🜰. married

2.2K 252 13
                                    

𐙚; marriage

ami mengerjapkan matanya berkali-kali saat sinar ultraviolet muncul dari celah tirai jendela. ia kemudian terbangun dengan setengah sadar, dan coba meraba nakas disamping kasurnya.

sedari tadi ia mencoba menggapai ponselnya, namun benda pipih itu tidak berada diatas nakas.

"smartphone gue mana..."

"udah bangun?"

ia tersentak saat mendengar suara laki-laki, bola matanya bergeser melihat ke arah sae yang tengah duduk disofa samping kasur.

"k–kok bisa disini? terus itu kenapa smartphone aku ada dikamu?"

"wajar dong, ini apartemen aku, dan juga calon suami kamu"

ami melengos pelan, ia kemudian turun dari kasur dan menghampiri sae. "kembaliin" ucapnya sembari berusaha menggapai benda pipih itu ditangan sae.

pemuda itu tentu saja tidak langsung mengindahkan permintaan dari ami, ia menjauhkan benda pipih itu dari jangkauan ami.

tentu saja itu membuat sang puan marah, "apasih, siniin gak?!"

"mending kamu mandi dulu, kita mau fitting baju pengantin hari ini"

"secepat itu?"

"baka, pernikahannya tinggal 6 hari lagi nona ami"

benar juga, ia hampir lupa dengan perkataan sae semalam. pemuda itu lalu melenggang pergi dari kamar, dan masih memegang ponsel ami.

"SAE! SMARTPHONE GUE!!!"

~~~

ami berkaca sebentar sembari mengecek kembali penampilannya, gadis itu merasa sedikit déjà vu. ia sedikit teringat saat pertama kali berkencan dengan sae.

gadis itu sontak menggelengkan kepalanya cepat, "lo mikir apa sih mi, dia sekarang cuman cowok egois" monolognya.

pintu kenop terbuka, ami langsung menoleh kebelakang. "kenapa lama banget? aku tunggu dibawah"

tak mau nantinya sae mengeluh lagi, ia kemudian dengan cepat menuju ke parkiran. ia mendapati sae yang tengah memainkan ponselnya.

"sae, please... kembaliin smartphone aku"

"masuk dulu dalam mobil"

sedetik setelah ami masuk, langsung saja sae menancapkan gas mobilnya. ditengah perjalanan atmosfer antara keduanya begitu canggung, dan ami lebih memilih memusatkan perhatiannya pada jalanan dibalik jendela mobil.

"aku mau kamu buang smartphone kamu, nanti aku beliin yang baru"

"gak bisa, didalamnya ada kenangan sama mama"

"yaudah nanti tinggal pindahin aja ke smartphone barunya, gampang kan?"

"kenapa sih emangnya?"

"aku cuman mau kamu gak berhubungan sama kerabat ataupun keluarga kamu, setelah menikah kita pindah ke jerman"

"aku bahkan belum ngurusin passport"

"udah aku urus"

gadis itu hanya menghela panjang, ya sudahlah... dengan begitu juga dia tak perlu peduli dengan sang ayah yang telah menjualnya.

setelah beberapa menit, mobil sae kemudian berhenti pada sebuah butik. langsung saja keduanya masuk, dan disambut oleh para pelayan butik.

lalu si pelayan menuntun keduanya untuk masuk kedalam ruangan khusus yang telah dipesan oleh sae.

"mari nona, masuk ke dalam sini untuk mencoba gaunnya"

"a–ah... okay..."

gaun dengan warna rose gold itu benar-benar sangat cocok dikenakan oleh ami, para pelayan tak berhenti memuji betapa cantiknya ami dengan gaun itu.

"tuan, bukankah nona ami terlihat begitu cantik? gaun itu benar-benar cocok untuknya"

sae hanya memandang ami, tidak... lebih tepat ia juga kagum. dimatanya gadis itu benar-benar terlihat sangat anggun.

"ya... sangat cantik..."

***

tak terasa hari ini merupakan hari pernikahan sae dan ami. gadis itu merasa gugup, namun entah mengapa ia juga merasa sedih.

pernikahan ini tanpa didasari oleh rasa cinta dari keduanya. akankah pernikahan ini akan bertahan lama? lebih baik tak usah dipikirkan, toh memang dasarnya pernikahan ini hanya permainan.

lalu beberapa saat kemudian, ia diantar ke altar oleh sang ayah. ya... walaupun ia sebenarnya tak sudi untuk bertemu bahkan untuk melihat batang hidung sang ayah.

setelah sama-sama mengucapkan janji pernikahan, dihari yang begitu sakral itu ami resmi menjadi istri dari seorang itoshi sae, dan menyandang marga itoshi.

"senyum, jangan sampai bikin tamu undangan curiga" bisik sae.

ami lalu mengangkat kepalanya dan tersenyum, rasa sesak dihatinya semakin bertambah. ia harus menahan itu semua sampai acara selesai.

acaranya telah selesai, ami memutuskan mandi dan setelah itu merebahkan dirinya dikasur. karena permintaan dari mertuanya, ami dan sae akan tidur dikediaman keluarga itoshi. dan esoknya ia dan sae akan terbang ke jerman.

kenop pintu terbuka lalu menampilkan sae dari balik pintu. pemuda itu kemudian ikut merebahkan dirinya dikasur, sontak ami terkejut.

"kok tidur disini?"

"hah? wajar dong sekarang kita suami istri"

plung.

seketika wajah ami memerah, gadis itu kemudian tersadar. tak bisa dipungkiri kini jantungnya berdegup kencang, pikirannya kemana-mana.

"tenang aja, aku gak bakal nyentuh kamu. dan mungkin itu gak akan pernah terjadi"

ami tersadar, pernikahan ini kan hanya sebuah rekayasa. gadis itu lalu kemudian menaruh guling ditengah masur, sebagai sekat antara dia dan sae.

"nah beres, ini teritorial aku dan itu teritorial kamu"

pemuda itu tak terlalu peduli, ia kemudian kembali merebahkan dirinya dikasur. begitupun ami, ia kelihatannya benar-benar lelah dan dalam sedetik ia langsung terlelap.

sae melirik pelan ami—istrinya yang telah tertidur pulas. tangannya terulur mengelus pelan kepala gadis itu.

"maaf..."


↷ ⋯ ♡ᵎ

ꊥꊥ. 𝗠𝗔𝗥𝗥𝗜𝗔𝗚𝗘 ꒱ ☑Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang