01

541 71 2
                                    

 『 Angkasa ada untuk menemani langit 』

Chapter 01 : Teman

.

.

.

Jika kata teman bagai racun yang menusuk luka hati Taehyung, maka Jungkook akan menuangkan sejumput obat kehadiran sebagai pelipur lara.

Angkasa yang selalu ada untuk mengitari langit dengan keagungan semesta. Angkasa yang tak pernah hilang dari jangkauan poros bumi, kini hadir menemani ketika Langit sedang menangis diselimuti awan mendung berupa derita

Sambutan diawal tahun ajaran baru tak pernah menjadi canda yang menghangatkan gosip anak jurnalis juga seantero Garuda Bangsa. Kisah menarik si penyuka sesama jenis yang bersua dengan tokoh protagonis penghujung Angkasa raya ramai menghiasi papan mading

Mingyu tertawa menghina akan keputusan Jungkook yang terbilang sesuka hati.

"Lo gak takut dijauhin anak kelas atau satu sekolah?"

"Gak masalah, itu berarti mereka belum lulus pelajaran sosial dan kewarganegaraan yang adil."

"Jung, dia homo kalau lo lupa." Mingyu masih bersikeras memberitahu teman masa kecil agar tidak berbelok arah perihal mencari kawan baru.

Homo lagi.

Jungkook mengerutkan kening begitu memahami arti teguran Mingyu. Ia ambil buku paket Geografi dari dalam tas, berjalan melewati bahu Mingyu dan menjawab sedikit sinis mengabaikan tata krama pertemanan lama.

"Gue juga tahu, lo gak usah ngingetin segala."

"Jungkook, jangan bilang lo juga satu jalur sama Taehyung!"

Berhenti berjalan, Jungkook urai tawa hambar dan menoleh agar bisa menatap mata Mingyu lekat-lekat. "Angkasa memang satu poros dengan Langit. Lo puas?"

Perundungan malang dari kesombongan manusia telak buat Jungkook merenung menelaah sisi rasionalisme yang bercampur bersama ego inferioritas semata. Mereka yang merasa paling benar namun rendah ketika beradu keberanian. Bahkan bagi kaum fanatisme kesetaraan hubungan romantis antara pria juga wanita ikut Jungkook tafsirkan dalam hati.

Di ujung lorong menuju gudang sekolah, Taehyung jatuh terduduk seperti akan runtuh. Dia menunduk membersihkan noda darah yang menetesi sudut bibir sobek akibat pukulan kejam dari pelaku kejahatan yang kerap bersembunyi, memanfaatkan kata remaja sebagai perisai perlindungan dari keputusan hukum undang-undang negara.

"Taehyung."

"Lo boleh ketawa, Langit selalu kalah melawan takdir."

Jungkook tidak tertawa seperti kata Taehyung. Dia justru diam selagi menghampiri dan mengulurkan tangan untuk membantu.

"Gak ada yang lucu buat ketawa. Sini, lo pegang tangan gue biar bisa berdiri."

Taehyung mendongak spontan, tatap rumit telapak tangan Jungkook. "Kenapa?"

"Kenapa? Lo lupa kita temen? Angkasa ada untuk menemani Langit biar gak kesepian."

Sebuah metafora unik dari kepercayaan diri Jungkook.

Taehyung tertawa, awan mendung yang tadinya singgah total sirna terbawa bualan Jungkook saat berujar sombong sekaligus ramah.

"Oh, jadi lo bakalan nemenin gue selama satu tahun ke depan?"

"Satu tahun?" Jungkook membeo bingung

Taehyung mengangguk sebelum lempar senyuman penuh arti. "Ya, satu tahun. 365 hari."

Jungkook ingin bertanya kenapa tapi Taehyung melukis batasan yang sukar untuk dia lewati meski memaksa ingin tahu.

"Taehyung."

"Apa?"

"Lo gak bakal mati kena penyakit 'kan?"

Anggap saja pertanyaan Jungkook terlalu gila tapi salahkan ambiguitas Taehyung ketika tersenyum aneh menumpahkan teka-teki bernuansa horor.

Jungkook enggan membayangkan situasi maupun kondisi terburuk tapi tawa merdu Taehyung seolah menyiram api kecemasan dengan air dingin ketenangan.

"Gue gak akan mati karena penyakit, lo gak usah khawatir gitu."

"Baguslah, gue cuma nebak doang."

Taehyung tidak lagi menimpali, dia hanya berjalan dua langkah di depan memecahkan keheningan koridor luas.

"Jungkook."

"Kenapa?"

"Apa Langit bisa bahagia mencapai semesta yang agung?"

Pertanyaan retoris yang sulit Jungkook jawab menurut logika atau pengibaratan kreatifitas. Ia tatap lekat punggung Taehyung, hembuskan napas panjang sembari bergumam menutupi kebuntuan laju otak.

"Bisa, 'kan ada Angkasa yang menemani."

Klise sekali.

Meski murahan tapi Taehyung suka kalimat menggelikan Jungkook jauh dilubuk hati terdalam

Mirip malaikat baik hati yang sering Taehyung dengar dari dongeng buku anak-anak. Jungkook sungguh punya sayap menarik yang tak terlihat pun kasat mata

Malaikat yang jatuh terkena lumpur milik sebentang Langit jelek berlapis kegelapan bernama dosa.

"Jungkook, makasih."

"... Buat temen harusnya gak ada kata makasih tapi sama-sama. Selama Langit mau berkilau cerah seluas lautan biru."

Cantik pun mempesona takjub.

Jungkook tidak bohong

.

.

.

Namjoon adalah kakak kelas Jungkook juga Mingyu. Dia laki-laki dewasa yang mempunyai jabatan sebagai wakil ketua osis Garuda Bangsa. Eunwoo contoh penggemar tersembunyi acap kali Mingyu membicarakan tentang pelantikan anggota osis baru 2 minggu kemudian.

"Lo lagi heboh dicari anak jurnalis." kata Eunwoo memberitahu dan duduk melingkar bersama Mingyu juga Jungkook untuk mengerjakan tugas matematika bersama-sama alias menyontek.

Taehyung diam tidak mau menimbrung kelewat menyedihkan. Sadar jika Mingyu maupun Eunwoo masih menganggap sosok Taehyung sebagai serangga kecil menjijikkan.

"Ngapain?" tanya Jungkook heran.

Mingyu melirik Taehyung seperkian detik lalu berbisik menutupi pembicaraan dari telinga orang lain.

"Mau wawancara lo yang temenan sama homo."

"Bangsat, dikira gue bahan gosip gratis."

Eunwoo menggigit keripik kentang cuek, ia sodorkan kemasan plastik cerah tersebut pada Taehyung tiba-tiba.

"Lo mau? Lumayan mumpung gue lagi baik."

Mingyu tercengang kosong lain cerita dengan Jungkook yang tersenyum simpul.

"... Gak, makasih."

Eunwoo tidak memaksa Taehyung, dia terus mengunyah sampai Mingyu menyenggol sisi perut menggunakan siku. Ada sorot memperingati di kedua mata tajam Mingyu.

"Lo jangan aneh-aneh."

"Aneh apaan?"

Jungkook tertawa mendengar pertanyaan polos Eunwoo. Lihat, tidak semua orang saling menyudutkan atau menebar benih perselisihan. Eunwoo Kazim Giovanni adalah contoh nyata setelah Jungkook.

"Oh ya, Kak Namjoon juga tadi nanyain Jungkook. Dia bilang kalau mau pulang bareng, chat aja lewat whatsapp atau dm ig."

"Emang rumah kalian searah?" tanya Mingyu dengan alis berkerut samar.

"Searah, bang Namjoon tetangga gue." Jungkook mengakui jujur, minta keripik kentang Eunwoo tanpa permisi sebelum menoleh pandangi Taehyung dengan senyum bersemangat.

"Rumah lo dimana? Kita pulang bareng aja."

365 | KV ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang