🜰. needed

1.4K 196 10
                                    

𐙚; marriage

jam sudah menunjukkan pukul 15.00 ami sedari tadi bergerak gusar dikasurnya. ia benar-benar bosan, karena kejadian kemarin sae menyuruhnya untuk istirahat.

"AAA MAU IKUT SAE AJA, BOSEENNN"

ia terkesiap saat pintu apartemen terbuka, ia kemudian langsung saja keluar dari kamarnya. sae lalu menghampirinya.

"aku lapar..."

"terus?"

pemuda itu hanya menghela pelan, ia malas hanya untuk sekedar berbicara sekata saja. dan akhirnya ia berlalu begitu saja menuju pintu kamarnya.

"aku malas masak, aku pengen makan ramen!"

"yaudah makan aja, aku mau mesen makanan dulu"

"sekalian sama ramen aku?"

"beli sendiri sana"

ami menghentakkan kakinya kesal, ia harusnya sadar untuk apa juga berharap kepada sae. pemuda itu kemudian memberikan beberapa lembar uang kepadanya.

"ikutin aja maps, ada kedai ramen deket dari apartemen"

"gak mau! aku maunya kamu yang beliin"

"malas, sekalian gak usah makan"

terbesit rencana licik dipikiran ami, ia kemudian terduduk lemas disofa sambil memegang pelipis kepalanya.

"kamu tega? aku masih lemas gini masa pergi beli sendiri"

sae menghela panjang, "yaudah tunggu"

ami bersorak dalam hati, entah kenapa gadis itu sedikit teringat pada masa ia masih berpacaran dengan sae. pemuda itu selalu menuruti kemauannya.

namun tak lama kemudian, senyum mulai pudar ia tersadar bahwa keadaannyaa tak sama seperti dulu. ia dan sae kini menikah bukan atas kemauan mereka berdua melainkan karena sebuh kesepakatan.

jujur saja mulutnya saja yang berkata ia membenci pemuda itu, namun dalam hatinya ia masih memiliki rasa pada sae. kendati demikian, apa yang ingin ia harapkan?

***

"sae, aku ikut kamu latihan ya?"

"aku gak latihan hari ini"

seketika bahu ami merosot, ia kembali terduduk lemas disofa sembari mencari remote tv. lagi, ia harus duduk diam seperti orang gila diapartemen.

"ngapain selonjoran?"

"kan kamu gak latihan, berarti gak bakalan kemana-mana kan?"

"ayok keluar"

"kemana?"

"ikut aja"

ami mengerucutkan bibirnya kesal, ia menyesal telah menyetujui ajakan sae. bayangnya sae akan mengajaknya keluar untuk berkeliling diibu kota, nyatanya ia harus menemani suaminya itu membeli sepatu baru.

ia hanya duduk menunggu, memangku dagunya karena bosan. sembari menyeruput milkshake miliknya, ia hanya bisa mengamati sekitarnya. sampai satu subjek mengalihkan atensinya.

seorang anak kecil terjatuh didepannya, dengan sigap ia membantu anak kecil itu berdiri. ia menyeka pakaian anak kecil itu guna menghilangkan kotoran yang menempel dipakaiannya.

"are you okay?"

"ich suche meine mutter"
[aku sedang mencari ibuku]

-trims google translate

ami yang tidak mengerti ucapan anak kecil itu membuatnya bingung, ditambah anak kecil itu langsung menangis membuat ia kalang kabut.

lalu tiba-tiba sae datang dan menggendong anak kecil tersebut. "ich helfe dir, deine mutter zu finden"
[akan kubantu kamu mencari ibumu]

seketika anak kecil itu berhenti menangis, ia kemudian menatap lamat-lamat sae "wirklich?"
[benarkah]

sae tersenyum lembut sambil mengangguk pelan, ia lalu mengacak pelan rambut anak kecil tersebut.

"kamu nunggu disini, aku anterin anak ini kepusat pengumuman"

ami hanya mengangguk patuh, ia kemudian menatap kepergian sae dengan anak kecil itu. ia terkekeh pelan, karena sae terlihat seperti seorang ayah.

beberapa menit setelah itu, sae kemudian kembali. ia kembali kedalam toko sepatu, dan kemudian kembali lagi ke tempat ami.

"udah dapet sepatunya, ayok pulang"

"s–sae! aku mau keliling..."

terdengar helaan kecil dari pemuda itu, "yaudah 30 menit"

wajah ami langsung sumringah, gadis itu berjalan dengan ria. sae yang melihat itupun hanya tersenyum pelan, ia kemudian menyamai langkah-langkahnya dengan ami.

dan tanpa aba-aba pemuda itu menggapai tangan ami, "deket-deket sini"

"takut aku hilang ya?"

"iya, nanti malah repot jadinya"

~~~

setelah 30 menit berkeliling, keduanya kembali ke apartemen. ami nampak senang ia kemudian masuk ke kamarnya selang beberapa menit ia keluar lalu menuju bar kitchen.

"mood aku lagi bagus nih, kamu mau request dimasakin apa sae?" tanya ami sambil tersenyum lebar.

sae menatap datar ami, "aku mau dimasakin omurice" dan kemudian pemuda itu masuk ke kamarnya.

ami langsung saja memulai kegiatan memasaknya, sambil ditemani iringan kecil dari suaranya. sae hanya mampu melihat dari jauh, ada rasa ingin membantu istrinya memasak, namun keinginannya itu dikalahkan oleh gengsinya yang terlalu besar.

"JENG! JENG! MASAKANNYA DAH JADI"

gadis itu meletakkan piring yang ia bawa diatas meja, terlihat sae menatap aneh penampilan makanannya.

"maksudnya apa pake nama gini? kek bocah aja"

"IH! AKU NULISNYAA PAKE EFFORT YA!" rajuk ami.

"yaudah deh, makasih atas makanannya. itadakimasu~"

ami kini tengah berbaring dikasurnya, sembari melihat beberapa potretnya saat berkeliling tadi. ia tersenyum pelan, dan entah kenapa ia jadi teringat akan pil yang pernah mertuanya berikan.

ia lalu membuka laci nakasnya, kemudian menatap kotak pil tersebut.

"hmm... boleh gak sih nikah pura-pura ini jadi kehidupan pernikahan yang serius" monolognya.

ia sadar betul itu adalah hal yang mustahil, tapi ia tak bisa begini terus. haruskah ia membuat perjanjian dengan sae? ia juga ingin terlepas dari belenggu pernikahan palsu ini.




↷ ⋯ ♡ᵎ

ꊥꊥ. 𝗠𝗔𝗥𝗥𝗜𝗔𝗚𝗘 ꒱ ☑Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang