prologue

1.5K 69 2
                                    


Dunia yang lengkara, di seluk beluk bentala ini telah mengakuisi bentuk kebahagiaan dan menyisikan luka pesakitan yang menjerat setiap langkah. Begitu alufiru saat jiwa yang malang itu di paksa menciptakan egoistis dengan pretensi.

Ribuan bahkan jutaan rintik hujan tidak mematahkan gelora untuk melajukan aksi dan tekadnya. Seumur hidup menjadi biang perasa yang menimbulkan perkara. Menjadi tunawicara akibat kehilangan nuraga, memilih mati rasa akibat terombang-ambing di lautan lara.

Mati adalah keelokan sesungguhnya.

Seulas senyum tipis terpatri, jejaka ini memiliki jargon tentang kematian adalah hal yang paling tepat. Kosa kata miliknya di dasari oleh ketakutannya yang kian meningkat pada dunia, sebab dunia dan seisinya sangat mengerikan.

Mayapada berisikan bahari dengan cendala, pada sudut durkarsa memilih untuk menjadi sumarah. Lika-liku kehidupan yang dijalani dengan derana, mengejawantahkan diri sebagai marionette dengan jalan hidup yang di gerakan oleh orang lain, mengikuti pergerakan alur kehidupan yang penuh oleh ambisiusitas.

Dibalik jendela malang itu ia berdikari, menopang tubuh ringkihnya seorang diri. Menatapi luar jendela kamar dengan khidmat, melihat tumpukan kunarpa yang bergeletakan di halaman rumahnya adalah ekspektasinya saat ini.

Awal mulai kesukaannya terhadap darah-darah yang menghiasi tangannya. Menciptakan fantom dan keyakinan bahwa kematian adalah bentuk keadilan yang seadil-adilnya.

Dirinya yang terlatih menjadi seorang ambisius dalam segi materi dan harus selalu menjadi nomor satu dengan mempertaruhkan mentalnya. Ia bahkan sadar telah kehilangan akal sehat, namun dari diagnosa nya itu ia jadikan tameng pertahanan diri untuk memuncaki keadilan atas hidupnya.

Hidup hanya menjadi pesuruh dan tidak berhak membangkang, kehidupan yang dijalankan melalui tali-tali peraturan orang sekitar menjadikan dirinya pemuda yang miskin empati.

Di malam yang pelik ini menjadi puncak dari segala gemuruh yang dirasakan. Lama memendam sakit, jenuh, gundah, bahkan kekecewaan seorang diri dan menciptakan teman wicara yang hanya bisa di jumpai pukul 00.01.

Menjelang pukul 00.01 pula menjadi detik yang sangat mendebarkan baginya, sebab ia akan jumpai terkasihnya yang memimpin atas akhir dari nasibnya yang malang.








Dinginnya lantai menjadi saksi bisu terciptanya darah yang tergenang. Warna merah pekat yang berkombinasi dengan air di dalam bath ub menjadi pemandangan yang luar biasa malam ini. Netra kelam yang kosong itu menggambarkan bentuk kehampaan dan seorang yang mati rasa.

Tubuh yang terbalut kemeja putih dan penuh koyakan di area dada, menjadi sumber dimana air itu bisa berubah menjadi warna merah. Menatap lurus entitas yang berdiri di samping bath up, senyum sosok itu mampu menjadi pemanis hidupnya malam ini.




“Kamu mati?”

“Mati segan atau mati enggan?”




















Jejaka ini bersedia menceritakan kisah pilunya, pahitnya kehidupan dengan penuh kekangan dan aturan, di gerakkan oleh orang tua nya untuk menjadi sosok paripurna di antara yang sempurna. Hidup di dalam keluarga sendok emas yang tidak pernah mempertimbangkan kegagalan.

Hingga terputuskan menjadi sosok yang hidup tanpa jangkauannya kasih sayang dan kehilangan nuraga. Melalui bentuk narasi ini sang jejaka itu akan menerawang kembali beberapa waktu silam dan tragedi apa saja yang ia alami hingga menjurus kepada kejadian detik 00.01.


















Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Hai guys!

Kesekian kalinya kita menjumpai bentuk kumpulan aksara kata yang menjadi sebuah narasi. Untuk kisah kali ini satu frekuensi dengan kisah yang author tulis dengan judul “Aubade”, setipe tapi tak sama.

Warning untuk klen-klen smwa, rating 18+!!

Bukan ke ranah dewasa tapi adanya kekerasan, bullying, self harm dll.

Ini hanya bentuk kisah fiktif, tidak perlu seserius itu, tapi saya harap kalian bisa merasakan dan terjun langsung di dalam frame narasi ini. Kisah ini bisa di bilang alur mundur, apabila ada kesalahan dalam penyampaian materi atau beberapa typo harap mohon maaf karena author adalah prosais yang masih jauh dari kesempurnaan.

Semoga kalian tidak bosan berjumpa dengan kisah-kisah saya, mohon maaf apabila selama kepenulisan ini saya menggunakan kata yang mungkin ada beberapa yang belum kalian ketahui but isokey, bisa kalian tanyakan kepada saya melalui komentar atau kirim pesan.

Jangan lupa saling memberikan kalimat positif sebagai semangat dan motivasi kepada orang lain yahh teman-teman!!

Salam hangat dari author.

Lov u all.

00.01 - Norenmin [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang