Pernikahan mendadak

28 2 0
                                    

Suara sirine mobil ambulans semakin mendekat ke rumah sakit yang berada di pusat kota. Kedatangan pasien sudah disambut oleh para tenaga medis dan segera dimasukkan ke dalam ruang perawatan agar bisa segera dilakukan tindakan. Dewa dan Maria berdiri cemas di depan pintu dengan doa yang tidak pernah luput dari bibir mereka.

Selang satu jam kemudian seorang pria berpakaian khas dokter keluar dari ruangan sesaat setelah pintu terbuka. Kedatangannya langsung disongsong oleh Dewa dan Maria yang ingin segera mengetahui keadaan orang tersayang mereka.

"Bagaimana keadaan Papa saya, Dok?" tanya Dewa dengan raut cemas yang tidak bisa ia sembunyikan dari wajahnya.

"Bagaimana keadaan suami saya, Dok?" Maria pun tak kalah khawatirnya dengan keadaan suaminya.

"Keadaan Pak Guntur masih sangat lemah. Serangan jantungnya memang tergolong ringan tapi tekanan darah tinggi Pak Guntur yang melebihi batas normal juga harus diwaspadai. Setelah kondisinya cukup stabil nanti, kami akan memindahkan beliau di kamar perawatan, tapi untuk sementara kami akan menempatkan beliau di kamar ICU agar kami bisa memantau keadaannya," jelas dokter.

Maria langsung menangis setelah mendengar penjelasan dari dokter. Dewa berusaha keras untuk menenangkannya, mengajak wanita itu untuk duduk di sederet kursi tunggu yang berada di depan ruangan.

"Mama yang tenang ya, Papa pasti baik-baik saja," ucap Dewa dengan penuh kelembutan.

"Kenapa ini terjadi kepada keluarga kita? Mama tidak menyangka dampaknya akan sebesar ini."

Suara tangisan Maria membuat hati Dewa sakit dan begitu tidak berdaya, dia sungguh lemah melihat wanita yang begitu ia cintai di dunia ini meneteskan air mata. Dewa sanggup menerima kesakitan apapun di dunia ini asalkan jangan tangisan Mamanya.

"Tidak akan ada sesuatu yang terjadi dengan keluarga kita, Mama."

"Tapi keluarga kita sudah hancur, Samudra sudah pergi meninggalkan Mama. Dan sekarang Papa harus terbaring di rumah sakit, mereka berdua sama-sama keras kepala, Mama tidak yakin ada yang mau mengalah di antara mereka berdua."

"Dewa janji akan membuat keluarga kita utuh lagi, Ma."

Maria mengangkat wajahnya, melihat ke arah putra sulungnya dengan penuh permohonan. "Dewa kau bisa membantu Mama 'kan, Nak? Kau tidak akan membuat Mama kecewa 'kan, Nak?"

"Tentu saja Ma, selagi Dewa bisa apapun akan Dewa berikan untuk Mama. Bahkan nyawa Dewa sekalipun."

"Gantikan Samudra untuk menikahi gadis itu!"

"Mama?"

"Tolong Sayang, hanya kamu yang bisa membujuk Papamu. Nikahi Betari agar Samudra mau kembali ke rumah ini lagi. Mama tidak bisa kalau harus berpisah lama dengan Samudra." Maria kembali menggunakan air matanya sebagai senjata untuk meluluhkan Dewa.

"Mama jangan menangis lagi, Ma. Dewa janji akan menikahi Betari seperti keinginan Mama tadi," janji Dewa kepada wanita yang sangat dicintainya melebihi apapun di dunia ini.

"Bagiamana kalau Papamu tidak setuju dan tetap keukeh agar Samudra yang harus menikah dengan Betari?"

"Dewa akan membujuk Papa sampai Papa setuju, Ma."

"Kamu memang anak Mama yang paling baik."

Maria berhambur ke dalam pelukan putranya, tapi dibalik itu dia tersenyum puas karena rencananya telah berhasil. Akhirnya apa yang ia inginkan tercapai juga, yaitu membuat Dewa menggantikan posisi Samudra agar mau menikahi Betari.

***

Seperti biasa Betari sedang melakukan pekerjaannya di café yang sudah tiga tahun ini menjadi ladang untuknya mencari nafkah. Betari sedang sibuk mengelap meja sebelum jam buka tiba dengan pikiran yang sedang melayang entah ke mana. Sebelum kedatangan Firda mengagetkan dirinya hingga mampu membuyarkan lamunannya.

Bukan Anak Suamiku (Lanjut Di Good Dreamer)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang