51

959 50 2
                                    


Di perjalanan Kalista terus menempelkan pipinya pada punggung Kavian menahan denyutan yang lumayan menyakitkan.

"Sorry ya gue gak sengaja," Kavian tak tenang di sepanjang dia menyetir. Terus melirik ke belakang atau melihat kaca spion.

"Pulang ke rumah gue aja ya," meskipun tak ada jawaban dari Kalista, Kavian tetap menjalankan motornya menuju arah kediamannya.

Kalista turun secara perlahan di bantu Kavian. Karena terlalu lama jadilah Kavian menggendong Kalista hingga masuk ke dalam rumahnya dan ia turunkan di kursi ruang tamu.

Kavian duduk berhadapan dengan Kalista untuk melihat keadaan pipi Kalista. Kavian terkejut akan warna pipi Kalista yang berubah.

"Sakit?," tanya Kavian lembut di tambah kekhawatiran di dalam nadanya. Mengusap pipi Kalista secara perlahan.

"Gue ambil air anget dulu oke," Kalista hanya mengangguk. Kavian menghembuskan nafasnya perlahan sebelum berdiri.

"Eh ada siapa niiih," teriak Kanaya menghampiri Kalista.

"Astaga, pipi lo kenapa," heboh Kanaya mendekati Kalista dan duduk di sebelahnya.

"Kok warna warni, pake make up?," Kalista menggeleng cepat.

"Terus kenapa,"

"Kena pukul Kavian," jawab Kalista jujur.

"Lo di pukul sama dia," Kalista menggeleng.

"Gak sengaja, tapi sakit,"

"Kenapa gak lo bales aja,"

"Gak ah, kan gak sengaja,"

"Sakit?,"

Kalista mengangguk." Nyut nyutan."

"Awas," Kavian sudah duduk di belakang Kanaya menyimban wadah berisikan air hangat untuk mengompres pipi Kalista.

Kanaya berbalik langsung menoyor kepala Kavian." Lo ngapain puk-- astaghfirullah," kaget Kanaya saat Kavian manatapnya.

"Lo kenapa,"

"Kecemplung got," jawab Kavian sewot." Awas ah," Kavian menyingkirkan Kanaya hingga jatuh ke bawah.

"Lo hebat juga kak, bisa bikin dia bonyok," ujar Kanaya yang lesehan di bawah menepuk paha Kalista.

"Bukan, dia berantem sama adik kelas gue," jawab Kalista di sela sela Kavian mengompresnya.

"Hah gara gara apa," tanya Kanaya antusias.

"Kepo lu," kavian mengipratkan air ke arah Kanaya.

"Kan--," Kavian langsung menutup mulut Kalista agar tidak menceritakan kejadian tadi.

"Udah Jangan di jawab," ucap Kavian melepaskan bekamannya.

Kalista menatap Kanaya yang sedang mengisaratkan apa dengan ekspresi wajah nya.

"Kan tadi ada yang--,"

"Taaaa," Kavian memanggil dengan lembut agar Kalista berhenti berbicara.

"Udah lanjut aja," desak Kanaya penasaran.

"Ada yang mau nganter gue pulang, terus dia marah," cerocos Kalista membuat Kavian memejamkan mata siap menerima hinaan dari Kanaya.

Seketika tawa Kanaya pecah berdiri dari duduknya." Ooh jadi lo cemburu," ujar Kanaya menggoda Kavian dengan menusuk nusuk pipinya.

"Gilaaa Abang gue cemburu," ujarnya sembari berlalu dengan tawa yang masih menggema.

Kalista menatap kepergian Kanaya lalu menatap Kavian yang memasang wajah pasrah.

"Udah gak sakit kok," Kalista menjauhkan tangan Kavian dari wajahnya lalu mengambil alih lap yang tadi digunakan untuk mengompres nya.

"Itu Lo lebih parah," setelah Kalista memeras kain lapnya ia arahkan ke wajah Kavian yang sedikit lebam dan sedikit berdarah.

"Aish pelan pelan taa," ringis Kavian karena Kalista sedikit keras menekan lukannya.

"Ini udah pelan,"

"Mana ada, kenceng banget perasaan,"

"Nih pelan kan," Kalista mengusap lebih lembut dari yang pertama hingga wajah Kavian bersih.

Kavian mengangguk dengan mata yang menatap wajah Kalista dengan tatapan lembut. Tangannya perlahan merangkul pinggang Kalista membuatnya tidak ada lagi jarak di antara mereka.

"Jangan respon dia lagi," pergerakan Kalista berhenti mendengar ucapan Kavian.

"Gue gak suka," lanjutnya menenggelamkan wajahnya di lekuk leher Kalista membuat Kalista semakin tegang.

"Baru sekali kok," jawab Kalista membalas memeluk Kavian.

"Terus lo mau ulang gitu?," Tanya Kavian cepat menatap Kalista.

"Ya kalo dia nanya tinggal jawab," jawab Kalista santai.

"Kan gue bilang jangan respon," marah Kavian lucu masih dengan tangan yang melingkar di pinggang Kalista.

"Tar kalo di kira sombong gimana,"

"Ya bagus lah biar dia gak deketin lo lagi,"

"Kan gak baik," ujar Kalista membuat perdebatan semakin panjang.

"Ya udah sama dia aja sono," Kavian melepaskan tangannya menyenderkan punggungnya pada kursi menyilang kan tangannya di depan dada lalu memejamkan mata.

"Gak mau ah," Kalista memeluk Kavian dari samping. Kavian yang merasakan itu membuka satu matanya melihat Kalista lalu memejamkan kembali.

"Kenapa emang? Dia ganteng, tapi gantengan gue" lanjutnya dalam hati.

"Dia kan adik kelas mana bisa," jawabnya polos.

"Terus kalo dia kakak kelas lo mau?," Kavian melihat Kalista dari samping.

Kalista menggeleng dan lebih mengeratkan pelukannya,"Kaka aja udah cukup,"

Kavian mencoba menahan agar tidak senyum lebar. Namun usahanya sangat sia sia senyumnya terbit sangat indah lalu melihat Kalista dan membalas memeluknya erat.

"Oke, stay with me baby," mata Kavian kembali terpejam memeluk Kalista hangat namun erat.


***

Si gadis polos [COMPLETED] ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang