Ketiga

125 21 21
                                    

.
.
.

Oke sebelum lanjut baca aku mau jelasin dulu takut bingung. Cerita ini punya alur mundur ya. Jadi chap 1 dan pertengahan chap 2 itu masa kini, nah untuk chap selanjutnya bakal ceritain hubungan Bintan dan Langit pas masih anak-anak.
.
.
.


Hari ini Bintang sangat kesal karena mamahnya terlambat membuatkan dirinya sarapan, padahal mamah tau hari ini dirinya ada ulangan.

"Kenapa anak papah cemberut pagi-pagi hem?" Tanya papah sembari mengelus lembut kepala Bintang

"Bintang kesal, hari ini mamah telat bikin sarapan kan hari ini Bintang ada ulangan pah.." Rengek Bintang

"Eh kok masih pagi udah main kesal aja, maafin mamah ya sayang. Mamah kan lagi jagain kak Langit. Kasian kak Langit kan lagi demam sayang."

Papah sehalus mungkin memberi pengertian pada Bintang agar tak ada benih cemburu dihati Bintang.

"Tapi kan Bintang harus sarapan sebelum ulangan. Kalau Bintang ga bisa jawab soal ulangannya gimana?" Kesal Bintang

"Kan ini mamah udah bikinin sarapannya, sekarang Bintang habiskan ya. Papah antar ke sekolah ya."

Pagi ini Langit tiba-tiba demam dan mamah telat membuatkan sarapan untuk mereka. Setelah membuatkan sarapan mamah tidak menghampiri Bintang yang sudah berada di meja makan. Mamah langsung bergegas ke kamar Langit setelah sarapan telah siap semua. Bahkan Bintang harus mengambil nasi goreng itu langsung dari wajan yang masih berada diatas kompor.

Setidaknya hari ini papah ada di rumah jadi Bintang tidak benar-benar merasa diabaikan, itulah yang Bintang rasakan. Entah mengapa setiap kali melihat mamah bersama Langit, Bintang merasa ada gelayar aneh didalam dadanya yang membuat mood dia rusak. Seperti pagi ini, mood Bintang langsung down ketika melihat mamah dengan lembut mengelus surai Langit.

Bahkan di sekolah mood Bintang belum juga membaik, biasanya setiap pelajaran olahraga adalah pelajaran yang sangat Bintang sukai tapi kali ini dia sangat tidak bersemangat.

"Bintang kenapa kok kayak lemes banget ga sarapan ya kamu?" Tanya teman sekelasnya

"Aku ga apa-apa kok, cuma lagi sebel aja." Jawab Bintang dengan cemberut

"Loh sebel kenapa?" Tanya teman-temannya penasaran

"Ga tau kenapa tapi sebel aja"

"Ih Bintang sih aneh, masa sebel tapi ga tau alasannya."

"Emangnya kalau sebel harus ada alasannya ya?" Tanya Bintang

"Ya iya dong masa kaya gitu aja ga tau sih"

Ingin sekali Bintang bertanya pada temannya alasan orang sebal itu apa tapi Pak Gandi sudah memanggil mereka untuk kembali ke kelas karena pelajaran olahraga telah usai.

.
.
.

Sepertinya Langit sudah sembuh karena sekarang Langit terlihat tengah menggambar di halaman belakang sembari menghabiskan puding coklat buatan mamah.

"Itan sini, kak Ait gambar Itan tau"

Mendengar panggilan Langit membuat Bintang langsung berlari dan mendekat pada kakaknya. Sejujurnya gambar Langit sangat bagus, bahkan gambar guru keseniannya masih kalah bagus dengan gambar milik Langit. Bintang heran kenapa kakaknya itu tidak ke sekolah yang sama dengannya padahal kan kak Bumi yang seumuran dengan kak Langit sekolahnya sama dengannya, kenapa Langit berbeda.

"Itan gambar kak Ait bagus ga?" Tanya Langit sembari memiringkan kepala dan menatap polos pada Bintang.

"Gambar kak Langit selalu bagus" Puji Bintang

SemestaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang