Sebuah café yang sedang ramai dengan pengunjung, adalah tempat yang menjadi tujuan Betari untuk bertemu dengan seseorang yang kemungkinan akan menjadi calon suaminya nanti. Karena beberapa hari yang lalu Ibunya telah menerima perjodohan dirinya dengan seorang pemuda dari keluarga kaya, tanpa meminta pendapatnya terlebih dahulu dengan alasan mereka telah dijodohkan sejak lama.
Meski awalnya Ibu Sari yang tak lain adalah Ibu kandung dari Betari sendiri juga merasa terkejut dengan perjodohan yang telah diatur untuk putri semata wayangnya itu. Karena hanya almarhum suaminyalah yang mengetahui rencana tersebut dari pendahulu mereka, dan merupakan orang yang telah membuat gagasan perjodohan itu.
Apalagi malam itu Betari tidak sempat bertemu dengan keluarga calon suaminya karena adanya suatu insiden yang tidak mungkin bisa Betari ceritakan kepada orang lain. Malam di mana dia harus kehilangan sesuatu yang paling berharga dalam dirinya di tangan orang asing yang sama sekali tidak Betari kenal.
Betari mengedarkan pandangannya ke segala penjuru café. Sebelum kemudian netranya menangkap sesosok pria yang sedang duduk di sudut ruangan seorang diri. Betari bisa mengenali sosok tersebut dari foto yang sempat diperlihatkan oleh Ibunya sehari yang lalu.
“Kemeja biru kotak-kotak, mungkin itu dia,” gumam Betari sebelum mendekat ke arah meja pria tersebut.
“Mas Dewa?” tanya Betari memastikan bahwa ia tidak salah mengenali orang.
Pria yang dipanggil Betari dengan sebutan ‘Mas Dewa’ tadi perlahan mengangkat wajahnya dari benda pipih yang ada di tangan, setelah mendengar ada suara lembut yang telah memanggil namanya. Pria itu terpaku beberapa saat, ketika melihat seorang gadis tengah berdiri di depannya dengan penampilan yang terlihat cukup sederhana. Bahkan tidak ada polesan make up berlebihan di wajah gadis itu.
“Mas Dewa …!” panggil Betari sekali lagi karena pria itu masih belum merespon panggilannya.
“Oh iya maaf, Betari ya?” tanya balik pria itu yang membuat Betari langsung bisa bernapas lega, karena akhirnya pria itu menjawab panggilan darinya dan itu berarti Betari tidak salah mengenali orang.
Betari hanya mengangguk sambil tersenyum sebagai jawaban.
“Silahkan duduk!” ucap Dewa setelah berhasil menguasai diri dari rasa gugupnya.“Mau pesan apa?” tawar Dewa saat Betari sudah duduk di atas kursi yang berada di hadapannya.
“Cukup jus mangga saja karena tadi saya sudah makan,” jawab Betari dengan sedikit canggung.
“Oke, sebentar ya.”
Dewa langsung mengangkat sebelah tangannya untuk memanggil pelayan café. Setelah pelayan café mendekat dan dia mengatakan pesanannya. Dewa dan Betari pun melanjutkan kembali pembicaraan mereka yang sempat tertunda sembari menunggu pesanan mereka datang.
“Jadi apa yang membuat kamu menerima perjodohan ini?” tanya Dewa membuka obrolan.
Langsung pada inti masalahnya karena memang untuk itulah mereka bertemu di café ini.
Ehem-
Betari berdehem sejenak untuk menormalkan degup jantungnya sebelum ia menjawab pertanyaan dari pria di hadapannya sekarang.
“Sebelum saya menjawab pertanyaan dari Mas, bolehkah saya bertanya lebih dulu?” tanya Betari dengan begitu sopan.
“Tentu saja katakanlah.” Dewa menatap gadis yang ada di hadapannya dengan seksama, siap mendengarkan apa saja yang akan Betari katakan kepadanya.
“Seperti halnya pertanyaan Mas tadi, saya juga ingin tahu apa yang membuat Mas Dewa mau dijodohkan dengan saya? Karena jika dilihat dari latar belakang dan prestasi Mas Dewa selama ini. Mas Dewa bisa mendapatkan wanita yang lebih dari saya. Atau mungkin wanita yang sesuai dengan kriteria yang Mas inginkan. Maaf jika pertanyaan dari saya ini termasuk lancang.”
Betari hanya ingin terus terang agar tidak ada kesalahpahaman di kemudian hari. Apalagi pernikahan bukanlah hal yang main-main untuk dilakukan. Betari hanya ingin dia menikah hanya satu kali seumur hidupnya.
