bride -10

167 25 6
                                    

Jungwon siap diantara barisan pengawal Chaehyun, pria itu mengikuti saran dengan berpakaian selayaknya pengawal, ikut dalam rombongan Chaehyun

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jungwon siap diantara barisan pengawal Chaehyun, pria itu mengikuti saran dengan berpakaian selayaknya pengawal, ikut dalam rombongan Chaehyun. Satu-satunya orang yang bisa membawanya masuk ketempat upacara tanpa harus susah-susah menyusup. Jake dan Gaeul dapat membaur dengan kaumnya. Katanya upacara ini akan disaksikan oleh seluruh penduduk negeri. Dilaksanakan di tempat suci.

Dia akan ikut masuk sebagai pengawal pribadi Chaehyun, sementara sisanya akan tinggal di luar. Kini dirinya berdiri beberapa langkah didepan gadis itu, disampingnya Hikaru mempertahankan postur tegapnya.

Dalam hatinya tertawa sarkas, bagaimana ada orang yang begitu bangga menikahi kekasih orang lain hingga mengundang seluruh penduduk negeri. Maka jawabannya adalah Sunghoon. Ketika para bangsawan diperbolehkan untuk duduk, Jungwon menempatkan dirinya, berbaris rapi selayaknya pengawal.

Alunan musik orkestra terdengar hingga ujung, pintu putih megah itu terbuka lebar, Sunghoon memasuki ruangan dengan rombongan dibelakangnya, berpakaian amat rapi, setelan serba putih dengan mahkota mewah tersemat di kepala pria itu. Jungwon mendecih, bagaimana pria itu mengangkat tinggi dagunya, memamerkan kekuasaannya sebagai seorang pemimpin. Berjalan dengan tenang menuju meja tempat upacara. Ditariknya kain putih yang menutupi meja marmer itu.

Mata Jungwon melebar. Para tamu yang menyaksikan menutup mulut mereka, tak percaya dengan apa yang dilihat. Mayat Wonyoung di atas meja, lengkap dengan pakaian untuk upacara. Beberapa tamu tampak menahan untuk tak memekik, sementara Sunghoon diam membantu. Kasak-kusuk dari para tamu mulai terdengar, ruangan yang semula tenang diiringi suara musik orkestra kini berubah menjadi riuh.

"APA MAKSUD ANDA YANG MULIA?" salah seorang dari barisan tamu berteriak.  Mata hijau Sunghoon berkilat, menengok ke kanan kiri mencari sumber suara.

Jungwon meremas sarung tangan besi yang dia kenakan, meraih pundak Chaehyun, "Apa maksudnya ini sialan?!" Tak memperdulikan pengawal disekitarnya sudah mengacungkan senjata padanya.

Terlihat sirat ketakutan dimata gadis itu, Chaehyun menggelengkan kepalanya sambil terus berkata bahwa dia tak tahu apapun, "Tidak tidak.. aku tak tahu.. maafkan aku.. maafkan aku.."

Tubuhnya ditarik hingga menubruk dinding oleh para pengawal lain. Jungwon menepis kasar senjata yang diarahkan padanya. Ia melepas helm, dilemparnya benda itu hingga bunyinya membuat sebagian orang ngeri, terlihat aura Jungwon begitu pekat, layaknya kabut yang siap membutakan siapapun yang berani melintasi.

Para tamu membelah, memberikan jalan untuk Jungwon. Pria itu mendekati meja marmer dimana kekasih hatinya tengah berbaring. Setitik air mata turun, membasahi pipinya. Jungwon meraih tangan dingin itu, "Hei.." suaranya tercekat, tenggorokan Jungwon terasa berat. "Ini aku, ayo pulang.."  Siapapun yang melihatnya tak bisa menahan diri untuk tidak ikut meneteskan air mata.

Pipinya sedingin es, Jungwon menyelipkan anak rambut hitam Wonyoung ke belakang telinga gadis itu. Bibirnya yang pucat nyaris membiru, ah, sudah berapa lama wanitanya itu meregang nyawa? Dia genggam kuat tangan sedingin es milik Wonyoung, bibirnya berulang kali mengucap kata maaf dan maaf. Pemandangan itu tak lepas dari pengamatan Sunghoon, pria itu berdiri tak jauh. Kain sutra putih yang dia genggam melepaskan diri. Tak bohong jika hatinya lebih sakit melihat gadis yang dia cinta sudah berpulang.

"Manusia itu.. kenapa singkat sekali hidupnya.." lirih Sunghoon. Diiringi dengan setitik likuid bening.

Suara tawa mengalihkan perhatiannya, para penjaga sibuk mencerna situasi hingga tak sadar seseorang telah menyusup, wanita itu bertepuk tangan riuh.

Sunghoon menggerakkan giginya, "Kau!" Tangannya mengepal, memerintahkan para pengawal untuk menangkap wanita itu.

"Bagaimana menurutmu Park? Suka hadiah dariku?" Wanita itu berjalan lambat, menyapa para tamu dengan jari-jari kurusnya. "Itu hanya sebagian kecil balasan untukmu.." wanita itu menjeda ucapannya, meraih seorang bocah perempuan, mengusap pipi gembul bocah itu, ".. setelah apa yang kau lakukan pada kaum ku!"

Para wanita berteriak histeris, tangan kurus Rei berhasil menembus dada bocah itu, jantungnya dia genggam kuat hingga pecah dan darah muncrat kemana-mana. Para tamu berlarian saling dorong untuk keluar dari ruangan itu. Tubuh malang bocah itu dia lemparkan kearah Sunghoon yang langsung ditangkap dengan gesit.

"Apa mau mu!" Dia baringkan tubuh bocah malang itu tak jauh dari meja marmer tempat Wonyoung dibaringkan, mengabaikan pakaiannya yang kotor karena darah, Jungwon masih setia berada ditempatnya, berjongkok menggenggam erat tangan dingin sang kekasih.

Rei tertawa nyaring, "Kehancuran mu Park." Sulur mulai keluar dari tempatnya berpijak, meretakkan lantai marmer, mengarahkan pada Sunghoon, dengan sigap sunghoon menarik pedangnya, memotong tiap sulur yang berusaha melubangi tubuhnya. "Apa kau akan tetap disana dan menangis seperti bayi?" Ia melirik Jungwon yang tersinggung akan ucapannya.

Dingin, ruangan itu terasa dingin, kabut tipis mulai memenuhi setiap sudut. Jungwon menarik kain putih, dia gunakan untuk menutupi tubuh Wonyoung setelah sebelumnya dia bubuhkan sebuah kecupan pada dahi gadis malang itu.

Jungwon berdiri disamping Sunghoon, mengokang senapannya, "Kau setelahnya." Ucapnya pada, Sunghoon. Tubuhnya memasang kuda-kuda siap untuk membidik. Satu peluru dilepaskan, Rei berhasil menghindari dengan sulurnya. Tertawa remeh, membuat kerutan pada wajah tua wanita itu tampak jelas.

Jungwon melompat ketika sulur diarahkan padanya, tubuhnya dengan gesit menghindari sambil melepaskan satu-dua tembakan. Bunyi ledakan menggema, terdengar hingga kearah luar. Sunghoon berlari mendekati Rei, wanita itu lengah, dengan cepat dia menghunus pedang. "ARGHHHHH!" Dia salah perhitungan, bukan Rei yang lengah, melainkan dirinya, Sunghoon tak menyadari sejak tadi dia diikuti oleh sulur, dan begitu tubuhnya berhenti bergerak, sulur itu menembus punggung hingga dadanya.

Sunghoon jatuh terduduk dengan pedangnya, Rei mengarahkan sebuah sulur pada pria itu, membelitnya. Tumbuh Sunghoon diangkat tinggi-tinggi. "Nyawa dibalas nyawa." Tubuh Sunghoon terasa remuk, bersamaan dengan wanita itu berucap, makin kuat pula lilitan sulur itu.

Jungwon disisi lain mulai kehabisan peluru, dua tersisa. Mustahil dia bisa mendekat jika sulur Rei tak berhenti menyerangnya dari jarak dekat. Hei, Jungwon itu petarung jarak jauh. Disaat seperti ini dia amat berharap keajaiban di bar dapat terulang.

Tubuhnya dibawa bersandar pada dinding. Jungwon mendecih, "Untuk apa aku repot-repot menyelematkan dia?" Tanyanya pada diri sendiri.

Matanya terpejam, Jungwon berusaha mengontrol nafasnya. Ia kemudian membayangkan sebuah sabit besar, entah sudah hilang akal atau apa, namun hal itu terjadi lagi. Saat membuka mata tangannya sudah berat dengan sebuah sabit yang sama.

Meregangkan tubuh, "Debut menjadi preman jalanan." Ucapnya, melangkah perlahan menyesuaikan dengan senjata barunya. Sabit berat itu sukses dia ayunkan, dalam hati Jungwon bersiul.

Sulur itu dia tebas dengan enteng, setiap ayunan sabit mengeluarkan cahaya hijau. Nampak seperti light saber kalau kata Jungwon. Tanpa tahu benda yang dia sebut light saber itu merupakan senjata mitos.

"Sial!" Jungwon jatuh tersungkur, kesempatan itu dimanfaatkan oleh Rei. Kaki Jungwon dibelit dan diseret mendekat. Kedua tangannya ke atas mengendalikan sulur itu, menggantung tubuh Jungwon terbalik bersebelahan dengan Sunghoon. Teriakan pilu dari Jungwon sebab duri-duri pada sulur menembus kulit kakinya. Rei tertawa nyaring, dia hempaskan tubuh kedua pria itu.

"Pria membosankan, pantas kalian ditinggalkan."
















Dua chapter terkahir menuju end, ada keluh kesah? Sebenernya ini jauh dari ekspetasi gue, tapi ikut apa yang kepikiran waktu buka halaman work aja

BRIDETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang