Pintu itu dia tutup perlahan, melangkahkan hati-hati seolah dirinya tengah berjalan di atas es. Jake mendudukkan diri."Tidak mau coba bangunkan?" Lirihnya.
Anak rambutnya bergoyang seirama dengan gelengan kepala. Mengusap rambut hitam pria yang tengah terlelap. Pemandangan sudut bibir yang sobek dengan plester luka pada dahi dan memar pada pipi membuatnya meringis. Namun kalau boleh jujur, justru terlihat makin menawan.
Ruangan itu diselimuti oleh keheningan. Dua lainnya menatap pada yang tengah tidur dengan damai. Ia beralih pada Jake, "Bagaimana keadaan Jay?"
Jake menggaruk kepalanya yang tidak gatal, ujung telinga pria itu merah, lantas membuat tawa lolos dari bibir cantiknya. "Sudah baikan, bahkan sudah siuman." Jake mendengus.
Ia mengangguk, memusatkan perhatiannya kembali pada seseorang yang menjadi poros hidupnya. "Jungwon." Beberapa tepukan di berikan seiring dengan memanggil namanya.
Si pemilik nama mulai membuka matanya, pandangannya kabur, butuh beberapa saat hingga retinanya dapat menangkap dengan jelas. Jungwon mematung. Tangannya terangkat kaku, mencoba meraih sosok yang tengah menjadi bantal tidurnya. Digenggam tangan dingin Jungwon, menempel pada wajahnya. Senyuman senantiasa menggantung pada wajah cantiknya.
"Tidak apa-apa,"
Gadis itu, Wonyoung menepuk-nepuk bahu Jungwon, menenangkan pria itu. Setelah semua kejadian tak mengenakkan dengan sedikit bumbu khayalan, sulit rasanya mencerna apa yang tengah terjadi. Bila ini mimpi, Jungwon hendak tidur selamanya.
Lama, Jungwon menangis dengan memeluk pinggang gadis yang dia percaya sebagai kekasihnya. Wanitanya, orang yang amat dia kasihi.
Tak mau mengganggu, Jake memutuskan untuk pamit. Memberi ruang untuk Jungwon.
"Sebenernya apa yang terjadi?" Suaranya serak khas orang baru bangun tidur.
Wonyoung mengusap pipi berisi air mata laki-laki Yang itu. Entah seburuk apa yang dialami Jungwon, wingi hanya tahu garis besarnya saja.
Setelah sempat adu pukul dengan Jay, Jungwon pingsan dengan suhu tubuh yang tinggi. Dia demam hingga tak sadarkan diri selama dua hari. Dan ketika Jake mencoba untuk membantu, Shim itu justru membuat Jungwon merasakan mimpi gelap tanpa ujung dengan akhir yang tragis. Sedikit perasaan senang terbesit karena Jungwon begitu mencintainya, namun dia juga marah dan sedih karena prianya harus mengalami mimpi buruk.
Setidaknya itu yang akan dia katakan nanti.
"Bohong."
Wonyoung termangu, gadis itu berhenti mengusap begitu Jungwon berkata.
"Memang bohong."
.
.
.
KAMU SEDANG MEMBACA
BRIDE
FanficMinhee menginginkan pujaan hatinya. Sunghoon butuh pendamping. Jungwon kehilangan separuh hidupnya.