“Tidak apa-apa aku mengerti dengan rasa penasaranmu itu, karena aku juga merasakan hal yang sama. Jika kamu bertanya alasan apa yang mendasari aku mau menerima perjodohan ini adalah Mama dan Papa. Lebih tepatnya baktiku terhadap orang tua.”
Dewa menjeda kalimatnya sejenak untuk menghirup napas panjang lalu mengembuskannya secara perlahan sebelum kembali melanjutkan ucapannya.
“Tapi aku tidak akan pernah memaksamu untuk menerima perjodohan ini jika memang kau merasa keberatan. Kamu berhak menolak jika kamu tidak menyukainya. Percayalah perjodohan ini tidak akan pernah mengikatmu meski kita sudah menjadi suami istri nanti. Aku adalah lelaki modern yang berpikiran terbuka dan kita akan menjalani hubungan ini dengan kenyamanan kita masing-masing,” sambung pria yang biasa dipanggil Dewa tersebut.
Jawaban yang diberikan oleh lelaki di hadapannya sekarang membuat hati Betari semakin bimbang. Bingung harus bagaimana dia berterus terang kepada lelaki baik ini. Tetapi Betari harus mengatakannya demi kebaikan mereka di kemudian hari.
“Sebenarnya saya juga tidak keberatan dengan perjodohan ini, karena saya yakin pilihan Ibu saya adalah yang terbaik. Tapi masalahnya di sini adalah diri saya sendiri. Saya akan membuat pengakuan kepada Mas Dewa tentang bagaimana diri saya yang sebenarnya, agar tidak ada yang merasa dirugikan di kemudian hari. Setelah Mas Dewa mengetahui hal ini saya menyerahkan semua keputusan kepada Mas Dewa. Saya pasrah!”
Melihat keseriusan di wajah gadis yang sudah dijodohkan dengannya sekarang membuat Dewa mengangkat sebelah alisnya penasaran, sekaligus tidak sabar ingin segera mendengarkan apa yang akan Betari katakan kepadanya.
“Katakanlah!”
“Sebenarnya-“
Betari tampak menjeda ucapannya. Mencoba mengambil napas dalam dan mengembuskannya secara perlahan.
“Sebenarnya saya sudah tidak perawan. Saya sudah ternoda. Saya bukan lagi gadis suci seperti yang Mas Dewa harapkan.”
Pengakuan yang keluar dari bibir Betari membuat Dewa menegang, menghentikan aliran darah yang mengalir di setiap sendi tubuhnya. Meski karena sebuah perjodohan, Dewa sudah menggantungkan sebuah harapan besar pada hubungannya dengan Betari nanti. Dewa merasa kerongkongannya tercekat tak bisa berkata apa-apa. Sehingga membuatnya hanya diam membisu membiarkan Betari menyelesaikan pengakuannya.
“Setelah mengetahui fakta ini saya menyerahkan keputusan sepenuhnya di tangan Mas Dewa. Mau melanjutkan perjodohan ini atau tidak. Karena itu adalah hak mutlak Mas Dewa untuk bisa mendapatkan pasangan yang lebih baik dari saya.”
Dewa tampak memejamkan kedua matanya sesaat sebelum membalas perkataan wanita di hadapannya.
“Betari, seandainya saja kau tahu bukan aku lelaki yang seharusnya menikah denganmu. Tapi aku tetap tidak akan mundur demi cintaku terhadap Mama yang sudah berkorban banyak untuk membesarkan aku.” Dewangga membatin.
“Apa yang membuatmu bisa seterus terang ini kepadaku?” tanya Dewa setelah membenahi posisi duduknya agar lebih tegak. Sekaligus menghalau hatinya yang semakin berkecamuk.
“Karena saya tidak ingin memulai sebuah hubungan dengan suatu kebohongan. Mas Dewa berhak mendapatkan istri yang lebih baik dari saya,” jawab Betari sembari menatap kedua mata Dewa.
“Aku hargai kejujuranmu Betari. Karena aku tahu tidak ada manusia yang sempurna di dunia ini. Apa pun keputusan yang akan aku ambil, kau akan tahu sendiri nanti.”
Meskipun Betari belum bisa meraba keputusan apa yang akan diambil oleh pria yang ada di hadapannya sekarang. Tetapi Betari merasa lega karena sudah bisa berkata jujur tentang keadaannya saat ini. Berbeda dengan Dewa yang pikirannya semakin berkecamuk setelah mendengar kejujuran dari Betari tadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bukan Anak Suamiku (Lanjut Di Good Dreamer)
RomanceKetika Betari Jatayu harus terjebak dalam permainan dua saudara yang memiliki karakter saling bertolak belakang. Dia harus rela dijodohkan dengan saudara dari pria yang telah merenggut kesuciannya. Samudera Alam Perkasa adalah pria yang telah mengam...