanan nya?," tunjuk Kalista ke seluruh penjuru supermarket yang diisi penuh benda-benda yang bisa di masukan ke dalam mulut (makanan-minuman).Kavian hanya merespon dengan lirikan di tambah dengan sedikit bumbu bumbu senyuman termanis. 

Kalista yang sibuk memilih makanan dan Kavian pastinya yang mendorong troli hingga kalista selesai memilih makanan dan menuju kasir untuk membayar barang hasil pilihan kalista, tentunya Kavian yang membayar semuanya. Setelah selesai keduanya berjalan ke parkiran tempat motornya terparkir.

Keduanya sudah menaiki motor dan melajukan nya menuju rumah kalista. Belanjaan yang tadi kalista beli dia bawa sendiri. Dasar, pacar macam apa itu emang tidak peka atau pura pura tidak peka tapi Kavian peka kok tenang aja mungkin karna pakai motor, jadi tidak tau harus di simpan di mana.

Sampailah di sebuah komplek tempat tinggal kalista atau bisa di sebut rumah orang tuanya kalista karena dia hanya numpang di situ. Ngerti kan maksud aku guys.

Kalista turun dari motor dan berpamitan kepada Kavian. Di saat hendak pergi langkah nya terhenti.

"Nyaman ya sama helm gue, sampe gak mau di lepas gitu," Sindirnya dengan mata tidak melihat ke arah Kalista melainkan melihat apa saja yang bisa di lihat di sekeliling nya.

Kalista membalikkan badannya dan tersenyum pepsodent lalu kembali menghampiri Kavian dan mengembalikan helm nya.

"Beneran kakak gak mau mampir dulu," Katanya menawarkan.

"Gak, lain kali aja deh gue ada urusan bentar, salam ke mamah bilangin dari gue," dinyalakan nya mesin motor. sebelum pergi, dia menepuk puncak kepala kalista.

"Gue pergi dulu," setelah menepuk, melajulah mesin beroda itu menjauh dari komplek perumahan kalista. Kalista masih diam di tempat merasakan sesuatu yang sering ia rasakan tapi entah apa namanya kalista tidak tau. Yang kalista tau hanya jantungnya yang terlalu berlebihan memompanya.


Tak mau terlalu mikir akhirnya kalista memasuki rumahnya, menyalimi mamanya, menaiki tangga, masuk kedalam kamar, terakhir membersihkan diri sehabis itu kalista akan mengecek ke aplikasi pintar tentang apa yang di rasakan nya akhir-akhir ini.

****

Sorry kalo typo nya banyak
Maapin aja ya>3<

 


Si gadis polos [COMPLETED] ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang