Kelima

91 17 1
                                    

Hari ini cukup spesial bagi Samudra karena seharian ini kedua orang tuanya ada di rumah dan dia juga baru saja menemukan teman baru bahkan 3 sekaligus.

Oh ya ngomong-ngomong tentang teman baru, ada perasaan yang mengganjal yang sejak tadi ingin ia tanyakan kepada kedua orang tuanya. Namun ada keraguan dalam hatinya untuk menanyakan hal itu, entah mengapa rasanya sangat aneh disatu sisi ia ingin bertanya tapi disisi lain dia takut.

"Kok anak Papih ngelamun gitu, kenapa hem?" Tanya Rahardian aka Ardi

"Papih, Sam mau tanya tapi jangan marahi Sam ya.." Cicit Samudra

"Sam?"

"Iya pih, Sam. Tadi kata Bumi dipanggil Sam aja biar gampang." Jelas Samudra

"Oke, sekarang anak ganteng Papih ini mau tanya apa?"

"Papih kenapa Langit berbeda?" Ucapnya pelan

Ardi langsung mematung, Ayuna yang baru saja bergabung pun hanya mampu menatap sendu suaminya.

"Papih marah ya sama Sam?" Tanya Samudra karena Papihnya tidak kunjung memberi dia jawaban.

"Papih ga marah sayang. Papih mau jelasin tapi Samudra janji jangan tanyakan ini lagi ya. Anak papih itu pintar jadi Papih yakin pasti kamu akan tau jawabannya sendiri. Mengerti?"

Samudra langsung mengangguk mantap mendengar penjelasan sang Papih.

.
.
.

Lampu kamarnya sudah dimatikan namun rasa kantuk itu belum juga menghampirinya.

Penjelasan kedua orang tuanya tentang sahabat barunya itu masih sulit dimengerti olehnya.

Langit itu istimewa, dia sangat spesial. Jangan anggap Langit berbeda, anggaplah Langit sebagai harta yang tak ternilai yang harus selalu dijaga dan dirawat.

Jujur dia masih bingung dengan kalimat itu tapi dia mencoba untuk memahami dan bersabar seperti kata Papihnya kalau suatu saat dia pasti akan paham seutuhnya.

Tik
Tik

Diliriknya jam weker yang berada di nakas, matanya langsung melotot saat jarum jam telah menunjukkan pukul 01.00 dini hari. Ya Tuhan selama itukah dirinya melamun, dia harus segera tidur agar tidak terlambat untuk hari pertamanya ke sekolah.

.
.
.

Sore ini Cluster Gold tepatnya di Gang Cempaka,  semua orang tengah sibuk mencari keberadaan anak kecil yang sudah hampir 2 jam ini menghilang.

"Mah, Langit belum ketemu juga?" Tanya Angga yang baru saja pulang dari sekolah.

"Iya, kamu ganti baju dan makan dulu terus jagain Bintang ya. Mamah mau bantu cari Langit."

"Iya mah, Bintangnya mana mah?"

"Bintang di kamar Gala lagi tidur, dari tadi nangis terus"

"Tante Mika marahin Bintang lagi mah?"

Windi hanya menggangguk menjawab pertanyaan anaknya. Semua sudah tau Bintang lah yang menjadi sasaran Mika jika terjadi sesuatu pada Langit, sama seperti ini.

Beberapa jam yang lalu sesuai pulang sekolah Bintang pamit untuk ke lapangan bermain bola dengan teman-temannya. Selang beberapa menit Mika terkejut ketika melihat pintu kamar Langit terbuka dan Langit tidak ada di kamarnya.

Mika tentu panik, yang ada dipikirannya hanya ada satu, Bintang mengajak Langit keluar rumah. Akhirnya Mika menyusul Bintang ke lapangan dan alangkah terkejutnya dia saat mengetahui Langit tidak ada di lapangan bersama Bintang.

Saat itu Mika langsung membentak Bintang untuk pulang. Windi yang melihat Mika tengah sedikit menyeret Bintang langsung menghampiri dan menanyakan yang terjadi. Setelah mengetahui semuanya Windi langsung mengambil alih Bintang dan menyuruh Mika untuk fokus mencari Langit.

SemestaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang