🜰. we are

1.8K 224 17
                                    

𐙚; marriage

"HAH? gila kamu, enggak"

"terus sampai kapan kita kayak gini? maksud kamu, aku harus selamanya kebelenggu sama ini semua?"

sae hanya diam ia kembali melanjutkan aktivitasnya, ami yang melihat itu membuat ia jengkel setengah mati.

"kok gak digubris? aku cuman gak enak sama bunda kamu, bunda ngarep aku bisa hamil"

pemuda itu lalu menghentikan kegiatannya, ia tahu betul tentang itu semua sebab ia menguping pembicaraan ami dan sang ibu.

"kita tinggal bilang untuk nunda dulu buat momongan"

"terus, pernikahan ini?" tanya ami mendesak.

sae menghela napas panjang, dan menatap ami dalam-dalam. "bisa gak kita ngomongin itu dulu? akupun gak berniat buat lepasin kamu"

"aku gak mau kalo harus terikat sama kamu, perasaan kamu buat aku udah hilangkan? gak ada alasan buat kamu pertahanin aku lama-lama, aku juga mau bahagia sae" ujar ami pelan.

jika saja gadis itu tahu, bahwa sae masih memiliki rasa untuk dirinya. namun pemuda itu terlalu gengsi untuk mengakuinya, bibirnya kelu dan berakhir keduanya hanya saling diam.

lalu beberapa detik kemudian bel apartemen berbunyi, membuat ami segera menuju pintu apartemen dan membukakannya.

sang tamu tak lain adalah manajer sae, lelaki itu menyapa ami kemudian bertanya. "apa sae-chan ada didalam?"

ami mengangguk pelan dan lalu mempersilahkan kepada manajer sae untuk masuk. setelah itu ia kemudian menuju bar kitchen menyiapkan minuman untuk si manager.

setelah meletakkan minuman tadi ami lalu kembali ke bar kitchen ia dapat mendengar samar pembicaraan antara manager sae dan sae.

"aku baru saja dihubungi oleh staff tim, sepertinya kau harus menginap diasrama untuk berlatih secara instens lagi. mengingat pertandingan selanjutnya tidak lama lagi" ujar managernya.

sae belum menanggapi ujaran dari managernya, ia melirik sebentar ami yang tengah berkutat di bar kitchen. ia memegangi dagunya, entah keputusan apa yang tengah ia pikirkan.

"kapan aku masuk ke asrama lagi?"

"minggu depan, jika kau memikirkan tentang ami ia bisa menjengukmu sekali-sekali"

sae hanya mengangguk paham, ia juga tak masalah karena harus masuk ke asrama lagi. namun ia sedikit khawatir dengan ami, namun ia percaya pada istrinya.

"berapa lama aku disana?"

"hanya 1 bulan"

"KAU SERIUS?!"

suara sae yang naik beberapa oktaf membuat kaget managernya begitupun ami, namun gadis itu memilih untuk tidak mencari tahu sebab kenapa sae bertingkah seperti itu.

managernya hanya gelagatan, karena ia baru melihat sae yang menaikkan suaranya seperti itu.

"tenanglah sae, itu bukan waktu yang lama"

sae hanya mendengus kasar, ia melemparkan dirinya ke sofa dan memijit pelipisnya pelan. bagaimana ia bisa tahan waktu sebulan tanpa melihat ami setiap harinya? walaupun managernya mengatakan bahwa ami bisa menjenguknya, bagaimana jika istrinya malah enggan?

"aku bisa gila"

***

ami menatap kepergian sae, ia enggan bergerak dari tempatnya sebelum mobil yang ditumpangi sae menghilang dari pandangannya.

"semoga berhasil sae-kun..." ucapnya pelan.

tangannya lalu merogoh kantung baju, mengambil benda pipih yang ia simpan. ia menatap layar ponselnya dan menekan satu nama.

"ami! bagaimana kabarmu sayang?"

ami tersenyum pelan mendengar suara dari seberang sana, mulutnya terbuka mengatakan sesuatu.

"ami baik-baik aja bunda, barusan nganter sae yang pergi ke asramanya"

"ah begitu rupanya, lalu bagaimana pil yang bunda kasih. kamu rutin kan minumnya?"

pergerakan ami terhenti saat ia ingin membuka pintu apartemen, ia terlihat terdiam sejenak. bibirnya kelu seketika ia tak tahu ingin menjawab seperti apa.

"ami?"

"a-ah itu... karena sae bilang mau nunda dulu buat momongan jadi aku gak minum dulu pilnya"

"begitu ya... yaudah tidak apa-apa toh kalian masih muda juga. mungkin saja sae ingin lebih banyak waktu berdua denganmu"

"sepertinya begitu, kalau gitu udah dulu ya bunda. ami mau mandi dulu hehe"

"baiklah, jaga kesehatan terus ya sayang"

tut.

telepon dimatikan sepihak oleh ibu sae, ami kemudian menuju kamarnya ia kemudian menuju kamar mandi untuk membersihkan diri dari peluh keringat.

dilain tempat sae berlatih sendirian dilapangan bola yang luas, namun pikirannya terus saja memikirkan keadaan ami.

"gak biasanya lo latihan sendiri tanpa ngajak gue"

sae menoleh kesumber suara, ia hanya menatap datar patner mainnya itu. shidou hanya terkekeh pelan dan menangkap bola yang ditendang oleh sae.

"kenapa? kangen bini lo ya?"

"gak usah sok tahu"

"oh ya? siapa kalo lagi break latihan suka senyum-senyum sendiri natepin kotak bekal kayak orang gila"

"sialan lo"

terdengar gelakan tawa yang keras dari shidou, perutnya benar-benar geli mengetahui bahwa sae yang terlihat begitu dingin ternyata sangat 'bucin' dengan ami.

sae menatap beberapa vitamin yang disediakan oleh ami sebelum ia pergi, ia juga menatap kopernya semua lipatan bajunya terlihat begitu rapi.

ini baru sehari ia berada di asrama namun pemuda itu benar-benar merindukan ami. ia ingin memakan masakan ami, ia ingin pulang ke apartemen.

"hoi, ayok makan" ajak shidou.

"gak nafsu gue"

"kangen ya kangen aja, makan tuh perlu. lo mau koid? ntar si ami jadi janda gimana?"

"gak usah lebay, gak makan semalem gak bikin gue mati"

"iya deh, mau jajan ramen diluar gak?"

sae mempertimbangkan tawaran shidou, ia pun lama tidak menyantapi makanan tersebut. ia tersenyum pelan setelah itu, membuat shidou bergidik ngeri.

"nape lo?"

"keinget ami"

"BUCIN, ANJING"


↷ ⋯ ♡ᵎ

ꊥꊥ. 𝗠𝗔𝗥𝗥𝗜𝗔𝗚𝗘 ꒱ ☑Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang