Pria asing

77 3 0
                                    

Suatu hari sebelum pertemuan Betari dan Dewa berlangsung di café.

(Hari ini pulang cepat ya Nak. Ada tamu penting yang akan datang ke rumah)

Begitulah bunyi sms yang baru Betari terima dari Ibunya. Belum sempat ia mengirim balasan pesan kepada Ibunya, suara sang bos sudah menginterupsi agar ia segera membantu melayani para tamu yang semakin membludak karena jam makan siang telah tiba. Mengabaikan sms dari Ibunya tadi, Betari langsung menyimpan ponsel miliknya ke dalam loker karyawan dan mulai kembali bekerja.

"Betari, bantu aku mengantarkan pesanan ke meja nomor 23!" seru salah seorang senior Betari setelah gadis cantik itu muncul dari balik pintu loker.

"Baik Kak."

Tanpa disuruh dua kali Betari langsung mengerjakan apa yang telah diperintahkan kepadanya.

Tak terasa waktu telah berlalu dengan begitu cepat. Café tempat Betari kerja memang selalu ramai dengan pengunjung. Pada siang hari café itu akan banyak diserbu oleh para pekerja kantoran sebagai tempat makan siang mereka. Sedangkan malam harinya, café akan kembali penuh karena menjadi tempat tongkrongan para anak muda.

Tak jarang Betari dan teman seprofesinya mendapat perintah lembur dadakan dari manager café tempat dia bekerja. Seperti malam ini, Betari harus rela menambah jam kerjanya karena semakin malam pengunjung café semakin banyak berdatangan. Apalagi malam hari ini ada salah seorang pengunjung sedang merayakan ulang tahun.

"Capek banget ya Tar, semakin malam tamunya makin banyak berdatangan!"

Firda, sahabat seperjuangan Betari sebagai pelayan café, tiba-tiba muncul dengan wajah yang terlihat begitu lelah.

"Disyukuri saja, bahkan di luar sana masih banyak pengangguran yang sedang bingung mencari kerja. Sudah ayo bekerja lagi, nanti kita dimarahi bos!"

Betari langsung meninggalkan sahabatnya yang sedang merengek lelah, karena ingin segera menyelesaikan kewajibannya.

Betari memang selalu terlihat rajin ketika bekerja, dan itu juga diakui oleh para karyawan yang lain.

"Betari memang hebat, bahkan semangatnya tidak pernah luntur, meski harus menerima perintah lembur seperti saat ini. Ayo semangat Firda, kau juga pasti bisa seperti Betari!"

Setelah menyemangati dirinya sendiri, akhirnya Firda mendapat kekuatan baru, kemudian menyusul Betari untuk melanjutkan sisa pekerjaannya.

Acara yang dipenuhi dengan kawula muda itu membuat Betari terpaksa harus pulang terlambat dan melupakan pesan dari Ibunya. Bahkan ia sama sekali belum melihat kembali ponsel miliknya sejak selesai makan siang tadi. Karena masih tersimpan di dalam loker, Betari tidak mengetahui jika ada begitu banyak pesan dan juga puluhan kali panggilan tak terjawab dari Ibunya.

"Tari setelah membersihkan meja ini kau sudah boleh pulang. Bilang juga ke temanmu yang lain ya!" ujar manager café.

"Baik Pak terima kasih."

Betari dengan penuh semangat menyelesaikan pekerjaannya karena ia ingin segera pulang. Apalagi setelah ia teringat kembali dengan pesan Ibunya tadi, yang menyuruhnya untuk segera pulang karena mereka akan kedatangan tamu penting. Tetapi Betari sama sekali tidak bisa menebak siapa tamu penting yang dimaksud oleh Ibunya tadi.

"Kira-kira siapa ya, tamu yang akan datang ke rumah nanti, sampai Ibu mengatakan kalau itu adalah tamu penting? Apa aku mengenalnya?" gumam Betari dengan gerakan tangan yang tidak berhenti mengelap meja.

Lima belas menit berlalu, Betari sudah menyelesaikan pekerjaan terakhirnya dengan baik. Kini ia sudah bersiap untuk pulang. Tetapi sebelum itu ia harus mengganti seragamnya dulu di dalam loker.

Bukan Anak Suamiku (Lanjut Di Good Dreamer)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang