Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Halo."
Wonyoung membuka lebar pintu apartemen Jungwon. Mempersilahkan tamunya untuk masuk. "Jungwon masih di kamar mandi, mau minum apa?"
"Eh! Apa aja."
Gadis itu mengangguk dan meninggalkan tamunya untuk membuatkan minuman. Sementara Haruto, menganalisis kediaman Jungwon. Ruang tamunya tak begitu luas namun terlihat lenggang dengan cat putih. Dia tak mendapati adanya foto atau hiasan dinding. Sangat polos.
"Siapa?"
Haruto berdiri reflek menegakkan tubuhnya ketika sang tuan rumah menampakan diri, dengan setelan baju tidur dan jubah mandi. Jungwon terlihat pucat.
"Haruto, kan semalam Taehyun sudah bilang dia mau datang." Wonyoung menyembulkan kepalanya dari dinding pembatas.
Jungwon memejam sejenak, kepalanya terasa berat sejak pagi. Semenjak memutuskan untuk keluar dari kepolisian, gaya hidup Jungwon makin berantakan. Lebih suka minum-minum, tidurnya tak lebih dari dua jam. Bahkan tidak tidur sama sekali. Mungkin Jungwon sudah ditemukan tak bernyawa di studionya akibat kelaparan jika Wonyoung tidak sigap mengingatkannya untuk makan.
"Cantik sekali, mau kemana?" Mengusap punggung tangan gadisnya, Wonyoung yang duduk pada sisi sofa tertawa renyah.
"Memang biasanya aku tidak cantik?" Balas Wonyoung, senyuman masih setia menggantung pada wajah cantiknya.
Interaksi dua orang itu tak luput dari penglihatan Haruto, betapa iri dirinya dengan Jungwon, hidup sejahtera dan punya kekasih cantik di usia yang masih muda. Tanpa tahu sorot matanya seperti manusia tidak berjiwa.
"Biar Haruto antar kamu, ya?" Pinta Jungwon secara langsung, tanpa bertanya pada Haruto lebih dulu.
Sejak memutuskan untuk berhenti menjadi model, Wonyoung mulai membangun bisnisnya sendiri dengan membuka butik. Masih setia ditemani oleh Gaeul. Hari ini Wonyoung punya pertemuan penting dengan seseorang mengenai bisnisnya, itu sebabnya dia sudah rapi pagi-pagi.
"Haruto tidak keberatan?" Tanya Wonyoung, mentang-mentang Haruto ditugaskan untuk mengawasi Jungwon, kekasihnya itu jadi seenaknya sendiri.
Haruto mengangguk ribut, padahal dia bisa saja menolak karena yang perlu diberi pengawasan itu Jungwon, bukan Wonyoung. Tapi siapa yang bisa mengatakan tidak kalau tugasmu digantikan dengan menemani si cantik. "Iya! Iya, bukan masalah."
Sekali lagi ia pandangi dengan seksama wajah rupawan sang kekasih, Wonyoung dibuat tersipu dengan cara Jungwon menatapnya, semburat merah muda tidak dapat dia sembunyikan. "Ada apa? Jungwon?" Wonyoung melambaikan tangannya ketika Jungwon tidak kunjung menjawab. "Hei! Berhenti menatapku, itu memalukan."
Jungwon tertawa rendah, dia bawa kesayangannya pada sebuah pelukan hangat, tersirat rasa rindu dan cemas yang tidak Wonyoung sadari. Pikirnya Jungwon hanya sedang menggodanya, mengingat mereka jarang sekali punya waktu untuk berduaan, sebab kondisi Jungwon yang begitu abai.