00

980 89 6
                                    

『 Langit dan angkasa apa bedanya? 』

Chapter 00 : Pagi itu.

.

.

Ada satu hal yang tidak pernah Jungkook mengerti soal keadilan beserta deret tuntutan hak asasi manusia. Apa itu moral menegakkan hukum juga keyakinan tentang suatu hubungan sosial.

Dia terkadang bertanya-tanya jika era modern terus berkembang maju seiring teknologi sains yang canggih, lantas bagaimana sistem persamaan plus penghormatan begitu terpukul mundur menumpahkan kata kekerasan?

Entah fisik maupun psikis.

Jungkook memperhatikan kondisi menyedihkan korban bullying melalui sudut mata sembari bersandar malas dekat ambang jendela. Dagu runcing jatuh tertopang oleh lengan sebelum menguap malas.

"hahaha, kalian lihat kuman ini 'kan? Serius, tolong menjauh sebelum ikut ketularan penyakit kaum homoseksual."

Kehidupan kejam antar remaja memang nyata adanya. Mulai dari pembully-an, diskriminasi sampai perundungan sebab perbedaan sosial.

Penyebab?

Bukankah pelajaran sosiologi atau PPKn sudah sering mengajari kita perihal masalah tersebut?

Sayang, kali ini bukan tentang latar belakang atau penampilan mencolok, melainkan orientasi seksual yang menjadi topik sensitif dikalangan masyarakat umum setempat. Yap, LGBT+

Pantaskah jati diri seseorang menjadi bahan cemooh hingga candaan konyol semata?

Jungkook mulai berpikir rumit semenjak warna dunianya berubah drastis karena kehadiran seseorang yang tak dikenal. Bahkan cenderung transparan diantara jajaran para murid SMA Garuda Bangsa. Sedikit demi sedikit, bagai biru yang bercampur dengan noda merah lalu menghasilkan warna ungu seolah memikat hati.

"Itu orangnya?"

"Hush, lo jangan deket-deket sama dia, nanti ketularan homo."

"Jijik banget, sumpah. Kenapa kita harus sekelas sama orang aneh kayak dia, sih?"

Terus topang dagu dengan satu tangan, Jungkook tatap wajah muram seorang pemuda kurus dengan helai ikal kecokelatan. Mata dia tampak menilai namun enggan mengeluarkan pendapat barang sesaat. Jungkook pikir rasa saling menghormati dan peduli diantara manusia semakin menipis seiring berkembangnya zaman. Bukan maju seperti kata orang-orang.

"Sorry, kayaknya udah gak ada bangku kosong lagi. Gimana kalau lo duduk di lantai aja?"

Mereka tertawa keras, begitu puas dengan nada menghina yang terlalu kentara. Jungkook mendengus, entah untuk keberapa kali.

"Jungkook, menurut lo dia gimana? Bukannya kalau homo itu suka pake baju cewek kayak banci, ya?"

Bodoh.

Jungkook nyaris tertawa karena ucapan polos sahabat karibnya, Mingyu.

"Minggir, lo duduk sama Eunwoo, sana!"

Melotot tak percaya, Mingyu tunjuk batang hidung Jungkook tanpa sadar seraya bertanya heboh. "Angkasa, lo ngusir gue ceritanya?!"

Angkasa nama belakang Jungkook, omong-omong.

Yang bersangkutan hanya diam memalingkan wajah, tunggu beberapa saat hingga sosok jangkung Mingyu benar-benar pindah dan berujar dengan nada kelewat datar.

"Ada bangku kosong disini, cepet duduk."

Hening untuk sejenak, perbuatan baik Jungkook sontak menjadi pusat perhatian dalam sekejap. Mingyu menganga tak percaya sedangkan para perundung sialan menggertak marah tanpa berani berkomentar.

365 | KV ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang